Semangat pagi rekan-rekan, Insya Allah rekan-rekan diberi kemampuan untuk meraih apa yang ingin diraih.
Tajuk Allah 1 membahas doa yang berhubungan dengan harapan yang hadir di hati. Harapan itu mesti diactionkan dengan kemampuan yang saya miliki. Insya Allah dengan memulainya dengan Bismillahirrahmanirrahiim dan setelah mengerjakan Actionnya ucapkan Alhamdulillahirrabbilalamin.
Tajuk Allah 2 ini masih membahas tentang Doa, apa itu ? Boleh nggak sih saya berdoa meminta rezeki 2 M ? atau meminta sesuatu yang tidak mungkin di mata manusia ? Banyak dari manusia meminta seperti "malu-malu" ... meminta rezeki yang banyak tapi dalam hatinya meminta gaji 10 juta per bulan. Sebenarnya apa yang ada di dalam hati saya, Ya Allah Ya batin yang Maha Tahu yang tersembunyi dalam hati. Bagi Allah mungkin tidak masalah, tapi seperti dalam Tajuk Allah 1 diungkap bahwa saya menjadi tidak terdorong dengan apa yang saya minta "tidak jelas". Misalkan saya berdoa tidak menjadi kaya, kaya seperti apa tidak mudah diterjemah oleh pikiran saya sendiri. Artinya apa saya yang minta dalam doa tidak jelas untuk dikerjakan untuk apa yang saya doakan.
Ada doa contoh nabi Ayyub as yang begitu sakit parah, memohon kesembuhan. Nabi Zakaria as yang memohon keturunan dengan kondisi isteri yang mandul dan sudah tua. Kedua doa ini bisa menjadi inspirasi bagi saya dan banyak orang dengan berdoa. Bisa jadi ada yang sudah mengalaminya untuk kesembuhan dari penyakit dimana dokter sudah memvonis usia tidak lama lagi, akhirnya bisa sembuh total. Begitu YA Mujib, Allah yang Maha mengabulkan doa hambanya seseuai apa yang dikehendakiNya. Sepertinya doa yang seperti apa yang saya inginkan secara detail memerlukan kesabaran dan kesucian hati, atau usaha menjalani sabar dan bertaubat.
Saya pernah memohon doa untuk bisa digaji sebesar angka tertentu, dan ternyata doa itu dikabulkan dengan ditambahnya amanah kerja dan bulan berikutnya saya benar-benar menikmati gaji sebesar apa yang saya doakan. kejadian ini saya lakukan sampai 2 kali dan dikabulkan. Dalam prosesnya sikap terbuka terhadap peluang harus hadir dalam diri saya. Dimana saya tahu doa saya dikabulkan, sedangkan Allah hanya malah menambah amanah kepada saya (dari atasan) dan saya tidak diberitahu tentang adanya kenaikan gaji. Disini saya menerima dengan senang hati tambahan amanah tersebut dan mengerjakannya dengan sungguh-sungguh dan membuktikan amanah itu bisa saya emban. Ada ikhlas dengan open mind terhadap pekerjaan, lalu saya mengerahkan ilmu untuk membuktikan amanah baru. Alhamdulillahirabbilalamin, ternyata akhirnya saya sadar Allah mengabulkannya. Ungkapan sebelumnya "Doakan apa yang saya kerjakan (inginkan), dan kerjakan apa yang saya doakan", inilah apa yang saya lakukan.
Apa yang saya doakan (inginkan) yang kecil bisa jadi lebih cepat dikabulkan, sebaliknya apa yang saya doakan itu besar butuh waktu lama pengabulannya, apa iya ? Inilah yang dipersepsikan oleh banyak orang. Dan ada persepsi lain, saya merasa enggan memohon yang besar (meminta keinginan yang tidak mungkin atau mustahil), apa iya Allah mau mendengar ? Apa iya Allah mengabulkannya ? Saya tahu dirilah. Atau saya memang doanya hanya tahu yang itu-itu aja. Jadilah doa itu standard-standard saja. Mari perhatikan orang yang berdoa mau pergi haji, padahal gajinya tidak besar bahkan ada yang hanya pedagang kecil. Naik haji kan biayanya besar, emangnya sih orang tidak meminta uang sebesar uang naik haji. Sebenarnya orang tersebut sudah berdoa memohon biaya naik haji sebesar ONH. besarkan ? Misalkan bagi tukang becak hal tersebut agak tidak mungkin. Tapi kenyataannya mereka bisa pergi haji dengan dikabulkan doa mereka, baik lewat cara menabung dan bekerja ikhlas atau dibantu orang lain. Waktunya kadang lebih dari 5 tahun. Dari sini saya belajar, tidak ada yang mustahil bagi Allah untuk berdoa apa saja. Teruslah berdoa. Ikuti doa tersebut dengan berbagai upaya yang konsisten dan sabar. Insya Allah doa itu dikabulkan Allah.
