Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Magic Word Belajarlah untuk hidup yang lebih baik

 Hidup bukan untuk hari ini saja, tapi untuk masa depan kita. Jadi belajarlah untuk meningkatkan kemampuan. Kemampuan hari ini tidak cukup untuk hari ini, bayangkan saat tidak belajar. Maka hari selanjutnya bukan jadi miliki kita lagi.


Insya Allah kultum singkat ini dapat memotivasi kita untuk selalu meningkatkan kemampuan. Selalu berdayakan diri agar selalu hidup pada masanya.

Team harus selalu belajar

 Dalam dunia kerja, beberapa orang senang diupgrade ilmu dan ketrampilan lewat training. Mereka baru menyadari saat apa yang dikerjakannya terasa tidak mudah. Keadaan ini membuat mereka tertekan karena ada batas waktu yang ditentukan harus selesai. Mau belajar sendiri mungkin bisa tapi butuh waktu agak lama, dan "uang" buat beli buku dan sejenisnya. Belum lagi memiliki sikap untuk belajar mesti didorong. Alhasil pekerjaan tetap dan bertambah tidak mudah.

Bisa jadi dari sisi atasan yang mau mengerti keadaan tersebut berupaya memberikan ilmu dan buku, atau mengusulkan pelatihan. Tapi hal itu tidak mudah, apalagi mesti mengeluarkan biaya. Biasanya sih atasan hanya mengejar pekerjaan sesuai waktunya dan tetap mengandalkan kemampuan karyawannya. Kadang terjadi negosiasi waktunya, bisa dijadwalkan ulang atau diminta untuk mengerjakannya lebih awal. Kejadian ini bisa berlangsung terus setiap hari atau setiap minggu atau setiap bulan. Apa akibatnya ? Atasan tidak mau peduli dengan kemampuan karyawan yang tidak mencukupi, yang membuat karyawan tertekan. Team dari atasan ini pasti tidak berkembang dan bertahan pun tidak mudah. Dasar team itu bisa berkembang adalah kemampuan yang meningkat dari semua anggota team. Ketidakpedulian atasan tersebut membuat karyawan pun menjadi tidak peduli dengan pekerjaan, dikerjakan seadanya dan tidak peduli juga waktu selesainya (kalau belum selesai tinggal lapor). Hati-hati bila keadaan ini menjadi sudah biasa, maka team (termasuk) atasan selalu bilang,"mereka sudah sibuk dan banyak kerjaan". Atasan selalu mengajukan tambahan SDM jika ada target baru  atau kerjaan tambahan.

Dari sisi karyawan, maka keadaan di atas juga mempengaruhi sikap dan perilakunya. "Menolak" kerjaan tambahan dan target baru. Status karyawan ini pasti stabil dan tidak berkembang. Bertahan dengan jabatan yang dipegang dan bertahan seolah sudah bekerja luar biasa. 

Dari sisi mana pun, karyawan atau atasan. Keduanya mesti memotivasi diri untuk meningkatkan kemampuan. Jika tidak ada budget training, maka atasan dan karyawan mesti belajar sendiri. Atasan yang memiliki kemampuan tinggi lebih mudah akses untuk belajar, mau tidak mau ilmu yang dimiliki mesti diajarkan kepada karyawan. Disini atasan mesti memiliki kemampuan sebagai training manager untuk meningkatkan kemampuan karyawannya. Dan karyawan mesti banyak aktif menyampaikan ketidakmampuannya kepada atasan agar diketahui dan ditindaklanjuti. Salah media belajar itu adalah You Tube yang gratis dan bisa diakses siapa saja. Buat apa sih training (meningkatkan kemampuan) ? Yang paling sederhana adalah setiap orang bisa mengerjakan pekerjaan dengan mudah, tidak tertekan dan nyaman. Kondisi ini membuat orang tidak mudah sakit, tidak mudah capek dan selalu dapat menjaga diri untuk siap menjadi yang lebih baik. Keuntungan yang diperoleh perusahaan dari kemampuan karyawan adalah efek dari keuntungan dari karyawan sendiri, jadi tak perlu dipikirkan.


Belajar untuk meningkatkan kemampuan diri adalah bentuk syukur atas pemberian Allah berupa tubuh untuk beraktivitas, akal sehat untuk memikirkan penciptaan Allah buat kehidupan kita, hati yang Allah siapkan untuk menerima petunjuk (ilmu) yang semakin baik. Kerja yang Allah amanahi untuk dipertanggungjawabkan dan masih banyak lagi. masihkah kita tidak mensyukuri semua itu ?

Insya Allah kultum ini membuat kita dapat menyadari baik sebagai atasan maupun karyawan untuk terus memberdayakan diri, meningkatkan kemampuan menjadi semakin baik. Apapun atasan yang tidak mendukung atau sebaliknya karyawan yang rada malas, tetap terus memotivasi untuk belajar. Untuk apa ? Untuk kebaikan diri kita sendiri.

Hidup ini mau dibawa kemana

 Judul di atas adalah pertanyaan yang mesti kita jawab. Ada banyak pilihan di dunia ini untuk melayani apa yang kita inginkan, tapi mau kemana hidup ini mau dibawa ? Mau mengejar uang untuk ditunjukkan kepada orang bahwa kita banyak uang atau mau menikmati kesenangan dunia saja atau mau jadi orang baik saja dan seterusnya. Semua pilihan itu disediakan oleh banyak orang dengan berbagai fasilitas.

Yang mau kehidupan dunia, mereka mesti bekerja atau usaha agar hasilnya dapat dipergunakan untuk menikmati kesenangan dunia. Ada banyak pilihan kerja atau ada banyak pilihan usaha, semua pilihan itupun ada yang bener dan ada yang nggak bener. Terkadang dengan satu pilihan yang tidak memberikan kebaikan bagi siapapun maka dia bisa pindah ke pilihan lainnya. 

Yang mau jadi orang baik, ada yang mengikuti guru yang taat beragama dengan banyak ibadah, ada guru yang mengajarkan banyak sedekah, ada guru yang mengajak banyak zikir saja, dan banyak lagi. Mereka yang memilih satu jalan ingin mengatakan mereka berada di jalan yang bener dan yang lain kurang tepat. Untuk itu mereka mengajak menjadi golongannya. Itulah yang terjadi.

Semua pilihan kerja dan pilihan beragama dan pilihan apapun mesti didasarkan iman kepada Allah. Dengan iman yang benar, kita mampu mengendalikan pilihan hidup apapun. Mau dibawa kemana ? Bawalah diri kita kepada Allah dengan iman. Misalkan dengan iman, kita mampu menjadikan profesi kerja kita menjadi baik dan bermanfaat bagi orang lain. Dengan iman yang kuat, kita bisa berzikir yang bener dan memberi kebaikan bagi semua orang. Zikir kita semakin menambah iman kita. Kata iman selalu bersanding dengan amal saleh. Berimanlah yang utama dan lalu beramallah yang saleh dengan profesi dan aktivitas kita. Beramal saleh itu merupakan rasa syukur kita karena telah diberi iman, telah diberi kehidupan, telah diberi akal sehat, telah diberi hati, telah diberi pendengaran, telah diberi amanah (kerja), telah dititipkan harta, telah dititipkan orang yang dicintai (anak dan isteri) dan banyak lagi.

Insya Allah kultum singkat ini memberi wawasan kepada kita untuk introspeksi diri menjalani kehidupan dengan benar. Yuk motivasi diri kita untuk semakin beriman dengan memberdayakan diri dengan potensi yang kita miliki. 

Magic Word bersyukur itu bikin nyaman

 Kata bersyukur cenderung ditafsirkan menerima dan berterima kasih. Jika kita memberi sesuatu kepada seseorang, maka harapan kita tidak hanya menerima dan berterima kasih, tapi sebisanya mengggunakan dengan bener apa yang kita berikan.



Insya Allah kultum motivasi kali ini bisa memberdayakan diri semakin meningkat.




Wajib, butuh dan bersyukur

 Dalam hidup lebih banyak terpaksa dijalaninya. Misalkan cari uang, ya mesti untuk kehidupan diri dan keluarga. Cari uang itu dengan kerja, maka banyak orang merasa terbebani dan ada persepsi "kalau bisa kerja sedikit hasil banyak". Kita sih bilang kerja itu sedikit dipaksakan (wajib) karena kita sebagai anak untuk kebutuhan orang tua, atau sebagai orang tua untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Kalau nggak kerja nggak bisa hidup. Keadaan ini memaksa kita wajib kerja.

Sama halnya shalat sebagai kewajiban dalam beragama. Karena memang dasarnya kewajiban, maka perasaan kita merasa "berat" untuk shalat. Ada yang bilang,"nggak berat tuh". Kalau shalat itu nggak berat, mengapa kita tidak shalat di awal waktu ? atau mengapa kita tidak ingin belajar shalat untuk lebih khusyuk ? Mengapa kita tidak menambah shalat dengan shalat sunnah ? Jika jawaban iya, maka bisa jadi shalat kita sudah tidak terpaksa lagi atau kewajiban.

Kewajiban tidak salah, dan menjadi kunci awal untuk membiasakan kita untuk mengerjakannya. Kewajiban yang dijalankan menjadi biasa mesti menyadarkan kita tentang mengapa kewajiban itu dilaksanakan, yang bukan sekedar perintah. Proses mengerjakan bukan lagi sekedar perintah (kewajiban) memunculkan bahwa kita butuh dengan apa yang kita kerjakan menjadi lebih baik. Kalau kita butuh berarti apa yang kita kJierjakan itu adalah untuk diri kita sendiri. Sedangkan kalau kewajiban cenderung untuk orang lain. Butuh kerja adalah upaya kita untuk meningkatkan diri kita sendiri menjadi lebih baik. Butuh shalat untuk komunikasi dengan Allah agar doa kita dikabulkan. Kewajiban itu cenderung dikerjakan ("terpaksa") untuk mengamankan apa yang ingin kita dapatkan (atau kita terhindar dari suatu kerugian). Sedangkan kebutuhan cenderung dikerjakan (termotivasi) untuk mendapatkan apa yang kita inginkan (mencegah kita dari ketidaknyaman).

