Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Pertanyaan yang menyemangati

Ada banyak pertanyaan yang hadir setiap hari dalam pikiran saya. Ada yang mulai dengan kata tanya, Mengapa tidak begitu ? Yang mana yang dipilih ? Kapan mau dikerjakan ? Siapa yang bisa bantu ? Bagaimana cara mengerjakan semua ini ? Pertanyaan-pertanyaan itu muncul karena saya tidak melakukan yang seharusnya saya lakukan. Sebenarnya saya tahu jawaban semua itu, tapi merasa tidak yakin. Bertanya sendiri dan jawab sendiri. Dari sekian banyak pertanyaan tadi menjadi semakin tidak menentu karena saya tidak menjawabnya. Jawaban yang benar adalah dengan mengerjakannya. Bisa jadi pertanyaan-pertanyaan itu menjadi saling meniadakan dan melemahkan.

Kata orang ahli, pertanyaan yang tepat sudah menjadi 50% solusi untuk dijalankan. Pertanyaan seperti apa yang tepat itu ? Semestinya jawaban atas pertanyaan itu mesti menggugah saya untuk melakukannya. Misalkan saya bertanya pada diri saya sendiri, apakah saya semangat kerja ? Jawaban tidak jujurnya adalah saya semangat. Tapi kenyataannya saya tidak bersemangat. Apakah pertanyaan ini tepat ? Belum tepat. Karena tidak mengantarkan saya kepada tindakan atau perbuatan.

Keahlian bertanya menjadi kunci seseorang menemukan jawaban yang sekaligus tindakan yang mesti dilakukan. Bayangkan saat saya bertanya dengan kata mengapa ? maka jawabannya adalah mencari penyebab dan tidak ada jawabannya. Kalau saya pakai kata kapan ? susah menentukan waktunya. 

Bayangkan saya bertanyanya seperti ini, bagaimana caranya saya bekerja yang bener sekarang ? Tentunya saya menjawab, "saya mesti disiplin sekarang", "saya bertanggungjawab sekarang" dan sebagainya. Perhatikan jawaban tersebut. Ternyata jawaban dengan pertanyaan bagaimana mengajak saya untuk mengerjakan dengan semangat.



Bisa jadi saya selama ini banyak pertanyaan yang tidak mengarahkan saya untuk bersemangat kerja sehingga jadi banyak pertimbangan alias maker (malas kerja). Tumpukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak menyemangati setiap hari semakin membuat saya lemah dalam tindakan. Karena sudah terbiasa maker (malas kerja), saya membutuhkan energi yang cukup untuk memulai jawaban atas pertanyaan bagaimana agar terjadi.



Bagaimana caranya saya bisa menerapkan ilmu yang sudah saya miliki sekarang ? Jawab dan langsung kerjakan, jangan pernah menunda. Kata menunda membuat saya memikirkan banyak hal lagi yang akhirnya jadi maker (malas kerja). Kunci pertanyaan yang menyemangati adalah buatlah pertanyaan dengan bagaimana caranya .... ikuti jawaban dengan tindakan segera.

Jawablah pertanyaan berikut ini :

1. Bagaimana caranya saya sehat sekarang ?

2. Bagaimana caranya saya belajar dari kesalahan saya sekarang ?

3. Bagaimana caranya saya memulai untuk meraih apa yang saya inginkan sekarang ?

4. Bagaimana caranya saya bisa kerja yang bener sekarang ?

dan banyak pertanyaan lagi yang mesti saya buat agar saya selalu mengerjakan apa yang menjadi jawaban saya.

Magic Word Berani

Saya sering mempertanyakan dalam diri sendiri tentang Bonek dari fan sepakbola. Yang ada adalah nekat bukan berani. Perilakunya tidak baik dan membuat orang terganggu. Tapi mereka meraih apa yang diinginkan, bisa menonton langsung. Puas, seneng dan bahagia. Apakah peristiwa ini tidak baik ? Semua hal ada yang baik dan tidak baik, tapi saya dapat mengambil pelajaran untuk ditingkatkan menjadi kebaikan. Apa itu ?



Bonek tadi sebenarnya memiliki keberanian untuk bisa menonton bola langsung tim kesayangannya. Keberanian itu untuk menonton menyingkirkan ketakutan mereka karena mereka tidak ada uang yang cukup. Berani menyingkirkan ketakutan. Tetapi faktanya memang kurang apik, karena keberanian mereka yang ditunjukkan membuat orang lain jadi takut. Perilaku boneknya kurang santun dan tidak baik (umumnya). Ada bonek yang santun, mereka pergi dengan menumpang dari truk (gratis) ke kendaraan lainnya. Apa yang terjadi ? Saya bisa mengetahui bagaimana mereka yang gagal tidak bisa menumpang truk ? Mereka tahu caranya yang tidak tepat sehingga membuat mereka memperbaiki caranya, dan bisa berhasil menumpang. 

1. Berani menyingkirkan ketakutan, Semakin berani semakin mengecil nilai ketakutan sehingga saya bisa segera bertindak/kerja

2. Berani mengajak saya tidak banyak memikirkan caranya bener atau salah dan hasilnya. Yang penting kerjakan dulu dan hasilnya memberitahukan saya bahwa ini bener atau salah. Karena memang semua orang tidak tahu apa yang terjadi. Setelah terjadi, maka beranikan untuk memperbaikinya agar tujuan tercapai.



