Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Sikap menunda

 Sikap menunda ? Masih sering saya lakukan terutama pekerjaan kecil dan ringan. Penundaannya tidak lama, bisa 5 menit sampai 1 jam. Jika penundaan sudah lebih dari 30 menit, kadang tidak dikerjakan. Sikap menunda karena ada perlawanan dalam diri saya yang menyatakan,"masih nyaman sih dan bilang entar aja 5 menit lagi". Sikap menunda berdampak kepada perilaku (tindakan menunda). Banyak waktu yang saya habiskan tidak melakukan apapun karena menunda. Waktu dari sikap sampai terjadinya tindakan, persoalan tidak kuatnya pendirian saya.

Misalkan bangun tidur di pagi hari, ada beberapa peringatan untuk bangun oleh alarm HP atau suara azan. Saat mendengarkan alarm tersebut, saya bangun untuk mematikan alarm. Lalu suasana dingin atau capek membuat perasaan saya bilang,"ntar aja 5 menit lagi saya bangun, dingin banget sih. saya pikir shalat subuh juga masih ada". Menunda ini bukan 5 menit, karena saya tidak ukuran waktunya. Yang penting saya memuaskan perasaan (nyaman) dan tidur lagi. Tahu-tahu waktu dibangunkan atau terbangun sudah lebih dari 5 menit. Dalam keadaan terdesak saya bangun dan mengerjakan aktivitas pagi. Apa yang terjadi ?

Pikiran saya yang terdiri dari perasaan dan logika terus bergejolak saling berlawanan. Kemenangan ada pada perasaan (emosional saya). Pikiran menghasilkan reaksi fisik dan direkam dalam memori saya. Saat ada keadaan yang sama, maka memori tentang hal itu kembali terjadi. Misalkan bangun siang (karena menunda), saat bangun pagi lagi ada suasana dingin dan alarm, maka memori yang sama hadir untuk dijalankan. Kecuali logika saya (terdesak ada keperluan) bisa membangunkan saya pagi tanpa menunda.

Salah satu menunda dalam pekerjaan adalah saat saya mengerjakan sesuatu dan pekerjaan itu rada berat, maka logika dan perasaan terus bergumul untuk menghasilkan tindakan. Karena berat, saya menganggap pekerjaan itu ntar saja dikerjakan (ditunda). Logika saya pun terpengaruh memikirkannya menjadi tidak mudah. Tertundalah pekerjaan itu karena waktu bertarungnya perasaan dan logika, semakin lama membuat saya "malas". yang terjadi adalah saya mengerjakan hal rutin yang lakukan.

Hal yang sering saya lakukan untuk tidak menunda adalah keterdesakan, "terpaksa". Sebenarnya keterdesakan itu karena ada pikiran dan pemahaman dari hati mesti dikerjakan. Misalkan salat Subuh menjadi tidak berarti jika salatnya telat. Maka karena pemahaman  salat Subuh tidak boleh telat, maka hal ini yang bisa mengalahkan perasaan nyaman. Maka saya bangun. Kata malas juga bisa dilawan hanya dengan waktu kepepet saat saya membutuhkan sesuatu. Karena kebutuhan hidup, saya bisa mengerjakan hal apa saja untuk mendapatkan uang. Yang mengalahkan rasa malu, rasa malas dan sebagainya.

Saya pun kadang melakukan merubah sikap tubuh untuk menguatkan pikiran yang kalah melawan perasaan. Bangun pagi yang ditunda, karena tubuh saya masih tidur. Untuk itu saya mulai duduk dan bergerak ke kamar mandi, maka perasaan (emosional ingin tidur lagi) bisa dikalahkan. Menunda karena banyak pertimbangan dalam kerja, maka saya menggerakkan tubuh saya segera. Saya ambil alat atau pulpen, ambil kerja atau berada di komputer, lalu saya kerjain satu demi satu. karena hal inilah pekerjaan itu bisa dimulai dan logika bekerja.

Hal lain yang bisa saya kerjakan adalah pemahaman tentang agama benar-benar dipahami (diyakini tanpa ragu). Pemahaman ini menguatkan hati (Allah) hadir dalam diri saya. Ada semangat dan kekuatan dari Allah untuk mengerakkan pikiran (logika) untuk mengerjakannya. Keadaan ini bisa mengendalikan perasaan. Misalkan bangun tidur di pagi hari, bisa langsung bangun karena merasa ada tanggung jawab untuk salat tepat waktu dan mendapatkan rahmat Allah. Begitulah hati menggerakkan logika (perintah) langsung tubuh untuk bertindak dan emosional jadi terkendali.

Tak mudah untuk menghilangkan sikap menunda, saya mesti melatih diri seperti hal di atas, memahami dan menyakini petunjuk Allah dengan bener, dan saya lengkapi dengan berdoa agar dilindungi oleh gangguan yang membuat saya menunda aktivitas.


No comments:

Post a Comment

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...