Jika dalam menjalani aktivitas karena butuh disadari, maka kita dapat merasakan bahwa kita memiliki kemampuan untuk mengerjakan apa yang kita inginkan. Memiliki potensi, menyadarkan kita bahwa potensi itu pemberian Allah. Maka kita berterima kasih dengan memuji dan menggunakan potensi itu untuk kebaikan kita sendiri. Inilah level yang lebih baik dari sekedar butuh, yaitu bersyukur. Kita mengerjakan sesuatu bukan lagi menginginkannya, tapi ungkapan terima kasih kepada Allah karena kita selalu diizinkannya.

Dimanakah level kita ? Apakah kita kerja masih berat ? Apakah terpaksa mencari kerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga ? Jika memang level ini yang terjadi, maka kerja kita masih terasa beban sehingga tidak mudah untuk menyenangi pekerjaan tersebut. Ada yang bilang kalau berat menghidupi anak dan isteri, maka mengapa mau menikah ? Solusi lain dari ini adalah menikah itu wajib, maka beban anak dan isteri jadi "terpaksa" menghidupinya. Bagaimana kalau menikah itu rasa bersyukur kita ? Allah memberikan potensi sebagai laki-laki atau perempuan sehingga menikah itu rasa syukur kita. Maka memiliki anak juga sebagai bersyukur kita karena Allah telah berikan titipan. Maka kehidupan keluarga itu tidak jadi beban dan tidak berat dijalaninya.

Insya Allah kultum ini dapat memberikan motivasi kita untuk menjadi lebih baik lagi. Pemberdayaan diri menjadi penting untuk menjalani proses mulai dari terpaksa, butuh dan menjadi yang terbaik dengan bersyukur. 

Musuh saya adalah setan, tapi sudahkah bersikap yang bener ?

Alhamdulillahirabbilalamin. Begitu banyak yang mesti saya sadari berupa nikmat Allah. Tadi pagi saya dibangunkan dengan keadaan yang fresh, di siang hari bisa beraktivitas yang bermanfaat bagi diri dan keluarga, dan tetap dijaga iman dan badan yang sehat. Rasakan nikmat itu dapat mengantarkan saya untuk memuji Allah atas Maha syukurnya Allah.

Malam ini menjadi baik buat saya membaca dan memahami petunjuk Allah walaupun satu ayat. Ayat berikut adalah Surah Al Baqarah, ayat 36 : "Lalu setan memperdayakan keduanya dari surga sehingga keduanya dikeluarkan dari (segala kenikmatan) ketika keduanya di sana (surga). Dan Kami berfirman, “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain. Dan bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan.” 

Beberapa hal yang bisa saya ambil hikmahnya :

1. Setan cs lah yang membuat kita dilepaskan dari kenikmatan yang Allah berikan. Yang buruk terlihat baik oleh sudut pandang setan. Sebenarnya, apapun yang tidak mengantarkan kita kepada rasa syukur atas kenikmatan yang Allah berikan merupakan perbuatan setan. Terkadang saya masih melihat baik dari hal yang tidak baik, misalkan "boleh saja marah asal untuk kebaikan", "yang penting sedekah walaupun sedikit", "bersyukur itu cukup dengan menerima keadaan", "memilih sesuatu karena selain Allah, selama masih baik oke saja" atau lainnya. Selanjutnya di ayat 37, Nabi Adam meminta maaf, istighfar. Jika kesalahan terjadi ikuti dengan istighfar.

2. Kesalahan saya mengikuti rayuan setan, dapat membuat saya diberikan balasan yang setimpal. Pastinya saya tidak mau "dikeluarkan dari surga" (dilepaskan dari kenikmatan). Agar hal itu tidak terjadi, maka saya mesti mengikuti petunjuk Allah (ayat 38)

3. Sikap yang bener adalah setan itu musuh, maka setiap ada yang menghalangi saya untuk meningkatkan iman merupakan perbuatan setan.

4. Kehidupan di dunia (terlepasnya kenikmatan dari Allah) terjadi saling bermusuhan satu sama lain. Maka saya mesti berpegang teguh kepada jalan Allah. Bisa jadi setiap balasan atas kesalahan menghadirkan ketidaknyaman hidup, karena saya sudah ikut setan. kembali kepada Allah dan berpegang teguh agar tidak merasa takut dan tidak pula sedih (mengikuti Al Qur'an, ayat 38)

Insya Allah kultum kali ini dapat memberi motivasi saya untuk memberdayakan diri agar bersikap yang benar terhadap setan, mengikuti petunjuk Allah agar tidak tergoda setan, kalau setan sudah menggoda saya dan terjadi kesalahan, maka saya mesti memohon maaf kepada Allah. Saya bersyukur kepada Allah yang telah memberikan kenikmatan pada diri saya, bersegera memanfaatkan kenikmatan itu menjadi optimal untuk meningkatkan iman saya.

Tumpukan masalah adalah tumpukan kesalahan

 Dalam hidup selalu ada masalah, ada yang memiliki kemampuan menyelesaikannya dan ada yang tidak mampu menyelesaikannya serta ada yang tidak mudah dapat menyelesaikannya. Masalah mesti dilewati atau diselesaikan, selesai satu masalah dan hadir lagi masalah baru. Terkadang atau sering satu masalah belum selesai, sudah hadir masalah kedua dan seterusnya. Keadaan seperti ini membuat kita dikatakan bermasalah dan menjadi tumpukan masalah

Tumpukan masalah itu bila ditelusuri disebabkan beberapa hal :

1. Pertama karena kita tidak mengerjakan dengan tepat, artinya ada kesalahan yang diperbuat sehingga hasilnya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Dan menjadi masalah jika disikapi secara emosional (bukan akal sehat dan hati). Menyikapi hasil dari kesalahan membawa kita kepada hadirnya masalah.

2. Sekalipun kita bisa meningkatkan kemampuan untuk tidak salah lagi dapat menyelesaikan masalah. Bisa jadi belum selesai masalahnya sudah hadir masalah baru. Dan menjadi semakin bertumpuk jika kesalahan masih terjadi dan kemampuan tidak ditingkatkan.

Saya dapat simpulkan tumpukan masalah karena tumpukan kesalahan. Kejadian ini seringkali terjadi tanpa disadari, karena kita merasa tidak perlu belajar untuk meningkatkan kemampuan dan mengambil referensi ilmunya yang tidak tepat. Sudah merasa nyaman dengan kehidupannya dan "cuek" aja kalau ada masalah. Beberapa indikasi yang dirasakan seperti cepat lelah atau capek, berat dan lama mengerjakan (sulit), tertekan menghadapi sesuatu. Ada yang bilang,"saya sudah tidak muda jadi gampang capek". Hal ini bisa bener, tapi bisa juga orang yang tidak muda masih semangat dan mampu mengerjakan yang dikerjakannya. Tetep saja kemampuan sampai tidak muda itu menjadi referensi, apakah kita mampu menyelesaikan masalah sekalipun dengan usia yang tidak muda ?

Agar masih kita tetap dapat menjalani hidup dengan tenang dan tanpa masalah yang berarti, maka sebaiknya kita melakukan manajemen syukur dari sekarang :

1. Perbanyaklah istighfar untuk membersihkan hati agar semakin mudah untuk menerima kebenaran (petunjuk) dari Allah. Hati yang semakin bersih mampu menangkap hikmah dari kebaikan yang kita lakukan.

2. Teruslah mengembangkan sikap yang bener dalam menghadapi masalah. Sikap seperti apa ? Sikapi masalah dengan mengatakan bahwa masalah itu adalah harapan sehingga kita dapat menghadapinya tanpa perlu "takut" (malah seneng) karena ingin meraih harapan itu. Sikap ini mesti dilanjutkan dengan berpikir dengan akal sehat, memahami masalahnya dan mendetailkannya agar semakin mudah solusinya. Ini langkah manajemen syukur dengan menyadari kita dimampukan Allah untuk mengelola sikap dan akal sehat.

3.  Langkah selanjutnya adalah memaksimal potensi yang ada untuk bergerak/aktivitas langkah demi langkah sesuai kemampuan yang dioptimalkan. Langkah demi langkah itu mesti diikuti dengan belajar kepada referensi yang mutlak kebenarannya, yaitu Al Qur'an.

Tumpukan masalah bisa diselesaikan dengan menambah kemampuan yang sekaligus mengurangi kesalahan. Berdoa menjadi pamungkas kita agar Allah menyempurnakan untuk menjadi semakin baik.

Kultum kali ini memberikan wawasan agar mampu mengatasi masalah dengan pemberdayaan diri. Wawasan ini memotivasi kita untuk menjadi lebih baik. Insya Allah kita selalu diberdayakan untuk selalu bersyukur dengan apa yang Allah telah berikan.

Tumpukan kesalahan

 Ada pertanyaan yang mengintrospeksi, "apakah saya banyak salah ?" Jawabannya pasti. "Salah kepada siapa ?" Pasti salah pada diri sendiri, salah kepada orang terdekat dan orang lain. Bagaimana dengan salah kepada Allah ? Apakah semua kesalahan yang pebuat itu menjadi kesalahan saya kepada Allah ? Apa yang terjadi jika kesalahan itu sudah menumpuk ? Biasanya membuat saya malu bertemu dengan orang yang saya buat salah. Lama-lama komunikasinya menjadi jarang dan seperlunya. 