Dengan pengalaman saya memahami doa, terkadang saya berdoa meminta ya meminta aja. Keadaan ini seperti mendikte Allah. Misalkan "Ya Allah saya mohon kesembuhan dan mohon Engkau MengabulkanNya". Secara skripsi doa tersebut meminta tanpa ada pilihan, Allah harus mengabulkan doa saya. Bagaimana kalau Allah mengabulkannya yang lain ? Bukankah yang baik di mata Allah itu baik buat saya (dengan memahami dengan hati). Bayangkan saya bukan malah dikabulkan kesembuhan tapi diberi kesabaran dan menjadi dermawan. Setelah kesabaran tersebut, saya menjadi sembuh. Atau Allah mengambi uang saya (dimana saya jarang sedekah) dengan suatu kejadian yang membuat saya sadar ternyata uang saya adalah titipan yang mesti saya salurkan kepada orang lain yang berhak. Alangkah baiknya doa itu bukan sekedar mendikte tapi memohon pilihan yang terbaik buat saya. Contoh, "Ya Allah saya mohon kesembuhan sesuai apa yang saya inginkan (ilmu saya), tapi bila kesembuhan itu tidak membuat saya mendekat kepadaMu. Berilah saya kebaikan atau hikmah dari sakit saya. Atau jika Engkau menghendaki hal lain yang membuat saya dekat denganMU. Tuntun saya menjalaninya. Aamiin. Doa itu sesuai apa yang ada dalam pikiran (perasaan dan ilmu) yang hadir untuk disampaikan kepada Allah, bisa jadi baik buat saya saat itu tapi belum tentu baik dimata Allah dan bahkan mengantarkan kepada saya masa depan yang tidak baik. Maka saya cenderung memohon kepada Allah apa yang baik untuk saya. Begitulah kira-kira skripsi isi doanya.
Saya tidak pernah tahu waktu doa itu dikabulkan, iya nggak ? Pastilah. Lalu apa yang mesti saya lakukan ? Yang pertama adalah apa yang saya doakan sangat bergantung kepada pahala yang saya kumpulkan, tapi tidak harus begitu juga. Apapun sesuai dengan Kehendak Allah. Alangkah baiknya saya menjadi apa yang Allah inginkan, apa itu ? Jadilah orang yang senang mensucikan hati dari dosa dan berbuat amal saleh (action apa yang saya doakan). Ikuti dengan sabar dan selalu terbuka dengan berbagai apa yang terjadi dengan prasangka baik. Kesabaran yang saya bangun adalah bukan untuk menunggu Allah mengabulkan doa saya, tapi sabarlah untuk terus yakin dan beraction (beramal) yang berdampak semakin banyak pahala yang diraih. Saking sabarnya membuat saya ikhlas melakukannya dan "sudah lupa" dengan doa saya. Dalam kesabaran itu saya mesti mempersiapkan diri dengan ilmu, sikap dan perilaku (kebiasaan) untuk siap menerima dan menghadapi dengan benar saat Allah mengabulkan doa saya. "Semakin terus sibuk dengan mengingat Allah dan Allah pun mengabulkan apa yang saya inginkan yang itu sebelum terucap".
Insya Allah saya dan rekan-rekan dalam mengambil hikmatnya agar doa bukan sekedar meminta saja. Awali doa memohon sesuatu dengan memuji Allah melalui nama-nama baik Allah dan berterima kasih.
Tajuk Allah 2 ini mengingatkan saya tentang doa - bermohon apa saja (termasuk yang mustahil atau besar) - Allah Maha Mengabulkan doa hambaNya - Allah berkehendak apa yang Dia kehendaki - Tidak mendikte Allah - Kesabaran dalam mengerjakan apa yang didoakan - Sibuk meraih pahala - Sibuk mengingat Allah - Siapkan diri untuk menerima pengabulan doa. Inilah yang mesti saya lakukan untuk terus berdoa.
Munir Hasan Basri
Penulis buku, trainer, motivator