Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Pembajakan amigdala marah berlebih

 Bisa jadi Anda dan saya pernah marah yang luar biasa untuk merespon orang lain, dan setelah itu merasa bersalah dan malu, seharusnya tidak perlu melakukan hal tersebut. Hal itu terjadi dengan sangat cepat. Itulah gambaran pembajakan amigdala, respon emosional terhadap stress yang dialami saat tidak mampu mengendalikan emosinya. Saat seseorang mendengar berita tentang tasnya hilang, bisa terjadi pembajakan amigdala dengan marah-marah. Karena berita tersebut membuat orang itu stress atau tertekan. Seiring waktu marahnya pun mereda dan mulai bisa berpikir normal.

Sebenarnya apa yang terjadi ? Informasi yang diterima oleh otak (tengah), dimana otak tengah itu seperti filter. Kalau filternya rapat menandakan ada tekanan (stress) dan saat filternya terbuka (tidak rapat) menandakan tidak ada tekanan. Saat informasi yang diterima otak tengah dalam keadaan rapat (filternya), maka terjadi pembajakan amigdala. Yang memaksa orang tidak mampu mengendalikan emosinya. Tindakannya negatif. Tapi sebaliknya, kalau otak tengah dalam keadaan relax (filternya tidak rapat), maka informasi itu dapat diteruskan kepada otak berpikir. Dari penjelasan ini, kita dapat mengambil hikmah bahwa keadaan kita relax atau tertekan sangat mempengaruhi dalam tindakan (pengambilan keputusan). Penting untuk membuat diri kita menjadi relax atau tenang sehingga mampu mengendalikan emosional dan bisa berpikir sehat.

Pembajakan amigdala ini tidak bisa membedakan tekanan fisik atau emosional. Pernahkan Anda merasa takut yang luar biasa dan merespon dengan mengoceh sendiri saat ada berita bos marah ? Ancaman bos marah itu bukan fisik menyerang Anda, tapi sudah membuat Anda tertekan dan langsung bereaksi. Apalagi ada ancaman fisik. Orang yang mengalami pembajakan amigdala adalah orang yang responsif untuk menyerang atau lari terhadap sesuatu. Bagaimana sikap dan perilaku Anda saat lingkungan memaksa Anda untuk berubah ? Awalnya bisa jadi Anda sangat tidak suka dan melawan perubahan itu, inipun merupakan pembajakan amigdala.

Seorang karyawan yang mau diaudit saja dapat merasakan ketakutan dan marah dan meminta audit di tunda. Atau ada karyawan yang sudah nyaman dengan posisinya menjadi gelisah karena diminta pindah bagian. Atau saat seorang sales ditanya tentang penjualannya yang menurun dengan membela diri bahwa penjualannya tidak turun tapi karena banyak faktor lingkungan. Atau hal kecil saat menonton TV dan channelnya dipindahkan orang lain. Pembajakan amigdala ini sering terjadi setiap hari. Hati-hati saat kita pernah mengalaminya dan bisa terjadi lagi. Maka ada orang yang disebut suka marah atau berbuat tanpa mikir dulu atau sangat responsif atau juga tidak suka dikritik.


Yuk kenali pembajakan amigdala ini membuat kita berbuat negatif, dan kalau sudah terjadi kita agak sulit untuk mengakuinya (ada gengsi). Untuk itu berlatih untuk mencegah terjadinya pembajakan amigdala :

1. Tidak perlu merespon segera apa yang kita terima, hanya bertahan 6 detik saja (proses pembajakan amigdala).

2. Melatih napas panjang atau sesaat sebelum terjadi bisa mengambil napas panjang agar oksigen yang masuk lebih banyak. Oksigen ini memberi ruang bagi akal sehat berfungsi.

3. Beralih kepada hal lain atau meninggalkan situasi tersebut.

4. Menciptakan kondisi yang sehat dan relax (tenang dan sabar). Bila perlu suasana tempat kerja atau rumah yang sehat dan tenang (tidak serem atau menakutkan)

5. Banyaklah beribadah dan beramal yang mampu meningkatkan fungsi hati. Hati mampu mengendalikan emosional kita. Ikuti selalu dengan doa agar dilindungi oleh Allah dari "kejahatan" dari manusia dan setan.

Insya Allah kita sadar tidak mudah mencegah pembajakan amigdala, apalagi tidak dicegah. Jika terjadi pembajakan amigdala, maka kita mesti sadar kepada Allah dan meminta ampun. Berani meminta maaf dan memperbaiki diri.

No comments:

Post a Comment

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...