Karena dampak kesalahan itulah membuat saya "mengecilkan sendiri" dunia yang saya jalani. Kesalahan saya pada seseorang sudah pasti mengurangi nilai hubungan saya dengan orang tersebut. Saa bikin kesalahan dengan atasan, maka saya jadi "menghindar" dari atasan. Bagaimana dengan kesalahan kepada Allah ? Kalau saya sadar maka saya meminta maaf, kalau tidak maka Allah seolah membiarkan saya dalam kesalahan itu.

Berbuat salah itu bukan tidak boleh, sebenarnya salah itu bisa terjadi karena memang tidak tahu awalnya. Dengan ketidaktahuan itu saya melakukan hal baru, bisa berhasil (benar) dan bisa tidak tepat (salah). Contoh atasan saya sangat senang dengan saya, tentu ada sebabnya. Misalkan saya adalah orang yang penurut. Saat saya tidak tahu apa yang diperintahkan oleh atasan saya, maka atasan saya mau mengajari dan membimbing saya agar hasilnya bener. Dan kalau salah saya dimaafin setelah saya minta maaf dan dilanjutkan dengan hal yang bener. Sebenarnya semua orang mengalami yang sama, dan bisa jadi saya melakukan yang benar itu karena dibimbing oleh hati (tenang dan mengikuti petunjuk yang bener). Jika Allah menghendaki kebaikan kepada saya, maka Allah telah menyempurnakan apa yang saya lakukan. 

Yang menyebabkan saya cenderung salah, karena menganggap kesalahan sebelumnya dicuekin dan tidak apa-apa kalau salah. Maka terjadilah penumpukan kesalahan. Tumpukan ini secara pribadi membuat saya malu dan tidak nyaman, sehingga akal sehatnya tidak hadir. Maka kesalahan itu terus menutupi kebenaran yang ingin dikerjakan. Kalau bohong dianggap membela diri supaya saya tidak turun nilainya, maka saya dapat terus berbohong dan sangat kecil untuk berbuat tidak bohong. Dalam hati kecil saya ingin sekali berbuat yang bener. terus bagaimana ?

Belajar dan berlatih untuk meminta maaf kepada orang yang kita lakukan dengan tindakan salah, meminta maaf kepada Allah karena sudah berbuat yang tidak bener. Kedua hal ini sebenarnya saya sudah menganggap bahwa kesalahan itu boleh tapi mesti diperbaiki. Caranya adalah mengakui kesalahan dan meminta maaf. Insya Allah langkah ini dapat "menghapus" kesalahan saya (dimaafkan dan dimaklumi). 

Selanjutnya tidak ada cara lain bagi saya untuk melakukan beberapa hal :

1. Belajar dan menerapkan petunjuk yang bener (ilmu dan petunjuk Allah). Jika ada salah maka mohon maaf lagi. Minta maaf itu perbanyak istighfar, tujuannya agar hati menjadi lebih bersih. Dengan hati yang lebih bersih membuat saya mudah untuk menerima petunjuk dan ilmu yang bener. Saya mesti memperbanyak istighfar karena saya sebagai manusia suka lalai dengan kesalahan (tidak disadari saat berbuat kesalahan).

2. Memperbanyak kebaikan yang sudah saya kuasai (jarang salah). Hal ini juga dapat menghapus kesalahan yang sudah saya lakukan.

Kedua hal ini sangat berarti untuk memelihara perbuatan saya menjadi semakin baik. 


Dalam dunia kerja juga sama, kalau saya salah maka mau tidak mau saya mesti mengakui kesalahan itu agar bisa bangkit untuk memperbaikinya. Meminta maaf jalan untuk terus dapat berkomunikasi dengan baik (tidak dicuekin). Upaya untuk mengoreksi adalah langkah terbaik untuk "menutupi kesalahan". Agar kesalahan itu terhapuskan, maka mesti dilakukan hal-hal lain yang positif untuk menumbuhkan kepercayaan baru.

Tak berbeda jauh, dalam kehidupan keluarga pun bisa terjadi hal di atas. Untuk mencegah kesalahan itu terjadi, perbanyaklah istighfar agar kita bisa mengerjakan banyak hal dengan hati. Belajar dan memahami banyak hal untuk mendukung kesalahan itu sangat minim terjadi. Perbanyak pula kebaikan-kebaikan agar mampu menghapus kesalahan yang sudah terjadi.

Insya Allah kultum kali ini dapat menggugah kita semua untuk memberdayakan diri agar mampu terus banyak istighfar dan banyak pula berbuat baik. Inilah yang dapat kita jadikan motivasi untuk just do itnya.







Tidak mau takut, ikuti petunjuk Allah

Bismillahirrahmanirrahiim, malam ini masih diberi waktu untuk membaca dan memahami petunjuk Allah. Cukup dengan satu ayat aja, yaitu Surah Al Baqarah, ayat 38. Ayat yang bercerita tentang Nabi Adam, dikeluarkan dari kesalahannya.

Kami berfirman, “Turunlah kamu semua dari surga! Kemudian jika benar-benar datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” (QS. [2] Al-Baqarah : 38)

Insya Allah kita diberi petunjuk pula untuk memahami dan mengamalkannya :

1. Nabi Adam as telah berbuat kesalahan yang fatal dan resikonya kehilangan kehidupan di Surga. Di ayat lain Nabi Adam as menindaklanjuti dengan permintaan maaf kepada Allah dan diterima. Membayangkan kehidupan kita sekarang ini, jika kita salah fatal seperti Nabi Adam as dan Allah membalas segera kesalahan itu. Maka apakah kita mampu menanggung balasan Allah itu ? Mungkin Allah tidak membalas sempurna, tapi bisa jadi kesulitan kita sampai hari ini adalah balasan atas kesalahan kita. Yang menjadi pertanyaan adalah kita tidak sadar dengan kesalahan itu dan selalu menganggap kesulitan itu biasa. Kesulitan yang seharusnya ditindaklanjuti dengan memperbanyak istighfar. Oleh karena itu istighfar itu menjadi mesti sering kita ucapkan karena kita tidak pernah tahu kesalahan mana yang membuat Allah murka dan membalasnya.

2. Langkah selanjutnya, Allah memerintahkan kita untuk memperbaiki kesalahan itu dengan memahami Al Qur'an. karena tadi kita tidak saadr dengan kesalahan yang kita perbuat, maka membaca dan memahami Al Qur'an mesti dilakukan untuk mencegah kesalahan lain yang bisa terjadi. Insya Allah dengan memahami Al Qur'an sebagai petunjuk untuk memperbaiki kesalahan dapat menambah keyakinan kita dalam menjalani hidup ini, rasa takut yang terkendali dan tidak merasa sedih dengan apa yang hilang atau tidak kita dapatkan.

3. Masihkah kita tidak mau berpegang kepada petunjuk Allah ? Bukan Allah menjanjikan kebaikan dari mengikuti petunjukNya. Apakah mendahulukan petunjuk selain Allah untuk menyelesaikan persoalan hidup kita yang takut (khawatir) dan selalu sedih ? Petunjuk Allah itulah yang bener, maka ikuti dengan kesungguhan dan sepenuuh hati. Tidak perlu khawatir atau sedih, Insya Allah dengan mengikuti petunjuk dengan bener itulah Allah membimbing akal sehat kita dan mensupport tindakan kita (Allah menyempurnakan iman kita kepada petunjukNya).

Kultum tentang ayat ini menjadi sangat berarti untuk mengingatkan kita untuk memperbaiki keadaan kita sekarang. Ayat ini bisa memotivasi kita untuk terus memberdayakan diri agar selalu memahami petunjuk Allah, yang mutlak kebenarannya. Kalau tidak pernah memahaminya, kalau keyakinan kita melemah.  Seperti ayat sebelumnya, akal sehat mesti kita syukuri untuk memahami dengan bener tentang petunjuk hidup dari Allah yang Maha Tahu segalanya. 

Harga diri kok serendah itu

 Dalam seharian saya sering menyebut saya memiliki harga diri. Pertanyaan yang muncul adalah, berapa harga diri tersebut ? Apakah satu juta atau lebih ? Tidak mudah untuk menjawabnya. kalau saya tidak jawab dan tidak tahu, berarti kan harga diri saya rendah. Dilain waktu saya atau Anda pernah mengatakan kalau ada yang merendahkan saya atau Anda,"Saya punya harga diri dan tidak begitu caranya". Apa sih harga diri dan berapa nilainya ?

Saya atau Anda menganggap harga diri itu penting, kalau nggak orang menilai diri kita rendah. Harga diri itu penting untuk dihargai dan disegani orang lain. Kalau harga diri itu penting, apakah ada upaya untuk menaikkan harga diri saya atau Anda ? Selalu dijawab ada dong. Apa itu ? sembari mencari jawabannya,"iya saya tingkatkan kemampuan saya". Ternyata harga diri itu bukan sekedar kemampuan saja, tapi merupakan kemampuan x action. Untuk menambah harga diri, bisa kemampuan ditingkatkan atau actionnya yang diperbanyak. Jika ada orang tersinggung karena direndahkan, maka sebenarnya memang harga diri orang itu rendah. Seseorang yang mempunyai harga diri tinggi tidak menanggapinya. Karena semua keadaan itu berada dalam situasi emosional atau responsif.

Lalu berapa nilai diri kita sekarang ? Dinilai dengan uang adalah berapa jumlah uang kita dapatkan sekarang. Karyawan bisa disebut nilainya sebesar pendapatannya, dan pedagang (bisnis) senilai keuntungannnya. Tapi harga diri itu bisa dinilai dari perbuatannya (actionnya), dimana perbuatannya yang memberikan kebaikan untuk orang lain. Orang ringan tangan dapat mempunyai nilai tinggi karena disenangi banyak orang, dan menjadi kepercayaan orang. Orang yang senang berbagi juga menambah nilai dari harga diri, karena orang yang selalu dinanti banyak orang. 