Untuk bisa berani mesti banyak berlatih dari satu ketakutan kepada ketakutan lainnya. Misalkan takut saat sakit saat naik kendaraan dalam keadaan hujan, maka beranikan diri untuk menggunakan jas hujan atau tanpa jas hujan dan diikuti dengan tindakan untuk menyegarkan tubuh. Atau saya takut lapar kalau mau puasa. Puasa dulu aja dan tidak perlu mikir laparnya, bila perlu sahur yang sehat dan minum vitamin. Atau saya mau shalat, tapi takut ada panggilan dari atasan. Mengapa tidak shalat aja dulu dan jika ada panggilan bisa memberi tahu saat dipanggil. berlatihlah terus agar keberanian itu semakin bertumbuh dan besar.

Saya mulai memberanikan diri dengan cara memancing emosi (harga diri) saya untuk tergerak. Masak sih nggak berani ? Ini mah mudah ? kerjakan saja sudah mengurangi rasa takut salah dan sebagainya. Saya mau nulis ini saja selalu ada ketakutan dikomentari orang yang lebih ahli. Saya tulis aja, dan kalau ada komentar berarti saya bisa belajar memperbaiki tulisan saya dan tentunya saya berterima kasih. 

Katanya mau bersemangat memulai

Katanya mau bersemangat memulai, kok masih biasa-biasa saja ? Bukankah bersemangat itu mampu menggerakkan saya dalam aktivitas yang tidak biasa. Saya bersemangat atau berada dalam keadaan senang mengerjakan apa yang saya inginkan. Yang tadinya saya merasa berat memulai, dengan semangat mengajak saya memiliki energi luar biasa untuk kerja/aktivitas.

Saya cek lagi tentang kata "mau bersemangat", kalau ditanya kata tersebut semua orang mau. Tapi hanya beberapa orang yang bergerak (bersemangat). Ternyata kata mau belum mampu mendorong kuat saya untuk mengerjakan. Perhatikan, Apakah saya mau kerja yang semakin baik hari ini ? Jawabannya hanya "mau". Untuk itu saya mesti menyikapi kata mau dengan beberapa hal :





1. Disaat saya mau bersemangat untuk memulai, maka sudah ada energi sedikit. Energi ini menjadi bisa menjadi energi beneran jika sudah kerja/beraktivitas.

2. Energi yang sudah dalam kerja/aktivitas dapat mengukur seberapa besar kemampuan saya untuk melewati hambatan dan masalah. Kondisi ini sering kali menjadi penentu, apakah saya meneruskan semangat itu dengan langkah-langkah nyata (kerja). Kekuatan energi semangat saya dapat dibesarkan dengan seberapa kuat keinginan saya untuk mewujudkannya (imajinasi pikiran), Semangat dan energi terus bergulir seperti bola salju menjadi semakin besar.

3. Hindari semangat yang sudah ada menjadi lemah karena waktu atau ada rutinitas yang mesti dikerjakan. Alihkan semangat tadi kepada untuk menjadwalkan ulang atau menyelesaikan rutinitas, dan segera kembali dengan semangat awal saya.

4. Terkadang ada orang yang bisa disugesti dengan baik oleh pikirannya sendiri. "katanya mau bersemangat untuk memulai" dapat diganti dengan memberi sugesti kuat lewat "katanya berani bersemangat untuk memulai". Ada kata-katanya yang bisa mendorong saya untuk bersemangat seperti :

Setiap kalimat saya selalu mengatakan dengan kata kerja, mengandung perintah kepada pikiran untuk mengerjakan, subjeknya saya dan diikuti dengan waktunya sekarang.  Saya mengerjakan tulisan tentang kerja saya hari ini. Kata "saya" sebagai subjek pasti mudah dipahami pelakunya "saya" sendiri tanpa melibatkan orang lain. Dengan kata lain karena saya maka saya bisa mengerjakannya. Mengerjakan apa ? Membuat tulisan tentang kerja saya, dan bukan juga kerja orang lain. Maka saya dapat menyakinkan saya menguasai materinya. Kapan ? Iya, sekarang. Pikiran hanya mau mengerjakan apa yang sekarang ada dipikiran dan memerintahkan tubuh melakukannya. Jika pekerjaan itu ditunda, maka hanya dijadikan memori di pikiran dan belum tentu keluar lagi untuk dikerjakan. Seandainya tidak bisa dilakukan sekarang, maka kata waktu mesti disebutkan waktu kejadiannya dengan detail. Misalkan hari Selasa tgl 1 November 2022,bila perlu ada jamnya. Hindari kata besok atau lusa karena bisa mengaburkan pikiran untuk memerintahkan apa yang dikerjakan. 

5. Ada cara lagi untuk segera bersemangat adalah afirmasi, menguatkan pikiran kita dengan banyak hal positif untuk mengerjakannya. Afirmasi dapat dikuatkan dengan imajinasi yang detail yang bisa saya bayangkan terjadi, berupa skenario film perjalanan dari awal sampai akhir. Saya membiasakan keyakinan untuk mengerjakannya untuk menguatkan imajinasi tersebut. 

