Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Open Mind

 Apakah kita perlu belajar ilmu yang bukan bidang kita kuasai ? Seorang profesional bilang,"kuasailah ilmu kita yang tekuni sendiri dan jadi ahli". Pernyataan ini ada benernya, tapi dalam kondisi tertentu dimana ilmu kita bekerja sama dengan yang lain. Sering terjadi "konflik" karena sudut pandang yang berbeda, banyak kejadian saling mengatakan,"saya benar". Dalam hal ini seringkali ada pihak yang dikalahkan, tapi sebenarnya pandangan dari pihak lain itu bisa memperkaya keputusan bersama.

Ada gengsi untuk mengatakan kitalah yang bener, dan menganggapi pendapat orang lain itu tidak tepat. Inilah jadi awal perdebatan yang bisa panjang dan tidak berujung. Mesti ada cara yang relax dan mudah dipahami oleh orang lain, jika pemahamannya itu kurang tepat. Mengajak berpikir logika dengan agar bisa diterima atau bisa disinergikan menjadi lebih baik. Menjadi terbuka menerima pendapat orang lain itu adalah modal untuk bisa lebih maju lagi.

Open mind adalah peran hati bukan logika, logika dimainkan setelah kita menerima pendapat orang lain untuk dipahami, diolah dan diuji kebenarannya. Keadaan ini menyempurnakan open mind (pikiran yang terbuka). Open Mind membuka hati dengan menghargai pendapat atau sudut pandang orang lain terhadap apa yang kita hadapi bersama.


Misalkan kata berhemat menjadi pesan yang baik, tapi belum tentu menjadi optimal bagi sebagian orang. Dari sisi orang sales, berhemat membuat mereka kurang termotivasi untuk bekerja. Biaya telpon dihemat, biaya kunjungan dihemat juga dan seterusnya. Akibatnya ruang gerak sales kurang optimal. Disinilah orang yang berpikir hemat mau terbuka menerima kondisi sales dan sales mesti terbuka alasan dari yang bilang. Orang sales berpikir, oke apa yang dimaksud berhemat adalah rasio output/input mesti menurun (input dikecilin). Tidak mesti input dikecilin, tapi boleh dong output dibesarin dan input sangat meminimal. Orang berusaha mencapai target penjualan dan bahkan lebih dengan biaya minimal. Artinya boleh tidak ditakuti untuk berhemat, tapi penjualan meningkat jauh lebih penting dengan biaya yang proporsional.

Bagi seorang sales membuka pikiran dengan tetap membuat aktivitas yang berkualitas yaitu kerja yang optimal (efiesiensi) untuk menghasilkan sales yang tinggi. Maka kedua pihak mendapatkan hasil yang saling menguntungkan tanpa perlu ngotot dengan pendapatnya masing-masing.

Insya Allah berpikir open mind itu mengajak semua orang untuk menemukan cara yang produktif dalam bekerja. 

No comments:

Post a Comment

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...