Agar harga diri kita tidak direndahkan orang, maka teruslah untuk meningkatkan kemampuan dan pastikan dilakukan setiap hari. Hendaknya semua itu tidak dilakukan atas dasar "uang", tapi jadilah manusia yang bermanfaat buat orang banyak. Maka nilai diri itu menjadi sangat tinggi. Pada sisi Allah, manusia yang taqwa lah yang paling mulia. Dengan dasar iman, kita dapat membangun harga diri melalui tindakan yang baik yang diperintahkan Allah dan meninggalkan yang dilarang Allah. Soal rezeki (uang), Allah yang mengaturnya. Jadi menjadi sangat bernilai harga diri kita jika dimulai dengan membangun diri lewat jalan ketaqwaan. Harga diri yang tinggi di mata Allah dan pasti juga bernilai tinggi di mata dunia.


Kultum singkat ini merupakan sharing untuk saling mengingatkan tentang kebaikan. Kultum yang bisa memotivasi dan memberdayakan diri kita untuk semakin baik setiap hari. Insya Allah kita menjadi orang yang  bertaqwa yang mulia (dan memiliki harga diri tinggi) yang santun.

 

Hikmah dan akal sehat

Selamat malam, setelah seharian kita luangkan waktu mencari rezeki Allah, sepantasnyalah ada waktu yang khusus kepada Allah. Salah satunya kita belajar memahami petunjuk Allah. Ada banyak referensi untuk memahaminya. Yang Allah senangi adalah perbuatan yang dilakukan terus-menerus.


Dalam Al Qur'an surah Al Baqarah ayat 269, 

1. Allah memberi hikmah kepada siapa yang dikehendakiNya. Sebagai hambaNya kita tidak bisa meminta hikmah itu tersebut. Karena hak memberi itu ada pada Allah. Katanya meminta dapat kita terjemahkan dalam bentuk mempersiapkan diri dengan kemampuan yang cukup dalam menerima hikmah. Menjadi siap menerima hikmah jauh lebih baik daripada meminta.
2. Mengapa kita mesti mempersiapkan diri untuk menerima hikmah ? Allah memberikan penjelasan tentang hikmah, yaitu kebaikan yang banyak. Kebaikan yang banyak dari Allah itu menjadikan kita lebih baik dalam hidup. Inilah yang menjadi motivasi kita untuk bersiap diri dengan kemampuan yang tinggi untuk meraih hikmah tersebut.
3. Hikmah dan kebaikan itu hanya dapat dipahami dengan baik oleh mereka yang berakal sehat. Bagaimana kita bersyukur dengan akal sehat kita agar siap menerima hikmah Allah ? Akal sehat itu mestinya kita manfaatkan untuk memikirkan penciptaan Allah dengan benar. Akal sehat yang bisa meredam nafsu dapat membangkitkan hati menjadi berdaya. Bagaimana akal sehat mengambil makna memahami dan mengamalkan Al Qur'an sebagai pedoman hidup sebagai rasa syukur .... Bagaimana akal sehat melihat perbuatan yang bukan saja tersurat tapi yang tersirat, sedekah bukan sekedar berbagi tapi mengalirkan apa yang Allah berikan dengan berbagi kepada sesama (berbuat baiklah karena Allah telah berbuat baik kepada kita). Jangan pernah akal sehat itu dilemahkan oleh nafsu atau emosional kita. Bersyukur dengan akal sehat mesti mengantarkan kita untuk berbuat banyak hal dengan ikhlas, yang semakin menambah iman kepada Allah. Jika itu tidak terjadi, maka rasa syukur itu kurang pas dan mesti dikoreksi. Dengan kata lain semakin banyak perbuatan dengan akal sehat dapat memberi rasa tenang di hati. 
Terakhir kita selalu mengiringi perbuatan kita untuk disempurnakan oleh Allah lewat doa kita. Insya Allah kultum ini dapat memotivasi kita untuk selalu memberdayakan diri menjadi semakin baik.
 

masalah gitu kalau nggak lebih baik

 Judul di atas menjadi sebuah pertanyaan bagi mereka, entah itu pemilik perusahaan, direktur, manager, atau karyawan atau siapa saja Anda. Tanpa disadari banyak orang merasa tidak ada masalah untuk tidak menjadi baik. Mereka yang jadi bos, bisa mengikuti keadaan yang berubah (lebih baik) itu dengan uang mereka miliki sekarang. Seorang lingkungan itu bisa dibayar. Gaya ini juga ditiru oleh profesional untuk selalu mendapatkan uang dan bisa mengikuti zamannya. Ada yang bertahan dan banyaknya tidak bisa bertahan. Paling tidak kehidupan ini menjadi semakin tidak ringan dan tidak mudah.

Bisa jadi orang sudah merasakan waktu yang tidak cukup untuk mengerjakan yang seharusnya dilakukannya. Ini menunjukkan indikasi bahwa kemampuan kita sudah tidak cukup untuk menghadapi keadaan sekarang, apalagi di masa depan. Atau kita merasa selalu capek atau lelah setelah seharian kerja. Ini adalah akibat dari tidak adanya kemampuan yang diupayakan untuk lebih baik. Tidak menjadi lebih baik itu BUKAN sekedar biasa-biasa saja, mungkin seorang manager merasa nyaman selama anak buahnya tidak lebih baik atau atasan yang tidak mengusik kinerjanya. Maka keadaan ini tidak memaksa dirinya untuk meningkatkan kemampuannya lebih tinggi. Kemampuan bertahannya hanya bisa ditunjukkan oleh hasil yang 80% atau 100% kinerja. Hasil ini sudah dikerjakan dengan seoptimalkan (kerja keras). 

Apa sih yang membuat orang harus menjadi lebih baik :

1. Lingkungan yang setiap hari menjadi lebih baik. Ilmu dan kemampuan mereka itu sudah tidak sanggup menghadapi kehidupan sekarang. Kemampuan mereka mengandalkan kemampuan 2 tahun lalu atau bahkan lebih lama lagi.

2. Usia yang tidak lebih muda lagi menuntut Anda bekerja dengan lebih cerdas BUKAN lagi kerja keras. Seorang yang manager tidak mampu bersaing dengan mereka yang muda dalam soal ilmu dan kemampuan. Setiap Anda berulang tahun boleh menjadi cermin, apakah Anda sudah berkemampuan lebih baik ?

3. Bawahan atau karyawan yang lebih muda dan yang berkemampuan tinggi selalu "bertentangan" dalam pola pikir. Terkadang mereka mencari perusahaan yang menghargai kemampuan tinggi. Akibatnya Anda sebagai manager hanya memiliki anak buah yang kemampuan rendah, yang cenderung patuh kepada atasan dan biasanya memuji kehebatan Anda. Yang terjadi adalah organisasi Anda tidak menjadi lebih baik.

4. Pemilik atau atasan di atas Anda pasti ingin organisasinya terus menjadi lebih baik. Anda mau tidak mau dituntut menjadi lebih baik dalam kemampuan dan ilmu. Jika Anda tidak mampu menerima permintaan pemilik atau atasan di atas Anda, maka Anda tidak dipercaya lagi. Walaupun Anda tidak dipecat, maka Anda hanyalah pelengkap saja menuju pensiun.

5. Yang dapat menggerakkan Anda untuk menjadi semakin baik adalah waktu pensiun (tidak dipakai lagi). Semakin tidak lebih baik tahun ini telah menciptakan kebiasaan yang tidak baik ditaun berikutnya, akhirnya menjadi berat untuk menjadi lebih baik di masa yang lebih tidak muda.

6. Keluarga menjadi pendorong yang baik untuk Anda memiliki kemampuan yang lebih baik. Saat bujangan tanggungan masih kecil, sudah berkeluarga tanggungan semakin besar apalagi anak yang sudah dewasa dan mesti kuliah. Hanya dengan kemampuan yang lebih baiklah dapat membantu kehidupan keluarga yang lebih baik.

Dan mungkin masih banyak lagi. Perhatikan faktor di atas yang telah mengingatkan Anda untuk segera meningkatkan kemampuan Anda sekarang. Kalau tidak perhatikan pula kehidupan Anda ... mulai mengalami kesulitan dalam kerja, semakin tidak cukup waktu dan mudah lelah berat setelah kerja. Masih mau seperti ini terus ? 

Orang yang cerdaslah yang bisa mengambil pelajaran. Bertemanlah dengan orang baru atau temen lama yang sudah banyak berubah menjadi lebih baik karena kemampuannya. Masalah gitu kalau nggak lebih baik ? Pasti masalah dan bertambah masalahnya setiap hari.

Demikina kultum ini saya sampaikan dari pengalaman dan pengamatan saya. Kultum yang memotivasi Anda dan saya sendiri untuk selalu bergerak dan meningatkan kemampuan. Pemberdayaan diri menjadi langkah utama yang mesti dilakukan. Tetap semangat ya. 

Seorang manager dengan aktivitas bawahan

Menurut para profesional, banyak orang yang sudah menjadi manager, faktanya mereka mengerjakan pekerjaan bawahannya. Kok bisa ? Seringkali manager hanya memerintahkan apa yang seharusnya dilakukan bawahan agar kinerja team tercapai. Lalu mau ngapain kalau udah tercapai ? Diterusin aja, job desc biasanya tidak bertambah banyak, maka apa yang sudah dicapai itu dan terus terjadi. Perusahaan menjadi tidak berkembang. Bos terbuai dengan laporan yang aman-aman saja dari para manager dan menjadi tidak mudah menghadapi beberapa tahun berikutnya karena kinerja tetap tidak semakin baik.