Banyak hal dari apa yang saya dapat kerjakan saat ini dengan cara di atas. Menulis di blog ini pun hanya mengandalkan semangat aja. Aktivitasnya hadir di depan komputer sekarang dan mulai mengetik apa yang ada di pikiran, atau membaca sesuatu yang bisa membangkitkan memori saya tentang kerja saya, yang ingin ditulis. Lalu saya meneruskan tulisan kata demi kata menjadi sebuah kalimat, kalimat demi kalimat menjadi paragraf. Saat menulispun saya dituntun oleh pikiran untuk meneruskannya sampai tuntas. Jadilah sebuah tulisan. Pengalaman ini sangat mengasyikkan dan menyenangkan yang bisa membangkitkan saya terus bergulir untuk menuliskan ide lain. Bagi Anda ? Apa yang Anda inginkan terjadi

Mungkin dalam ibadah, saya juga mengalami kesulitan untuk memulai shalat pada waktunya. Memaksakan diri untuk memulai (energi yang besar) dengan menumbuhkan semangat untuk shalat. Ada imajinasi saya, "Kalau saya belum shalat juga ntar tidak baik buat saya dan ada semacam pikiran tidak mendahulukan Allah sebagaimana iman saya". Imajinasi ini segera menuntun saya untuk wudhu, agar bener dalam shalatnya. Wudhu pun terkadang asal saja untuk memenuhi syarat sahnya wudhu. Saat wudhu, saya pun menguatkan semangat awal tadi dengan keyakinan bahwa "kalau wudhunya asal, maka ntar shalatnya juga nggak bener". lalu seterusnya. Ada niat dan ada doa sebelum mengerjakan serta berlindung kepada Allah atas godaan syetan ... jangan dianggap biasa, tapi itu cara Allah menuntun kita untuk memulai semuanya dengan bener. Apakah saya memahaminya ? Belajar dan berlatihlah setiap shalat dan memiliki target untuk semakin baik dalam setiap shalat. Godaan pasti ada, teruslah shalat dan meningkatkannya.

Insya Allah kita semua diberikan petunjuk untuk selalu menjadi orang yang beramal saleh, selalu memulai apapun yang bener dan bukan sekedar hanya memikirkannya. 


Alangkah indahnya saat saya bisa bersyukur

Tulisan ini bukan untuk mengajari tapi membayangkan diri saya mampu bersyukur. Kata orang,"nggak gampang bersyukur" dan ada lagi, "Semua juga tahu bersyukur dan sudah bersyukur ". paling tulisan ini untuk mengingatkan saya sendiri yang menjadikan saya semakin baik. Imajinasi "Alangkah indahnya saat saya bisa bersyukur" paling tidak menyimpan memori yang indah dan ada keinginan saya terbayang bisa diwujudkan.


Insya Allah diberi jalan untuk bersyukur saat saya tidak tahu sesuatu, karena ketidaktahuan itu memberi saya kesempatan belajar terutama kepada Sang Pencipta yang Maha Mengetahui segala hal. Belajar membaca petunjukNya, memahaminya secara bertahap dan terdorong belajar mengamalkannya.

Insya Allah diberi kekuatan dan tetap beriman untuk bersyukur saat saya mengalami masa sulit, karena masa sulit itu bia jadi menghapus kesalahan saya atau menjadi pelajaran bagi saya untuk selalu berharap kepadaMu, kesempatan untuk tumbuh menjadi semakin dewasa.

Insya Allah diberi kemampuan untuk bersyukur saat saya dalam keterbatasan, karena keterbatasan itu untuk memperbaiki apa yang salah dari saya di masa lalu terutama di masa lapang. Adakah saya mengeluh dengan keterbatasan selama ini ? Bersyukur dari keterbatasan adalah memampukan diri lepas dari keterbatasan dengan kerja yang lebih kreatif.

Insya Allah diberi kekuatan untuk bersyukur saat saya menghadapi tantangan dan hambatan, karena hal itu dapat membuat saya konsisten untuk terus melakukan. Saya dapat meningkatkan kemampuan dan kekuatan menjadi semakin tinggi.

Insya Allah diberi kesadaran untuk bersyukur saat saya menyadari kesalahan dan mengakuinya. Karena kesalahan itu mengajari kita hikmah dan memperbaikinya dengan tindakan yang benar.

Insya Allah diberi petunjuk untuk bersyukur saat saya lelah dan tak berdaya, karena kelelahan itu telah menjadikan saya berbeda dengan apa yang saya lakukan. 

Alangkah indahnya hati ini dapat bersyukur, lalu pikiran pun diberi kemampuan untuk memahaminya, dan tubuhpun mewujudkannya walaupun berat. Sekali saja sudah bisa bersyukur, maka menjadi mudah untuk bersyukur berikutnya. Jika ada hambatan bersyukur pun, maka saya bersyukur sudah diberitahu cara untuk meneruskan bersyukur lagi.

Alangkah indahnya bersyukur dalam kerja dan keseharian kita. 

Ada masalah disikapi dengan tenang dan nyaman agar hati dan pikiran mampu memahaminya. 

Ada keluhan disikapi dengan prasangka baik agar keluhan itu bukan sekedar keluhan (kekecewaan) tapi sebagai masukan untuk menjadi semakin benar. 

Ada orang yang bersikap tidak baik kepada kita disikapi dengan tenang untuk memberi ruang kepada hati dan pikiran  untuk memahami dengan benar, lalu merespon tetap dengan tindakan yang lebih baik



Terkadang untuk bersyukur tidak mudah, tapi tetaplah terus bersyukur agar semakin bener bersyukurnya. 



Kapan saya cerdasnya ?

