Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Manajemen syukur, melihat nikmat

Manajemen syukur, saya menyenangi manajemen ini karena berbasis kepada kemampuan dan potensi yang ada. Memaksimalkan potensi yang ada untuk ditingkatkan menjadi bernilai lebih, dan tentu hasilnya ada sesuai apa yang dikerjakan. Manajemen syukur ini tidak memberi tekanan yang berarti sehingga saat mengerjakan (memaksimalkan) potensi yang ada dengan perasaan senang. Saya menekuni manajemen syukur ini sebagai langkah solusi buat kinerja yang lebih tinggi.

Manajemen syukur adalah manajemen yang didasari iman kepada Allah. Allah sendiri yang mengajarkan manajemen syukur ini lewat ayat 7 dari surah Ibrahim. 

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS. [14] Ibrahim : 7)

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Aswad, telah menceritakan kepada kami Imarah As-Shaidalani, dari Sabit, dari Anas yang mengatakan bahwa seorang pengemis datang meminta-minta kepada Nabi Saw. Maka beliau memberinya sebiji buah kurma, tetapi si pengemis itu tidak mau menerimanya. Kemudian datanglah seorang pengemis lainnya, dan Nabi Saw. memerintahkan agar pengemis itu diberi sebiji buah kurma pula. Maka pengemis itu berkata, "Mahasuci Allah, sebiji buah kurma dari Rasulullah." Maka Nabi Saw. bersabda kepada pelayan perempuannya, "Pergilah kamu ke rumah Ummu Salamah dan berikanlah kepada pengemis ini empat puluh dirham yang ada padanya."

Manajemen syukur mengajari saya untuk beberapa hal :

Bersyukur atas nikmat Allah yang telah diberikan. Pada point ini banyak orang tidak melihat apa yang telah Allah berikan, yang dapat dimanfaatkan menjadi bernilai lebih. Mereka condong melihat apa yang belum dimilikinya, yang membuat mereka lalai dengan apa yang sudah diberikan Allah.

a. Allah telah  memberi saya dan manusia dengan nikmat yang tidak terhitung banyaknya. Di awal kelahiran saya, Allah telah memberi pendengaran, penglihatan dan hati. Ada saya bersyukur dengan hal itu. Sudahkah sampai hari ini, saya bersyukur atas pendengaran, penglihatan dan hati ? Sudahkah saya memanfaatkan pendengaran untuk mendengarkan ayat-ayat Allah ? Demikian juga dengan penglihatan saya. Apakah yang saya dengar dan saya lihat ... mampu saya pahami dengan hati ? Dalam kenyataannya, saya jarang memanfaatkan hati untuk memahami. Saya lebih memahami dengan pikiran dan emosional saja.

b. Allah juga telah memberikan nikmat, apa saja ? Nikmat iman, nikmat Islam dan nikmat sehat. Nikmat iman atas izin Allah, dan tidak semua orang mendapatkannya. Sepantasnya saya mensyukurinya dengan menguatkan iman itu dengan berbagai ibadah dan amal saleh. Tapi saya dan beberapa orang hanya menjalankan sebagai ibadah yang rutin tanpa makna. 

c. Allah pun telah menundukkan alam semesta ini untuk keperluan manusia. Sudahkah saya merasakannya ? Salah satu alam semesta itu adalah keluarga. Sudahkah saya bersyukur dengan orang tua yang selalu mengingatkan, mendoakan dan memberi nasehat kebaikan untuk hidup ini ?  kehadiran orang tua tidak menjadi bermakna untuk kehidupan saya, sehingga rasa syukur itu tidak ada. Jika memang orang tua itu ada, bukankah saya ingin membahagiakan mereka. Bagaimana dengan isteri, anak dan saudara ?

d. Allah telah memberi izin atas kerja saya hari ini. Amanah ini Allah berikan agar saya bisa bertanggung jawab. Tapi mengapa sampai hari ini, saya tidak kerja dengan kinerja yang luar bisa sebagai rasa syukur . Yang ada saya lebih sering mengeluh dan meminta "uang" yang lebih dengan apa yang saya kerjakan. Bukankah saya mesti kerja dulu dan mempertanggungjawabkan dengan luar biasa.

e. Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang sempurna, Tak hanya itu saya pun telah diberikan potensi berupa pikiran, tubuh, pendengaran, penglihatan dan hati. sudahkah saya merasakan potensi tersebut ? Sudahkah saya merasakan hati, dimana hati itu media saya untuk menerima petunjuk Allah. 

Saya mengajak diri saya sendiri untuk melihat dengan mata dan hati agar saya sadar dengan nikmat Allah itu. Hati yang bersih mengajak saya untuk mengakui Allah itu Maha Esa dan Maha Besar, Allah juga Maha berkuasa. Pengakuan ini dapat mengantarkan saya memuji Allah. Langkah awal ini menjadi penting untuk melanjutkan proses bersyukur selanjutnya. Tanpa ini kemungkinan besar saya bersyukurnya tidak kuat atau tanpa dasar yang kuat.

Sampai sini, saya menyadari bersyukur itu adalah langkah yang diminta Allah kepada saya. Karena Allah telah memberi nikmat yang banyak kepada saya. 


Saya meneruskan tulisan manajemen syukur ini pada tulisan selanjutnya.


No comments:

Post a Comment

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...