Yang terjadi adalah perusahaan menambah sdm agar kinerja meningkat. Sah-sah aja. Tapi biaya perusahaan meningkat sehingga kebijakan yang diambil adalah menaikkan harga produk/layanan. Kebijakan ini hanya untuk mempertahankan keuntungan bos. Salah nggak ? Nggak salah juga, karena tren yang ada adalah menaikkan harga setiap tahun. Boleh dong kita berpikir tentang produktivitas, bukankah dengan kecanggihan teknologi dan IT telah mampu meningkatkan kinerja karyawan, lebih cepat dan lebih mudah. Harga pelayanan atau produk bisa saja dinaikkan tapi kenaikan itu bisa untuk mendongkrak kesejahteraan karyawan. Karyawan yang sejahtera dapat mendorong karyawan untuk bekerja semakin produktif. Tetapi faktanya semakin harga produk/layanan yang meningkat tidak mampu menaikkan kesejahteraan karyawan. Keadaan ini membuat karyawan tidak termotivasi meningkatkan produktivitas. Lalu ? Karyawan merasa berat mengerjakan pekerjaannya. 

Bagaimana dengan kehidupan saya sendiri ? Saya ingin mendapatkan kesejahteraan lebih tinggi. Bagaimana caranya ? Sama halnya dengan perusahaan. Untuk mendapatkan pendapatan lebih, maka saya mesti memberikan produktivitas yang tinggi. Pendapatan itu seperti kesejahteraan, maka hanya bisa dicapai dengan produktivitas kerja tinggi. Untuk menjadi produktif bisa dengan berbagai cara. Salah satunya adalah meningkatkan kemampuan dengan belajar lebih banyak ilmu dan melatih ketrampilan. kemampuan yang rendah menyebabkan saya tidak mendapatkan pendapatan tinggi, saya tidak percaya orang dan kepercayaan itu diberikan kepada orang yang produktif. 

Sejalan dengan diri sendiri dan sebagai karyawan, menjadi produktif itu penting, meningkatkan kemampuan itu harus dengan belajar atau dengan meningkatkan ketrampilan. Keadaan ini membuat diri saya menjadi produktif, yang berakibat juga pada pekerjaan. Akhirnya kemampuan itu menghasilkan kepercayaan. Disinilah saya mendapatkan nilai dari kepercayaan itu dengan pendapatan yang lebih baik. Teruslah untuk meningkatkan kemampuan saya untuk selalu diap menghadapi persaingan. kalau saya adalah manager, maka saya mesti mulai berpikir menjadi GM atau direksi, maka saya pun mengerjakan tugas GM atau direksi dan saya mesti mulai pula memberdayakan bawahan saya untuk mandiri. Mulailah mempercayai bawahan untuk mampu mengerjakan tugas saya sebagai manager.


Kultum ini menjadi peringatan bagi seorang manager yang mengaku manager tapi masih belum bisa menunjukkan produktif. Seakan ingin menunjukkan kepada bawahannya saya ini hebat sebagai bawahan. Tapi tanpa sadar saya telah menunjukkan pula saya bukan manager dan hanya bawahan yang hebat. Permberdayaan diri sendiri dan memberdayakan bawahan menjadi kunci untuk menjadi semakin produktif. Saya manager tapi kerja saya adalah GM atau direksi. Yuk motivasi diri kita semua untuk selalu berpikir dan bertindak pada level yang lebih tinggi mulai sekarang.



Tuliskan keinginan ... teruskan atau tidak

 Setiap orang memiliki keinginan, ya sebuah harapan untuk membawa kita kepada kehidupan yang semakin baik. Apakah setiap orang memiliki keinginan ? Pasti ada lah, tapi beberapa orang hidupnya bersyukur aja dan keinginan itu tidak penting. Kalau ada keinginan (atau mimpi lah pengen sesuatu), rasa saya bersemangat untuk mewujudkannya. Tapi belum selesai keinginan dicapai, sudah ada keinginan yang mau dicapai. Begitulah seterusnya saya selalu berada dalam keinginan (mimpi). Masihkah begitu ?

Seorang trainer bilang,"stop dreaming dan just action now". Rasanya tidak mudah menghentikan mimpi (keinginan). Karena hal itu selalu hadir dalam pikiran saya. Saya menafsirkan stop dreaming itu BUKAN menghentikan mimpi, tapi memfokuskan satu keinginan diwujudkan jadi nyata (tercapai). Bisa jadi keinginan saya saat ini mendukung keinginan saya sebelumnya. Satu keinginan dari keinginan yang lain hampir mirip hanya bahasa yang sedikit berbeda. Misalkan ingin kaya, belum kaya tapi ada keinginan lain berupa ingin kerja bener. Maka kedua keinginan ini saling mendukung. Pesan yang disampaikan trainer itu bisa disikapi dengan selalu mencatat keinginan (mimpi) dan memahami dengan bener dan melaksanakannya step by step. Mengapa mesti mencatat ? Bukti keseriusan dan kesungguhan untuk mengupayakannya. Jika ada keinginan lain, catat kembali dan bisa jadi saya dapat melihat skala prioritasnya.

Ingin kaya, menjadi keinginan semua orang. Dengan kaya, semua dapat melakukan apa yang dia inginkan. Kondisi ini merasuki perasaan seseorang untuk memotivasinya. Bayangan kondisi menjadi orang kaya tidak perlu diajarin, semua orang siap membayangkannya. Tapi saat kita memikirkan dengan serius, kok tidak mudah untuk meraihnya dan butuh waktu lama ? Memikirkan untuk serius aja seperti sudah tidak mudah dan membuat perasaan kita tidak nyaman untuk melakukannya. Bagaimana kalau nanti kerja keras bikin sakit ? Bagaimana kalau nggak berhasil dan bisa menghabiskan waktu percuma ? dan banyak lagi hal yang dipikirkan tentang yang tidak positif. Kalau begini buat apa kita memiliki keinginan ? Yuk tenangkan diri dan beri ruang untuk berpikir positif dan baik agar yang tidak mudah itu menjadi mungkin dilakukan.

Yang pertama adalah pasti kita menggantungkan harapan (keinginan) itu kepada Allah yang Maha Berkuasa dan mengizinkannya terjadi. Dalam pemahaman ini, kita menjadi mungkin meraih keinginan kita. Tidak ada yang mustahil bagi Allah, tinggal kita yakin nggak. Salah satunya adalah mengerjakan apa yang Allah ridhai. Misalkan shalat yang tepat waktu, bukankah persyaratan ini tidak butuh modal. Tinggal mau nggak ? Membaca dan memahami Al Qur'an agar mendapatkan petunjuk menjadi kayanya. Diantara petunjuk itu adalah memberi (sedekah). Semakin banyak sedekah semakin bikin kita kaya (pahala). Dengan pahala itu kita diizinkan dan dimampukan Allah dalam mengerjakan keinginan.

Tak hanya itu, belajar ilmu apa saja agar bisa mengerjakan langkah-langkah untuk kaya. Dengan ilmu kita bisa melayani banyak orang. Pelayanan yang baik mesti mendapatkan balasan. Tidak ada yang tidak mungkin kalau kita bisa belajar (menguasai ilmu) untuk meraih keinginan. Ilmu yang kita miliki yang mungkin kita tidak pede, karena ilmunya tidak berhubungan langsung tentang kekayaan. Tapi yakinlah memberdayakan diri agar selalu belajar dan mengambil kebaikan dari setiap kejadian adalah dilihat Allah. Mengajarkan ilmu, Allah balas pahala jariyah. Amal jariyah itu bisa mendampingi kita dalam bekerja. Dengan ilmu itu kita membantu orang lain menjadi lebih baik. Bis jadi juga ilmu yang sudah kita miliki bisa mendorong kita memiliki ilmu lain yang sangat bermanfaat bagi kerja kita menuju keinginan.


Insya Allah kultum hari ini bisa jadi motivasi dan ingin selalu memberdayakan diri. Setiap keinginan bisa menjadi keburukan, tapi bisa juga menjadi kebaikan. Untuk itu kita selalu mendasarinya dengan iman. Siapkan keinginan dengan menyiapkan langkah-langkahnya.


Mbah Google

 Mbah Google sudah menjadi ikon bagi semua orang untuk tahu apa yang ingin diketahui. "Mas mau tanya tentang ini bolh nggak ?" Jawabannya adalah pengen tahu, bilang aja sama mbah Google. ternyata mbah Google yang menampung banyak hal dari berbagai sumber dapat memberi solusi bagi mereka yang tanya. Mau tanya agama aja bisa dijawab dan lebih cepat. Siapa sih mbah Google ? Tak lebih dari sebuah mesin yang direkayasa oleh orang (team). Mbah Google selalu dibilang pinter, padahal kan nggak pinter. Orang yang mengatur mbah Google lah yang pintar.

Apa yang terjadi dengan kita yang selalu bisa mendapatkan apapun dari mbah Google. Kita membutuhkan "petunjuk" sebagai langkah awal untuk menyelesaikan persoalan kita atau keperluan lainnya. Biasa informasi dari mbah Google menjadi modal kita untuk mengembangkannya menjadi lebih bermakna. Yang hebat lagi kita selalu menjadi "percaya", kalau pun kurang tepat kita tidak benci tapi tetep berlangganan dengan mbah Google. Karena merasa tidak ada yang bisa membantu kita selengkap mbah Google. Begitulah mbah Google dipercaya sekalipun tidak menjanjikan 100% yang kita butuhkan. Kepercayaan itu sudah cukup kuat untuk mengikutinya. Padahal kita tidak tahu apakah mbah Google itu bener atau tidak. Dasarnya percaya dan kita tidak tahu, maka kita ikuti.

Google Map salah satu layanan Google, kita perlu maka kita merasa salah satu yang dipercaya daripada yang lain. Agar kepercayaan kita menjadi kuat, maka kita mesti memahami tentang cara penggunaan Google Map. lalu kita sampai tujuan kita mau kemana dan dimana kita berada. Terus apa yang terjadi ? Google Map memberi petunjuk jalan yang mesti dilalui, jalan motor atau mobil, dan selalu memberi jalan yang tercepat (terdekat). Tidak hanya itu, Google Map bisa memprediksi perjalanan kita, dan tinggal berapa dekat kepada tujuan. Dengan petunjuk itu, kita pun sudah percaya. Lalu ? kita mengikuti dan taat pada perintah Google Map. Bagaimana jika kita tidak taat kepada Google Map ? Kita semakin jauh dari tujuan, dan Google Map menuntun kembali dari lokasi kita dengan petunjuk baru. Kata mas Tukul,"Amazing". 