Saya pernah menuliskan ide di lembar karton seukuran saku, apa-apa yang penting dan menarik bagi saya tulis, ternyata banyak juga. Saat itu saya tidak berpikir tulisan itu kapan dimanfaatkan. Saat ini saya membacanya lagi dan saya dapat mengembangkan tulisan tersebut menjadi lebih baik. Cara saya ini diganti dengan HP note yang bisa menulis di HP. Karena hanya beberapa orang yang memilikinya ... cara ini masih lazim digunakan bagi yang suka lupa atau mendapatkan ide dimana saja. Gampang kok, beli karton manila di toko kertas dan minta potong seukuran saku baju

Baru saya ngeh bahwa kepintaran itu muncul pada saat kita kecewa atau gagal BUKANnya saat kita belajar. Hanya kita tidak fokus dengan ocehan kita saat kecewa atau gagal. Kekecewaan itu bisa kepada diri sendiri atau orang lain. Saat kita jujur terhadap diri sendiri, ada ada solusi atau ide mengatasi kekecewaan kita atau kegagalan kita.
1. Mengapa sih selalu begitu bukan begini ? Kita tahu kalau mengerjakan seperti begitu hasilnya begitu, tapi semua itu kita yang memilih begitu karena alasan terntentu. Setelah tahu hasil begitu, masih mau kita mengerjakan seperti itu ? Berubah dong.
2. Seharusnya saya melakukan ini dan itu, Kok tahu kita ? Padahal sebelum mengerjakan selalu ada faktor lain yang menyebabkan kita tidak mengerjakannya. 
3. Seandainya saya kemarin ini dan itu ... mesti saya tidak seperti ini
4. Dan banyak lagi 
Apa hikmahnya ? Saya ingin mengatakan bahwa kecerdasaan saya sudah ada dan memang tidak dimanfaatkan. Mengapa ? Bisa jadi kecerdasan dikalahkan dengan faktor emosional sehingga ksaya cenderung memilih yang saya nyaman.


Misalkan, saya dulu tidak mengambil untuk berusaha (berdagang) selagi muda. Tapi terus bekerja sampai tua sebagai karyawan. Ada karir yang menggoda atau ada uang yang lebih banyak yang bisa diperoleh, ada impian yang besar dan ada juga proses belajar serta lainnya. keputusan untuk tetap jadi karyawan memang terlihat hebat di mata sesama temen dan relasi, apakah hanya ingin dipuji atau diapresiasi dengan baik. Bagaimana di masa pensiun ? Tidak ada yang bisa dioptimalkan lagi dan banyak pertimbangannya. Ada penyesalan kenapa nggak dari dulu menjadi pengusaha ? 
Keputusan menjadi karyawan terus ada sedikit logikanya dan cenderung "emosional" dan hal inilah yang membuat saya "menyesal".


Sekedar info saja, saya merasakan rezeki Allah itu ada dan semakin baik jika saya mengupayakannya dengan tulus. Ada karir untuk menjadi pengusaha yang lebih besar, ada proses belajar dengan konsumen dan apa yang saya hasilkan, ada uang yang cukup yang bisa dikelola dengan baik, ada juga pujian dan sebagainya. Semakin semangat untuk memberikan produk dan jasa terbaik untuk konsumen, dan ada keinginan untuk menambah produk.
Agar kita bisa mengoptimalkan ilmu dan ketrampilan, maka memulailah dari kecil dari sekarang apapun yang mau didagangkan. Tidak ada ilmu yang sempurna untuk memulai dagang. Ilmu menjadi semakin sempurna dengan menjalaninya. Yakin lah,
Kecerdasan kita dapat kita hadirkan dengan cara berimajinasi tentang keinginan kita mau berdagang/berbisnis.
Seandainya saya .... 
Saya bisa ....
Saya nanti ....
dan sebagainya
Imajinasi itu diwujudkan dengan semangat mengerjakannya (dengan tulus) dan melibatkan Allah. Konsisten seperti halnya kita kerja (konsisten sampai pensiun). Ada semangat untuk menyempurnakan produk dan layanan sehingga sesuai dengan keinginan pelanggan.

Kakak saya pernah bilang ke saya, "kok kamu bisa dan sungguh-sungguh mengembangkan perusahaan tempat saya bekerja, tapi nggak mau kerja sendiri ?" Seperti Magic Word saya sebelumnya, "Orang sukses mengerjakan apa yang ia imajinasikan dan apa yang iya pikirkan atau apa-apa yang orang lain diskusikan". Just do it Now.



Katanya mau senyum terus

Katanya mau senyum terus ... apa iya ? Kalau lihat si A, saya seneng banget karena senyum terus. Kayak nggak ada masalah. Kok bisa ya ? Bisalah bahwa si A sering memberikan senyumnya jika bertemu orang. Memang sih ada juga hari si A kurang senyumnya, tapi dari frekuensi keseringan senyumnya, saya sih bilang si A orangnya murah senyum.

Memang tidak ada orang yang sempurna, tapi dari apa yang dilakukannya seperti tersenyum sering dilakukan. Makanya orang menyebut si A itu senyum. Orang tersenyum tidak bisa dipaksakan. Senyum yang tulus datang dari hati yang bahagia. Bisa aja orang memaksakan diri untuk tersenyum tapi jadi nggak enak lihatnya.

Wajah kita mencerminkan suasana hati. Suasana hati yang tidak bahagia, maka senyumpun terasa hambar. Sebaliknya orang yang bawaan seneng aja, maka senyumnya luar biasa. Perhatikan orang yang memiliki senyuman menunjukkan orangnya memiliki sikap positif. Ada sih masalah, tapi sikap positifnya membuat dia menjadi nyaman dengan masalahnya. 

Mari perhatikan orang-orang berikut ini :

Apakah seorang pemimpin yang baik memiliki senyuman ? Mestinya iya, saya membayangkan pemimpin itu tidak murah senyum. Apa yang terjadi dengan yang dipimpinnya ? 

Apakah seorang yang cerdas memiliki senyuman ? Mestinya iya juga. Bagaimana orang yang tidak relax bisa berpikir kreatif ? Relax mengantarkan seseorang murah senyum. 

