Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Memberi untuk keluarga

 Dalam keseharian seorang suami atau isteri yang bekerja di kantor merasa lelah sampai tiba di rumah. Tidak banyak melakukan sesuatu. Mereka cenderung untuk dilayani saat berada di rumah, misalkan minta disiapkan makan malam, meminta untu dimaklumi karena tidak bisa memberi perhatian, memberi waktu, memberi bantuan, dan sebagainya. Yang ada adalah mereka menghabiskan waktu untuk istirahat, yang sifatnya minta tolong (menerima aktivitas). Padahal suami atau isteri yang bekerja mencari uang untuk keluarga. Apakah hanya memberi uang saja sudah cukup ? mestinya tidak.


Yang menjadi pertanyaaan juga adalah kapan waktu yang bisa diberikan kepada keluarga jika saat pulang dari kerja sudah lelah ? Bisa jadi mengambil waktu libur, Sabtu dan Minggu. Kebersamaan bersama keluarga pun tidak banyak karena tetap dalam kondisi kurang fit dan hanya libur bareng dengan makan bersama dan belanja. Dan kondisi ini tidak terjadi setiap Minggu. Lalu, apa sih yang dicari dengan kerja ? Yang pasti untuk mendapatkan uang, dan uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Jika uang yang berkecukupan dan bisa dikumpulkan dapat membeli keinginan diri dan keluarga, maka dapat menunjukkan kesuksesan dari hasil kerja. Dan diharapkan dengan serba kecukupan dan kesuksesan dapat memberi kebahagiaan. Artinya hidup  ini untuk meraih kebahagiaan di masa usia akhir kerja.

Mengapa kebahagiaan itu tidak diraih duluan ? Bagaimana caranya ? Agar bisa meraihnya, kita mesti tahu arti bahagia. Apa sih bahagia ? Apakah bahagia itu tercukupi materi ? Faktanya menunjukkan orang yang berkecukupan tidak selalu behagia, dan ada orang yang berglamour harta dan kepopuleran pun hanya seolah bahagia. Disisi lain ada orang kaya, tapi jarang memberi. orang kaya ini sibuk menjaga kepemilikan agar tidak berkurang sehingga kerja yang luar biasa untuk mengumpulkan materi. Ada orang yang biasa saja, dan suka memberi apa saja untuk orang lain. Hati tenang dan membuat orang ini bahagia. Atau orang yang pernah kecewa adalah mereka yang selalu berharap (menerima). Jika kita tidak berharap (menerima) dan memberi ikhlas, maka tidak ada kekecewaan tapi malah bahagia. Kalau begitu bahagia mestinya dapat kita raih setiap hari. Caranya banyaklah memberi saat kerja dan saat bersama keluarga. Bahagia bukan sekedar buah dari pikiran, karena memberinya cenderung untuk untung/rugi. Bahagia adalah kerja hati (ikhlas), mendorong pikiran yang sehat dan mampu mengendalikan emosi. Yang dibutuhkan adalah tubuh dan pikiran yang sehat.

Membayangkan kebahagiaan itu terjadi saat bersama keluarga, tentu memberi kondisi yang nyaman bersama keluarga dan tidur yang enak. Beraktivitas bersama keluarga menjadi  menyenangkan. Saat bangun pagi dan berangkat kerja, kebahagiaan itupun terus berlanjut. Jika bahagia maka kerja pun memberi produktivitas.kerja yang produktivitas dapat menumbuhkan kepercayaan yang berujung kepada uang. Dan Allah pun membalas kerja yang selalu memberi (produktivitas) dengan pahala dan memenuhi kebutuhan. Soal sukses tidak penting, tapi semua itu menjadi hak Allah untuk memberikannya. kebahagiaan dimulai dari sore hari (pulang kerja), maka aktivitas dan kerja adalah waktu perantara untuk menuju puncak kebahagiaan. Maka selama kerja di siang hari berusaha untuk meningkatkan fisik menuju kebahagiaan.

Memberi apa saja ? Memberikan perhatian, memberikan waktu untuk orang lain, membantu, memberi senyum, kerja yang terbaik, memberi materi, memberi waktu bersama anak, beraktivitas yang membuat orang lain merasakan nyaman, tidak mengharapkan apapun dari orang lain kecuali dari Allah, dan sebagainya. Semua itu dapat kita berikan di rumah dan di tempat kerja, maka kebahagiaan itu terus terjadi dan semakin produktif.

Dari penjelasan di atas, saya menyebutkan pola mendapatkan uang dan sukses adalah USB. Sedangkan untuk pola mendahulukan bahagia saya sebut pola hidup BUS Way.  B adalah bahagia, U adalah uang dan S adalah sukses. 

No comments:

Post a Comment

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...