Dalam hidup ini sama seperti mbah Google tadi. Kita selalu mencari petunjuk lebih dari itu. Mbah Google itu mesin, kok kita percaya ? Bagaimana dengan Allah yang menciptakan kita dan yang menciptakan mbah Google juga lewat hambaNya ?  Adakah kita percaya tanpa ragu kepada Allah seperti halnya dengan mbah Google ? Bukankah Allah itu Jauh lebih Maha dari mbah Google. Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat, sedangkan mbah Google tidak. Allah membalas apa yang kita kerjakan, sedangkan mbah Google hanya sekedar memberi petunjuk (yang tidak bener 100%). Dengan menganalogi mbah Google itu, kita hendaklah memikirkan ulang tentang iman kita. Iman kepada Allah, yang telah menurunkan petunjukNya yaitu Al Qur'an, yang bisa menjawab semua keperluan kita, yang bisa membimbing kita dan yang mengizinkan semuanya terjadi.

Iman kita kepada Allah, mesti dimulai dari percaya (iman) itu sendiri yang Allah telah berikan kepada kita yang muslim. lalu ? Iya kita mesti memahami iman itu sendiri dengan mensyukuri dengan mengenal dan memahami Allah. Abis itu ? Kita mengikuti petunjukNya yang dengan bener dan semakin disempurnakan. Mengikuti petunjuk Allah itu mesti menjalani yang diperintahkan dan tidak mengerjakan yang dilarang, semua itu dikerjakan karena Allah. Mengikuti itu berarti mengerjakannya terus-menerus, maka taatlah kepada Allah, taat kepada Rasul yang diutus Allah, taat pula kepada pemimpin yang Allah rahmati, dan taat pula kepada petunuk yang Allah telah turunkan.

Alhamdulillah dengan kultum singkat ini, kita dapat memberdayakan diri untuk menjadi semakin baik. Dapat menjadi inspirasi dan motivasi untuk terus belajar dan meningkatkan iman kita kepada Allah.

Taqwa itu bagi akal sehat

 Malam ini saya belajar lagi dari petunjuk Allah. Dalam khutbah shalat Jum'at selalu disebutkan oleh penceramah untuk mengingatkan dirinya untuk menjaga ketaqwaan dan juga dinasehatkan kepada jamaahnya. Taqwa dimaknai untuk selalu taat kepada perintah Allah dan taat pula untuk tidak menjalani larangannya. Sabar dalam ketaatan menjadi penting.

Allah berfirman dalam surah Al Baqarah ayat 197 ,"(Musim) haji itu (pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi. Barangsiapa mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, maka janganlah dia berkata jorok (rafats), berbuat maksiat dan bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji. Segala yang baik yang kamu kerjakan, Allah mengetahuinya. Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat!"

Allah menyampaikan bahwa bekal yang baik itu adalah taqwa, dan taqwa itu bisa terjadi bagi mereka yang menggunakan akal sehatnya. Akal sehat mesti dipergunakan untuk berpikir dan memahami tentang petunjuk Allah. Jika malas, maka tidak mudah untuk menjadi taqwa, jika tidak mau mikir lebih lanjut, maka kita tidak menemukan maknanya, atau apa pun yang kita rasakan cenderung tidak menemukan taqwa itu. Akal sehat itu sejalan dengan taqwa, Akal sehat pasti ingin balasan Allah, maka menjalani perintah Allah itu lebih mudah. Akal sehat itu sangat ingin mengajak perasaan kita menjadi nyaman dan enak, maka akal sehat mengajak tubuh untuk mengerjakan perintah dan meninggalkan larangannya. 

Pergunakanlah akal sehat kita dengan terus memahami ilmu Allah baik dalam keadaan berbaring, duduk dan berdiri. Dengan demikian kita siap memelihara taqwa dalam setiap langkah kehidupan kita.

Pemberdayaan diri untuk meningatkan taqwa menjadi motivasi kita untuk hidup yang rahmati Allah. Insya Allah kultum singkat ini dapat memacu kita menjadi lebih baik lagi. Bersyukur dengan adanya akal sehat kita dengan terus mempergunakan akal sehat dengan petunjuk/ilmu Allah. 

Enak nggak sih berlibur ?

 Setiap Minggu banyak orang menghabiskan waktunya di tempat wisata atau tempat yang dirasa memberi kenyamanan. Puncak, Bogor menjadi tempat favorit untuk melepaskan lelah. Udara Puncak yang sejuk mendukung untuk beraktivitas santai yang bisa menurunkan otot-otot tubuh yang selama seminggu telah bekerja. Mungkin yang punya uang cukup bisa menghabiskan liburannya seminggu sekali. Tapi yang nggak cukup uangnya bisa jadi 1 bulan sekali atau bahkan lebih. Yang jadi pertanyaan saya adalah, apakah mesti berlibur setelah merasa lelah dari bekerja ? Yang lelah itu yang bekerja, tapi yang lain jadi ikut. Bagi yang lain, apakah juga melepaskan lelah "kerja" ?

Yang pertama adalah setiap hari kita bekerja sampai malam, tentu perlu waktu untuk memulihkan keadaan kita untuk bekerja hari berikutnya. Kita sudah disiapkan waktu malam untuk istirahat, tapi beberapa orang malah bekerja sampai larut malam sehingga tidur di waktu malamnya merasa tidak cukup. Dilematis aja, kurang tidur atau kurang cerdas kerjanya atau hanya ingin menghabiskan waktunya saja (di malam hari biar disebut gaul). Yang menjadi anehnya adalah waktu kerja yang tidak cukup itu diterusin setiap hari dan tidak ada kemauan yang tinggi untuk mencerdaskan diri (intelektual dan spiritual) agar mampu menyelesaikan pekerjaan lebih cepat dan berkualitas. Keadaan ini semakin terpuruk karena semakin hari keinginan (target kerja) semakin tinggi sedangkan ilmu tak sebanding, yang menyebabkan kita bekerja lebih lama (semakin malam).  Akibatnya tidur tidak cukup, dan butuhlah yang namanya liburan. Apakah kita menyadari ini ? kondisi yang tidak memperbaiki keadaan. Sudahkah kita selalu belajar setiap hari ? Mungkin beberapa orang merasa tidak ada waktu lagi untuk belajar karena disibukkan dengan pekerjaan.

Yang kedua, sepertinya kita merasa kerja sendirian. Maksudnya kita bekerja yang staf atau temanlah yang levelnya sama. pernahkah kita berpikir bahwa keadaan inipun tidak memberi kebaikan. Ada sedikit, tapi tak banyak. Kalau kita atasan, malah kita menghabiskan memberikan waktu dan ilmu, sedangkan untuk diri kita sendiri sudah tidak ada. Meminta bantuan ke siapa ? Mungkin teman yang baik. Bisa saja sesekali, tapi tidak bisa terus-menerus. kembali lagi kepada kita sendiri. Kalau kita tidak sanggup menerima keadaan ini, yang muncul adalah "emosional". Lagi-lagi "emosional" ini tidak ada baiknya buat kita. Belajar lagi sangat mungkin jika ada kemauan yan besar, hal ini bersaing dengan waktu kerja. Bisa diraih ilmu baru tapi tak prosorsional dengan apa yang kita emban. Saat kita merenung di malam hari dan pagi, sering hadir yang namanya Allah. Adakah kita merasa penting menggunakan Allah dalam kerja kita ? Merasa kurang percaya, apakah shalat bisa membuat kerja kita semakin baik ? Apakah sedekah kita bisa meringankan kerja kita ? Apakah niat yang ikhlas itu dapat menyakinkan kita Allah membalasnya dengan kecukupan ? Padahal pertanyaan ini sudah dijelaskan Allah dengan terang. Allah membalas apa yang kita kerjakan dengan ikhlas dengan balasan yang berlipat dan bahkan mendudukkan kita sebagai pemimpin. Semakin banyak sedekah semakin mudah bagi Allah mencukupkan dan menolong kita dalam pekerjaan kita. Jika kita ingat Allah, maka apakah tak cukup Allah membantu kita dalam kerja ? dan Allah pun menidurkan kita dan membangunkan kita kembali dengan keadaan fresh di pagi hari. Setiap malam Allah sudah menyiapkan kita untuk istirahat dan bekerja di siang hari. Setiap hari kita diberi kesempatan untuk mau menyerahkan jiwa kita pada setiap malam atau kita terpaksa tidur karena kelelahan. Apakah masih perlu berlibur ? Ya pasti masih perlu, kita bisa berlibur karena ingin bersama dengan keluarga.