Apakah seorang karyawan tidak memiliki senyuman saat bekerja ? Mesti karyawan tersebut pasti stress dengan keadaaannya sendiri. Temennya kurang respek. Akhirnya bekerja pun tidak nyaman dan kurang produktif.

masih ada yang ingin dibayangkan orang tidak murah senyum ? Senyum menjadi bagian penting dari kesungguhan kita bekerja atau beraktivitas. Kurang senyum bisa menunjukkan sedikit terpaksa mengerjakan sesuatu. Menurut kedokteran, orang yang tersenyum memberi rangsangan positif dari seluruh tubuh untuk merasakan kenyamanan, dan sebaliknya mereka yang tidak mudah tersenyum membangkitkan otot-otot yang kaku dan stress.



Bukan persoalan ada maunya untuk tersenyum, tapi katanya mau senyum terus merupakan upaya untuk menyehatkan fisik kita (rasa bersyukur), yang juga menyehatkan batin (hati kita). dengan senyum banyak mengurangi tekanan (stress) dan membuat kita mudah bersikap positif dalam menghadapi hidup ini. Senyum membuat kita nyaman dan relax sehingga kita pun mudah untuk berpikir yang positif. Tidak ada ruginya, bahkan dalam Islam senyum adalah ibadah (senyum yang tulus pastinya).



Katanya mau senyum terus ... berusahalah menjaga hati untuk tetap berprasangka baik kepada siapa pun dan khususnya kepada Allah. Belajarlah tersenyum saat kita sendiri, saat beraktivitas apa saja dan buatlah diri kita bisa berimajinasi melihat diri kita sendiri sedang tersenyum. 

Apa iya saya bicara begitu

Saya pernah memikirkan apa yang ada di dalam teko, maka itulah yang keluar. Ibarat teh yang ada di teko,, maka saat saya tuangkan maka teh dalam teko itulah yang saya dapatkan. perumpamaan ini sering kita dengar atas ucapan yang keluar dari apa yang ada dalam pikiran. Mungkinkah sesuatu yang tidak ada dalam pikiran kita terucap ? Sepertinya tidak. Pasti sudah ada dalam memori pikiran kita. Kita merasa tidak pernah ada, tapi memori yang sudah tercipta dalam kondisi kita sadar maupun tidak sadar.

Kalau isi dalam teko tidak ada pilihan untuk dikeluarkan, tapi apa yang ada dalam pikiran kita BISA memilih apa yang diucapkan. Jika dalam keseharian saya sering mengatakan,"selamat pagi" sebagai sapaan kepada seseorang saat bertemu, maka ucapan itu pula yang terjadi setiap hari. Apa yang terjadi saat saya tidak mengucapkan itu ? Ada kata yang baik seperti "Assalamualaikum" saat saya berkumpul dengan sesama muslim, atau saya mengucapkan kata yang tidak begitu nyaman kepada seseorang yang lebih muda dengan "hai". Atau saya bisa berucap tidak baik saat saya tidak suka atau lagi marah kepada seseorang,"pagi". Jadi kita bisa memilih ucapan yang baik saat kondisi sadar bertemu orang yang lebih tua atau orang baik, dan sebaliknya ucapan tidak baik saat kondisi yang memang jadi kebiasaan berkumpul dengan kelompok yang tidak baik atau lagi marah.



Apa sih yang bisa saya lakukan ?  Paling tidak, saya harus berani mempelajari ilmunya. Ilmu menyapa misalkan, saya belajar memahami makna ucapan "Assalamualaikum" untuk sesama muslim. Saya menjadi membiasakan ucapan itu karena itu petunjuk Allah dalam bermasyarakat dan memiliki makna yang baik. Ada semacam dorongan yang saya dapatkan dengan mengucapkan "Assalamualaikum" sehingga saya menjadi nyaman dan tenang, sekalipun saya memiliki memori lain untuk mengatakan "selamat pagi" dan lainnya. Bagaimana dengan ucapan buruk ? Saya cenderung dalam keadaan tidak "sadar" atau terbiasa.

Beberapa orang dapat menilai dari ucapan saya yang baik dan yang tidak baik. Menilai apa ? Menilai kepribadian saya. Memang lisan yang diucapkan seseorang itu bisa menentukan nilai atau kualitas pribadinya. Paling tidak, kita dapat menilai apa yang sedang terjadi pada saat itu tentang perilakunya. Berprasangka baik mesti saya lakukan terhadap ucapan seseorang. Saat seseorang berkata kurang sopan atau tidak baik, bisa jadi dia lagi bermasalah atau lagi sakit dan sebagainya. Saya mesti belajar untuk merespon ucapannya dengan ucapan yang lebih baik agar tercipta suasana yang semakin baik.


Islam mengajarkan kita berprasangka baik dan membalas ucapan yang tidak baik dengan yang lebih baik. Petunjuk ini mengajak semua orang memiliki kesempatan untuk beramal saleh. Buat apa beramal saleh ? Karena saya percaya dan yakin kepada Allah. Petunjuk inipun membuat saya bisa berdakwah untuk mengajak orang lain kepada kebaikan. Kesempatan ini hanya terjadi saat ada orang yang berucap yang tidak baik, padahal dalam kosakata saya masih ada ucapan juga yang tidak baik. Kesadaran saya kepada Allah, menghadirkan saya untuk memilih yang baik. kapan lagi saya beramal yang saleh ? 

Magic Word Hilang harapan

Harapan ? Ya, harapanlah yang membuat kita masih ingin mengerjakan banyak hal untuk kekhidupan kita besok hari. Harapan muncul karena apa yang kita kerjakan hari ini belum memuaskan kita alias kita masih kecewa.