Yang ketiga, apakah nggak bisa kita bekerja setiap hari seperti berlibur ? Kita menjawab,"mana mungkin". Mari kita pakai kata berlibur itu kan melepaskan lelah setelah seharian kerja. Pertanyaannya adalah bagaimana jika kita bekerja tanpa kelelahan yang berarti ? Apa bisa ? Perhatikan pelukis dapat menjadikan melukis itu sebagai yang menarik (hobby) sehingga sewaktu mengerjakan lukisan tidak terasa lelah. Artinya kerja melukis itu tidak menjadi beban tapi malah menyenangkan. Kita lelah bekerja karena cenderung menganggap kerja itu sebagi beban, berat dan melelahkan. Sedangkan berlibur itu enak dan menyenangkan. Konsep ini bisa kita diterapkan (mungkin tidak 100%), tapi dapat mengurangi kelelahan kita. Apa itu ? Bagaimana kalau kita kerja itu sebagai amanah Allah yang mesti kita pertanggungjawabkan dengan baik ? Semua itu bisa kita lakukan hanya dengan kerja yang ikhlas. Kerja ikhlas itu adalah menaruhkan kecintaan yang banyak pada kerjanya bukan berapa lama kita kerjanya. Insya Allah kerja yang ikhlas selalu diiringi dengan semangat (energi) sehingga kerja kita sangat kondusif. Senang mengerjakannya dan bahkan kita senang menghadapi masalah yang terjadi. Toh Allah selalu membimbing kita selama bekerja (selama kita ingat). Akhir waktu tetap ada kelelahan yang kita alami, tapi kelelahan ini sangat menyenangkan. Agar kerja kita ikhlas, maka dekatkan diri kita kepada Allah dengan memahami petunjukNya. Ikuti dengan belajar pengetahuan tentang pekerjaan kita agar mulai menyenanginya. Dan ciptakan setiap hari kita memiliki hal baru dalam bekerja. Masih ingin berlibur ? Beberapa orang menjadi "sakit" kalau nggak kerja. Berliburpun dijadikan waktu kerja dengan makna lain.

Terakhir yang dapat kita maknai dengan libur adalah libur itu sendiri bisa menjadi bagian dari kerja kita. Kita bukan lagi butuh libur untuk melepaskan kelelahan, tapi kita memerlukan libur untuk kerja yang lebih baik lagi. Insya Allah berlibur bukan saja melepaskan lelah, tapi menjadikan kita lebih baik. Habis libur tambah lelah dan sakit, itu artinya berliburnya tidak tepat. jangan sampai ya. Habis berlibur semakin bersemangat melanjutkan aktivitas lainnya.

Insya Allah kultum singkat membuka pikiran kita semakin bijak dalam hidup. Setelah itu mesti kita berdayakan diri untuk mengamalkannya. Inilah motivasi yang penting dalam hidup kita. Semua ini menjadi rasa syukur atas pemberian Allah dengan akal pikiran, hati, pendengaran, penglihatan dan tubuh ini. Maha suci Engkau, ya Allah. ajari kami, bimbing kami untuk menjadi hamba yang pandai bersyukur dengan mengoptimalkan apa yang telah Engkau berikan.

Mengikuti petunjuk agar tidak tersesat

 Malam ini mengisi hati kita dengan petunjuk Allah, yaitu Surah Al Baqarah 2 : 38. Allah berfirman "Kami berfirman, “Turunlah kamu semua dari surga! Kemudian jika benar-benar datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati".


Saya membayangkan saat melangkah menuju ke suatu tempat tanpa petunjuk dari yang memahami tempat tersebut, maka saya tidak mudah untuk tiba di tempat tersebut. Dunia yang saya tidak tahu dan saya pun tidak paham tentang alam ini, maka saya membutuhkan petunjuk dari Sang penciptanya alam semesta ini. Untuk apa ? Agar saya tidak khawatir dan takut, dan saya tidak bersedih untuk hidup di dunia ini dan hidup di akhirat nanti.
Sudahkah saya menyakini petunjuk itu ? Saat ini saya memiliki pintu masuknya yaitu iman yang Allah izinkan ada dalam diri saya. Dengan iman ini saya mesti mempercayaiNya tanpa ragu. Untuk itu saya mesti memahami dan mengamalkannya serta taat terus. Masak sih saya tidak mau petunjuk dari Allah itu ? Pasti mau, yang jadi persoalannya adalah saya mesti melawan musuh yang menjauhkan saya dengan hal tersebut, yaitu setan. Tidak mudah, tapi bisa jika saya terus ingat kepada Allah dan bersyukur dengan apa yang Allah telah berikan.



Mengembangkan ide

 Seseorang yang memiliki kemampuan bicara yang banyak karena memang ada banyak hal di dalam pikirannya. Terlepas itu hanya bicara saja atau tidak. Tapi kemampuan bicarnya  sangat bagus. Kata demi kata dapat dirangkai menjadi sebuah kalimat. Kalimat demi kalimat pun jadi hingga paragraf. Pertanyaanya, kok bisa ya ?

Tentu orang tersebut memiliki jam terbang yang cukup. Tapi tidak hanya jam terbang . Orang tersebut memiliki penguasaan atas apa yang dibicarakannya. Kebebasan berpikir memberikan kita peluang untuk memahami banyak hal, tapi terkadang kita suka menutupi atau membatasinya. Misalkan ada ungkapan, "saya tidak bisa" atau "kayaknya sulit deh". atau kita pernah,"saya tidak mau, saya tidak tahu". Kalimat ini sudah menutup pikiran untuk berpikir dan belajar, dan kita jadi tidak bisa lebih baik.

Berlatihlah untuk membuat kalimat dari 3 kata atau 4 kata dengan makna yang luar biasa. Misalkan Kabar-Nikah-Pekerjaan-Sehat, kalimatnya boleh mengandung ke-4 kata, atau menulisnya dalam beberapa kalimat. "Saya mendengar kabarnya kamu mau menikah, kapan menikahnya ? Syukurlah dan sekarang sudah mendapatkan pekerjaan. Penting banget pekerjaan sebagai modal mengarungi pernikahan, paling tidak fisik sehat, keuangan sehat dan tentu ruhaninya juga sehat". Bagaimana ? Bisa nggak membuat seperti contoh di atas ? Ide itu kadang muncul saat kita membuat kalimat atau ngomong sendiri,"aha ternyata mau nikah itu mudah". Ide ini bisa menjadi perbincangan menarik karena beberapa orang bilang tidak begitu.

Perbedaan ini jika dilanjutkan dengan benar, maka semakiin luas pandangan kita untuk mengetahui banyak syarat nikah. Sebagai muslim bisa jadi memang nikah bukan sekedar mesti ada uang yang memadai. Tapi menikah urusan dengan Allah, dan mengikuti sunah Nabi Muhammad. Allah pun berjanji mencukupkan kehidupan mereka yang tidak berkecukupan yang mau menikah. Perdebatan dimulai disini, berbeda dan bertanya berapa uang yang mesti disiapkan untuk menikah ? Bukankah hanya dengan menulis kalimat dari 4 kata dapat menghadirkan ide untuk menulis atau membicarakannya.

Ide tidak datang dengan kita diam, tapi ide itu didapat dari kita berupaya mendatangkannya. Dimana situasi tenang, relax BUKAN santai tapi dalam keadaan kerja. Atau suasana relax dalam upaya berpikir.

Untuk apa sih ide ? Ide sebagai langkah awal untuk kita melakukan banyak hal. Tidak boleh menyepelekan ide, mendiamkan atau menolaknya. Ide mesti ditindaklanjuti dengan pemikiran yang positif. kebiasaan kita yang mendiamkan ide,"ada ide nih". Idenya nggak dicatat atau diingat ... seiring kita kerja ide tersebut hilang. Ide kerja, atau ide bisnis atau ide solusi dan lainnya. Ilmuwan masa lalu selalu meneruskan ide dengan mempraktekkannya. Praktek yang belum bener diteruskan sampai menemukan idenya bener.

Nggak punya ide ? Kita hanya sebagai follower saja. Atau agak sulit menemukan solusi yang luar biasa yang dapat menyelesaikan persoalan yang kita hadapi. Yuk berlatih menjadi orang yang selalu punya ide.


Katanya mau berubah sekarang

 Ada dorongan saya untuk berubah, apa yang mesti saya ubah duluan ? Pertanyaan ini baru muncul, karena banyak hal yang mau diubah. Tapi kenyataannya perubahan hanya sementara. Katanya mau berubah, tapi pakai syarat. Kalau nanti saya udah ada ilmunya, kalau nanti saya sudah siap dan kalau .... yang lainnya.

Yang menjadi pertanyaan saya di atas, yang mana duluan yang mesti diubah ? Harus punya ilmu dulu baru berubah, atau setelah punya uang duluan baru bisa berubah, atau harus kerja keras dulu dan mendapatkan uang baru mau berubah. Begitulah kenyataan yang sebenarnya tanpa disadari saya mau berubah tapi tidak ada yang fokus sampai tuntas. Maka pikiran tidak segera memerintahkan perubahan itu kepada tubuh (dalam tindakan nyata yang terus-menerus). Memang sih saya bisa semangat karena suasana yang saya rasakan bisa membangkit saya untuk berubah. Misalkan suasana bertemu dengan temen yang sukses, semangat berubahnya tinggi. Tapi semua hanya sekedar semangat saja, karena saya tidak mempunyai modal untuk memulai seperti temen saya. Begitu juga saat mencari ilmu baru dalam training, saya bersemangat sekali karena dengan ilmu itu hanya bisa melakukan hal baru. Tapi hasilnya ternyata tidak langsung diperoleh (butuh proses dan waktu). Alhasil perubahan dengan ilmu baru itupun reda. Semua perubahan yang dimulai berlangsung tidak lama dan kembali kepada rutinitas yang sudah biasa.

Secara logis sudah terjadi seperti di atas, dan secara emosional juga tidak terlalu berhasil juga. Dari pengalaman di atas, saya merasakan perlu yang namanya kontinuitas (memelihara dan selalu ingin meneruskan apa yang sudah diubah menjadi semakin baik). Semangat ada, ilmu ada, motivasi ada .... rasanya semua sudah dimiliki. Mengapa saya belum juga berubah ? Boleh nggak saya bertanya dalam diri saya sendiri, "Apa iya semua itu saya yang menentukan ?" Jika memang yang menentukan, maka saya bisa dong berubah. "Apa iya ya ?" Kan masih ada Allah, dimana saya bergantung segala hal, saya hidup karena Allah berkehendak, saya bisa berjalan/belajar/berkembang karena Allahh yang memberi fasilitasnya dan mengizinkannya, saya mati karena takdir Allah .... Mengapa saya tidak berserah kepada Allah yang menguasai semua pada diri saya ?

Allah memiliki segalanya, mau ilmu Allah punya, mau bimbingan Allah yang Maha sempurna dalam membimbing saya, mau pengingat Allah yang Maha mengingat 24 jam dan kalau salah Allah yang maafin. Katanya mau berubah sekarang, maka saya mesti kembali dulu ke awal, menggantungkan harapan kepada Allah, memohon harapan yang baik, memohon izin harapan yang saya inginkan dirahmati. Insya Allah dengan mengawali perubahan yang saya inginkan dirahmati Allah, lalu saya meneruskannya dengan mencari ilmu Allah yang telah janjikan bisa mengantarkan saya berubah (dan sukses). Saya melakukan perubahan itu karena Allah, maka perubahan dapat mempertahankan kontinuitasnya. 

katanya mau berubah sekarang, sekaranglah untuk meminta ampun atas kesalahan saya sebelumnya. Insya Allah saya mendapatkan semangat untuk membersihkan hati agar saya mudah dan siap menerima petuntuk Allah. Petunjuk di hati inilah yang dapat memberi saya ilmu dan kemampuan dalam mengamalkan (mengerjakannya).

Sudahkah menyadari potensi kita ?

 Sebagai karyawan atau pekerja apapun, yang sering bicarakan adalah kesulitan dan tidak mudahnya mendapatkan rezeki Allah. Seolah kuluhan kita ini didengar orang lain dan mendapatkan solusi atau bantuan. Ternyata keluhan dijawab dengan hal sama, yaitu kesulitan yang sama. Beberapa orang mendengar dengan baik, tapi tetep saja mereka mengeluarkan masalah mereka juga. Keadaan ini tidak bisa membuka hati untuk dapat memahami banyak hal. Fokusnya hanya masalah dan kesulitan. Padahal disisi lain kita memiliki potensi untuk bisa menjalani kesulitan tersebut dengan aktivitas positif.

Banyak dari kita tidak ingin memahami potensi yang sudah kita miliki. Misalkan kemampuan berpikir (otak) kita. Apakah kita tidak mau berpikir lebih baik lagi ? Memanfaatkan potensi otak saja sudah cukup untuk menekan keluhan seperti di atas. Kok bisa ? Pemanfaatan otak untuk berpikir banyak hal dapat mendorong kita untuk beraktivitas dan tidak ada waktu lagi untuk bercerita kesulitan. Yang ada dalam pikiran kita adalah sangat menarik untuk terus berpikir yang positif. 

Setelah kita menyadari potensi berpikir kita, maka selanjutnya bukankah kita memiliki tubuh yang sehat untuk menjalani apa yang kita pikirkan. Apakah kita nggak mau bertindak atas pikiran yang positif ? Apakah pernah menyadari semua itu sebagai pemberian Allah, yang Maha rahman dan rahiim ? Lihat itu semua dengan hati, bersihkan hati agar dapat melihat itu semua dengan banyak istighfar. Iman yang sudah ada adalah modal untuk melihat pemberian nikmat Allah tersebut, ada niat dan semangat dari sikap untuk memaksimal potensi (nikmat) yang ada pada diri kita. Allah sudah menjanjikan balasan kebaikan dari apa yang sudah kita pikirkan yang positif dengan satu kebaikan, dan saat kita melaksanakannya mendapatkan balasan 10 asmpai 700 kali lipat. Bayangkan apa sih yang kita dapakan dari selain Allah ?

Menyadari potensi kita itu seperti kita merasa ada potensi uang yang kita miliki, maka uang yang miliki itu pasti dimaksimalkan penggunaannya. Sama halnya kita memiliki orang tua, maka potensi orang tua itu dapat kita mintakan restu dan doanya. Jadi kuncinya tanpa menyadari potensi yang sudah kita miliki, kita tidak mampu memaksimalkannya dengan baik. Agar proses menyadari potensi ini semakin sempurna adalah kita menemukan cara memanfaatkan (belajar ilmu) agar tidak berat untuk memaksimalkannya. 

Insya Allah tulisan mengingat kita semua agar selalu bersyukur atas apa yang kita sudah miliki, dan bukan ingin memenuhi apa yang tidak kita miliki tanpa menyadari potensi kita. Siapkan diri untuk belajar dan bertindak sesuai dengan petunjuk Allah dalam menyadari potensi kita dan siap pula dengan keyakinan mampu beramal (bertindak yang baik).

Sabar dan cerewet

 Menjadi orang sabar adalah impian semua orang, perilaku yang cerewet itu sangat tidak sukai banyak orang. Lalu membayangkan tidak ada yang cerewet didunia ini, kayaknya sepi. Dan memang keadaan ini tidak terjadi. Sabar dan cerewet adalah 2 sisi dari mata uang, yang satu cerewet dan yang sisi lain sabar. Bisakah saya sabar dengan lawan hidup yang cerewet ?

Orang berpandangan bahwa orang sabar terjadi jika orang lain sabar. Orang yang ingin sabar selalu berharap tidak bertemu orang cerewet. Logika kita membenarkan ada laki-laki dan perempuan, ada positif dan negatif, dan seterusnya. Semua berlawanan, tapi sebenarnya Orang sabar bikin orang lain tidak sabar (cerewet), sebaliknya orang cerewet bikin orang sabar. Jangan langsung komentar, tapi renungkan lebih dalam. 

Kita dilatih menjadi sabar karena keseringan bertemu orang cerewet, terkadang kita bilang,"kok ada ya orang cerewet begitu". Orang cerewet itu tidak ada yang ingin terjadi, cerewet itu terjadi karena sudah membiasa tanpa disadari. Cerewet adalah ungkapan rasa kecewa yang membangkitkan emosional. Lihat keadaan yang tidak bersih setiap hari, bisa membuat orang kecewa dan cerewet untuk menyelesaikannya. Apa yang terjadi saat kita menghadapi orang cerewet setiap hari ? Apa yang menjadi isi dari cerewet segera kita selesaikan agar kita tidak mendengarkan cerewetan lagi. Atau dengan tenang kita menjawab cerewet itu dengan sikap yang berbeda yang menenangkan yaitu sabar. Sabar bukan sekedar tenang mendengarkan cerewetannya, tapi mulai menjalani isi ceretannya. 

Ingin jadi sabar ? hadapi mereka yang cerewet. Bagi yang cerewet mungkin rugi, dan kitalah yang beruntung jika merespon positif (sabar). Langkah menjadi sabar itu adalah tidak panik atau responsif sehingga membangkitkan keadaan kita untuk mau jadi pendengar yang baik. Dengan menjadi pendengar yang baik, dapat membuka hati untuk mau berempati dan mau membantu orang yang cerewet itu menjadi lebih baik. Kita dapat memahami cerewetannya karena kita mampu mendengar dengan baik dan berempati, lalu kita memberikan melaksanakannya. 

Dalam sudut pandang lain, orang cerewet menjadi sebuah kebutuhan untuk mengingatkan orang menjadi baik. Penyeimbang agar balance. bayangkan tidak ada orang cerewet, maka kita bisa berjalan tanpa kontrol atau pengingat. Kalau sudah begini, cerewet menjadi profesi yang jauh lebih bijak. Cerewet bukan lagi "marah-marah", tapi memberi masukan. Kita sering bilang,"yang begini aja diingatkan, saya sudah tahu". Jika yang kecil saja sering dibicarakan semakin membuat kita tidak sabar. Disinilah kita diuji bisa sabar atau tidak ? Bersabar itu bukan urusan logika, tapi urusan hati. Bahkan saya membayangkan ketika saya bicara sendiri, "ayo bersihkan aja dulu, nanti dicerewetin loh tentang kebersihan", dimana saya menciptakan saya sendiri cerewet dan menuntaskannya sendiri cerewetnya. langkah yang antisipatif yang baik, karena awalnya ada yang cerewet dan membangkitkan saya dengan kesadaran sendiri.

Saya membuat level sabar dan cerewet itu sebagai berikut :

1. Level dasar adalah sabar terpaksa, dengan cerewet yang cenderung emosional

2. Level menengah adalah sabar karena tidak ingin berhadapan orang cerewet sehingga melakukan langkah antisipatif

3. Level tinggi adalah menciptakan sabar dan cerewet itu dalam diri sendiri. Kita mengempati orang yang cerewet dalam diri kita, lalu kita melakukan langkah perbaikan agar orang tidak cerewet (tidak terjadi). Saat kita menghadapi orang cerewet yang terjadi adalah komunikasi yang baik, sama-sama menjadi sabar.

Dimanakah tingkat sabar dan cerewet kita ? Insya Allah kita bisa belajar untuk semakin tinggi level. Tidak "membenci orang yang cerewet", tapi ingin memberi kebaikan agar orang cerewet menyadari keadaannya. Cerewet sebagai media mengungkapkan peringatan kepada orang lain bisa digantikan dengan lebih bijak.  Dengan hati semua orang bia mendapatkan kebaikan.


Bisa juga sabar itu sebagai langkah bersyukur kita, karena kita memiliki hati  untuk merespon dengan lebih baik. Sudahkah kita memanfaatkan hati dalam merespon perilaku orang lain terhadap kita ? Lihatlah dalam ketenangan, Allah telah memberitahu kita bahwa hati itu lebih baik dari logika dan emosional. Petunjuk sudah Allah sampaikan kepada kita, "Allah bersama orang yang memilih sabar". Apakah kita masih tidak bersyukur dengan hati dan petunjuk bener ? Kalau kita menggunakan emosional kita, atau logika karena ada kepentingan, maka kita termasuk orang yang kufur. Insya Allah bukan sekedar menjadi sabar pada level tinggi, tapi jauh lebih tinggi lagi dengan bersyukur untuk memilih sabar.










Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...