Bagaimana seseorang yang malas atau kerja begitu-gitu aja ? Disinilah kita tidak memaknai harapan sesuatu yang penting. Harapan itu masih ada tapi kita sudah tidak percaya, apakah harapan itu bisa dicapai ? Padahal harapan itu bisa dicapai jika kita berusaha optimal dan terus-menerus. 

Menganggap harapan itu tidak mungkin dicapai telah menghilangkan kepercayaan kita kepada yang memberi harapan. Siapa sih yang memberi harapan itu ? Orang yang hebat, tetap aja yang nanya manusia tidak menjamin harapan itu bisa diraih. Harapan sesungguhnya kita harapkan datang dari Allah. Yang Maha Tahu dan Berkuasa. 

Harapan untuk hidup lebih baik, Allahlah yang memberi kita rezeki dan berusahalah.
Harapan untuk menyelesaikan masalah kita, Allahlah yang memiliki solusi (solusi di atas manusia) dengan memberi petunjuk dan ikuti petunjukNya
Harapan apapun membuat kita percaya kepada Allah, dengan sabar dan shalat serta doa ... Allah memberi yang terbaik buat kita.

Magic Word tidak tahu

Awalnya kita tahu lalu belajar mulai tahu dan paham, tapi juga tidak pernah tahu. Ilmu dan ketrampilan itu luas sekali. Jika Anda yang merasa sudah tahu semuanya, berarti Anda hanya tahu sedikit. Kali ini saya menuliskan kata tidak tahu hari esok. Apakah pernah tahu kejadian besok hari ?

Mungkin kita hanya memprediksi kejadian besok hari, dan prediksi itu berdasar kejadian hari ini. Sebenarnya kita tidak tahu dan hanya berharap bahwa kejadian besok seperti apa yang pikirkan. Sekalipun kejadian hari ini sama dengan apa yang kita prediksi, tapi tidak sama 100%. 
Buat apa kita tidak tahu hari berikutnya ? Salah satu yang positif adalah kita tetap bekerja dan berusaha lebih baik agar apa yang terjadi sesuai harapan kita. Ketidaktahuan kita adalah motivasi untuk bekerja semakin baik. Bayangkan kita sudah tahu hari esok ... apakah kita mau bangun dan bekerja lebih baik ?

Dalam Islam kita pun diajarkan untuk percaya kepada Allah, percaya kepada kiamat yang bersifat sesuatu yang kita tidak tahu. Keimanan ini bukan persoalan logika (pikiran) tapi soal hati, bagaimana kita percaya dan yakin kepada Allah dan hari kiamat ? Maka dampaknya kita percaya dan yakin dengan ilmuNya (Al Qur'an). Lalu kita pun menjadi hambanya yang mengabdi kepada Allah, dan mempersiapkan kiamat dengan perbuatan yang diyakini mengantarkan kita kepada kehidupan yang baik diakhirat nanti.
Setiap hari kita beraktivitas (beramal saleh) lalu tidur, diajarkan kita ikhlas dalam tidur dan berserah diri kepada Allah. Tidur adalah kematian kecil yang melatih kita untuk berusaha setiap hari dengan amal saleh yang semakin baik dan berserah diri untuk kehidupan esok hari. Setiap hari pula kita diajarkan untuk mengucapkan Insya Allah untuk hal nanti, artinya kita percaya Allahlah yang menguasai kehidupan ini dan memohon untuk hari esok yang lebih baik.

Kerja dan Agama

Kalau ditanya apa hubungannya kerja dan agama ? Beberapa orang menjawab pasti ada hubungannya. Tanpa agama, buat apa kita kerja. Bukankah kerja itu cari duit, dikaitkan dengan agama berarti salah satu bentuk rezeki dari Allah. Kita pun berdoa agar rezeki yang halal dan berokah. Kalau rezeki urusan agama (Allah), maka kita memintanya pun kepada Allah melalui media kerja (berdagang/berbisnis atau karyawan) sebagai amanah Allah. Bagaimana caranya ? caranya pasti usaha dengan ilmu yang sesuai ketentuan Allah.

1. Tujuan kerja cari duit, artinya mencari rezeki yang Allah sudah tentukannya. Karena kita tidak tahu seberapa besar rezekinya, maka kita berusaha konsisten. Jika kita merasa belum cukup, maka kita memohon agar diberikan lebih dengan terus meningkatkan kerja kita dengan sabar atau kita memiliki sikap merasa cukup (bersyukur). Niat kerja menjadi penting agar Allah meridhainya, dan Allah mencukupkan kebutuhan kita. 

2. Kerja diberikan atau diizinkan Allah karena kita memilihnya dan Allah memberikan amanah itu kepada kita. Amanah itu ya tanggung jawab. kerja kita mesti dibekali ilmu yang bener dan selalu belajar agar mudah dan nyaman dalam mengerjakannya.

3. Cara kerja kita mesti sesuai ketentuan Allah, berupa kerja yang baik atau amal yang baik. Disiplin waktu, mengerjakan dengan tenang dan sabar, bertanya jika tidak tahu dan sebagainya. Tidak ada pemilik atau atasan yang tidak suka karyawan yang tidak kerja yang bener, dan pasti mau mengajarinya jika belum tahu.

4. Tentunya proses mencari rezeki (duit) ini tidak luput dari ggodaaan syetan, mengapa ? Karena kita melakukan kerja kepada Allah dan syetan berjanji menggoda kita dengan rayuan jalan pintas atau menghalalkan segala cara atau impian kosong kecuali orang yang ikhlas.

Dari keempat point di atas, dapat disimpulkan bahwa kerja itu ya ibadah seperti halnya shalat dan sebagainya. Perhatikan niat kerja kepada Allah, kerja diterima sebagai amanah, kerjanya dikerjakan sebagai amal saleh, selalu berlindung kepada Allah. Bukankah itu urusan agama ? Iya.

Jangan sampai, kita bersikap berbeda yaitu Agama (Allah) sebagai "pembantu" kita. Kita ingin mencari uang dengan kerja keras dan kerja cerdas. Lalu kita meminta "bantuan" agar keinginan kita itu (cari duit) dikabulkan dengan banyak ibadah dan doa. Saat kita kerja kita "lalai" kepada Allah yang telah memberi petunjuk dan cara kerja yang bener. Saya memberi perumpamaan ... seperti kita pengungkit sebagai alat bantu kita untuk mengangkat barang dengan lebih mudah. Pengungkit itu dibutuhkan kalau kita perlu. atau saya menganggap Allah itu seperti pembantu. Saya kita butuh minum teh, maka kita meminta pembantu membuat dan mengantarkannya kepada kita dan hanya bilang terima kasih. Pembantu itu dibutuhkan saat kita perlu minum teh dan lainnya, selebihnya tidak. Perumpamaan ini saya tulis bukan untuk merendahkan Allah, yang seharusnya kita utamakan dan selalu menjadi yang pertama. Perumpamaan ini saya tulis sesuai kemampuan dan pengetahuan saya UNTUK SAYA JADIKAN RENUNGAN, apakah saya seperti itu kepada Allah ?



Alangkah indahnya, jika kita beriman dan yakin tanpa ragu kepada Allah. Maka pilihan kerja kita adalah amanah dari Allah dan yakini itu. Dengan kesadaran ini kita mampu melihat yang baik-baik dalam kerja. Hadirlah semangat karena percaya Allah. Semangat membawa energi positif yang bisa menggerakkan kita bekerja yang baik (beramal saleh), hari demi hari kita bekerja untuk menjadi semakin baik (konsisten dan meningkat kemampuan lewat berbagai masalah) dan semakin dekat kepada izin Allah.




Insya Allah mulai memahami bahwa kerja dan agama tidak bisa dipisahkan, kerja itu menjalankan agama dan mengamalkan agama dengan kerja. Allah menyukai orang-orang yang konsisten (istiqamah) dan selalu memperbaiki diri (semakin bener).

Tulisan ini merupakan bagian dari e-Book Semangat Kerja yang konsisten. Kami tuangkan dari berbagai pengalaman kami dan orang-orang disekitar kami yang telah bekerja lebih dari 35 tahun. Hanya Rp 50.000, segera kontak WA 087823659247






Harapan dan kemampuan

Harapan ? Mestinya selalu ada di saat kita terpuruk atau tumbuh dari keinginan untuk lebih baik. Walaupun harapan itu kecil mampu membangkitkan kita untuk meraihnya. Tidak terbayangkan saat harapan itu tidak ada lagi ... bisa menyebabkan peristiwa yang tidak baik. Harapan bisa jadi diciptakan oleh pikiran positif kita atau harapan itu datang dari orang lain. Harapan itu muncul saat kita memang belum mencapai apa yang kita inginkan. 

Apa hubungan dengan kemampuan ? Setiap harapan "memaksa" kita untuk meningkatkan kemampuan agar kerja yang dilakukan dapat memenuhi harapan kita. Saat ini kita memiliki kemampuan A, sedangkan kita memiliki harapan B. Yang terjadi adalah kita memaksimal kemampuan A untuk menjadi lebih tinggi (kemampuan B) sehingga harapan B itu dapat diraih. Harapan. Menjaga harapan mendorong kita bekerja lebih baik, yang berarti meningkatkan kemampuan.


Banyak orang menggantungkan diri pada harapan tanpa banyak memaksakan kerja dengan kemampuan lebih. Keadaan ini bisa menyebabkan kita tidak menjadi apa-apa. Harapan terbaik adalah dari Allah, karena Allah Maha Tahu kita dan MahaTahu juga apa yang terbaik buat kita. Oleh sebab itu berharaplah hanya kepada Allah. Insya Allah kita selalu diberikan petunjuk dalam meraih harapan itu dan diizinkan. Allah memberikan petunjuk ke dalam hati kita ... harapan untuk menjadi hamba yang bertaqwa. Harapan yang memberi kebaikan di dunia dan di akhirat.

Semua orang tidak bisa memastikan harapan itu tercapai atau tidak. Kita hanya berusaha dan menyempurnakannya. Konsistensi kerja yang kita lakukan karena kita YAKIN kepada Allah yang menumbuhkan harapan itu. Untuk itu kita mesti belajar ilmu dan petunjuk Allah agar kita mampu bekerja sesuai harapan Allah.

Magic Word Orang Mau Sukses

Mau sukses nggak ? Semua orang menjawab pasti dong. Yang menjadi pertanyaan selanjutnya, kok belum sukses ? Ada yang jawab tidak punya modal, berarti belum memulai untuk sukses dong. Beberapa bilang, "waktunya dan terus aja kerja". Ternyata kita larut dengan alasan yang kita iyakan bahwa kita belum sukses alias gagal. Lalu alasan itu pernah ada solusinya ? Belum ada sampai sekarang.


Tahu nggak kenapa belum sukses ? Maka sederet jawaban sebagai alasannya. Alasan itu semua memberatkan atau hambatan kita tidak menuju sukses. Lalu begaimana ? Pertanyaannya dibuat seperti ini, apa menjadi alasan kita untuk sukses ? Supaya hidup lebih baik. Bayangkan jika kita terus mengisi pikiran dengan alasan untuk sukses, maka ada dorongan untuk meraihnya. Hindari selalu mencari alasan karena belum sukses. Lupakan alasan dan jalankan apa yang pernah kita bicarakan atau orang lain sampaikan


Banyak kejadian orang yang tidak pintar itu bisa sukses, karena mereka tidak mau berdebat soal apa-apa tentang sukses. Mereka senang dan selalu mempraktekkan apa yang dibicarakan orang atau apa yang dia pikirkan. Jika mengalami hambatan, mereka tanya lagi atau mikir dan mempraktekkannya lagi. Dengan mempraktekkan apa-apa tentang kesuksesan, maka kita bisa meraih ilmu sempurna (bukan sekedar tahu, tapi sudah menjalaninya) dan juga mampu mengatasi masalah.

Sama halnya, mau nggak shalat khusyuk ? Mau dong. Nggak cukup. Dengerin ceramah shalat khsuyuk dan jalani aja. Bisa jadi kita dapet hidayah dalam perjalanannya sehingga mampu shalat khusyuk. Kalau mau lagi cari ilmu shalat khusyuknya dari hadist dan ulama. Ilmu tentang shalat khusyuk sudah banyak, tapi kita harus berani mengamalkannya. Jangan pernah berpikir shalatnya berat tapi berpikirlah baiknya shalat khusyuk. 

Kami telah menulis e-Book dan melaksanakan pelatihan motivasi spiritual untuk karyawan, pengajian, umum dan keluarga. Hubungi kami di WA 087823659247 







Bersikap baik saat pintar

Bersikap baik saat pintar ... ya dong pasti. Apa yang mesti disikapi saat pintar ? Berlaku baik kepada orang lain. Apa iya ? Banyak terjadi orang pintar sibuk untuk menunjukkan kepintarannya sehingga orang lain memujiya, "hebat ya". Pujian itu sudah cukup untuk menjadikan kita yang lagi pintar untuk terlihat semakin ingin menunjukkan kepintarannya. Lalu orang pintar bercerita bagaimana dia memperoleh kepintarannya dan dilebaikan dengan proses belajar yang luar biasa. Orang pintar berlaku baik atau orang baik yang pintar ?

Bersikap baik saat pintar ... suka memberi solusi. Apa iya ? Orang pintar tidak mudah untuk memberi keilmuannya, karena nanti ada pesaingnya. Biasanya berbincang tentang hal besar (kulit saja) seolah tahu semuanya. Untuk menjadi sombong menjadi terbuka dan berlaku merendahkan orang lain. Saat itu muncul ucapan,"saya bisa dan orang lain belum tentu". Untuk menyatakan kesombongannya itu."ilmu ini tidak mudah diperoleh dan tidak semua orang bisa".

Mana yang penting orang yang sudah bersikap positif (baik) dengan kepintarannya atau sebaliknya orang pintar dengan sikapnya ? 100% menjawab sudah memiliki sikap positif dengan kepintarannya. Mengapa ? Karena sikap positif itu tidak menunjukkan seseorang itu pintar atau tidak pintar. Sikap positif itu pasti mengantarkan orang kepada tindakan yang baik pula.


Bagaimana dengan orang yang tidak pintar ? Orang tidak pintar memiliki dorongan untuk bersikap baik, yaitu mau belajar untuk tidak dipermainkan oleh orang pintar dengan sikap tidak baik. "Suatu hari nanti saya ingin menunjukkan saya lebih pintar dari mereka yang meremehkan saya". Orang tidak pintar ingin seperti orang pintar. Tidak itu saja, orang tidak pintar banyak beraktivitas karena yang diketahuinya hanya sedikit. Tidak bingung seperti orang pintar karena banyak hal diketahuinya maka cenderung banyak bicara daripada beraktivitas.

Bayangkan jika kita tidak banyak tahu tentang Allah ? Iman kita menjadi kosong hanya ikutan saja. Disinilah beriman itu mesti dibekali ilmu yang bener. Islam mengajak kita untuk beriman dulu dengan ilmu baru beramal saleh. Orang Islam itu pasti memiliki keyakinan dengan ilmu yang bener. Kita mesti memiliki sikap positif yaitu ingin terus belajar dan mengamalkannya. Tidak merasa hebat karena semua datang dari Allah. Sikap rendah hati ini menjadi sikap positif dan baik untuk terus mengamalkan ilmu yang kita miliki (tidak sombong).

Bersikap baiklah saat pintar maupun tidak pintar. Saat tidak pintar kita terus belajar dan saat pintar kita jadi rendah hati.

Kami telah melakukan hampir 30 pelatihan spiritual untuk karyawan dan pimpinan, pelatihan ini kami berikan dengan biaya tranport aja untuk wilayah Bandung sekitarnya. Judul "kesadaran spiritual dengan tafakkur dan tadharru untuk meningkatkan produktivitas. WA kami di 087823659247





IYA sabar jalaninya

IYA ... sabar jalaninya. Dalam banyak kasus tanpa disadari kita bisa bersabar. Misalkan menunggu antrian, kan kita takut diomelin orang kalau menyerobot antrian. Terpaksa antri ? Awalnya mungkin iya, tapi zaman sekarang dengan adanya HP semua itu menjadi biasa. Ada lagi kita bisa sabar menunggu untuk membeli barang atau makanan yang kita senangi, bahkan rela antri lama. Sabar kan ...

Kesabaran itu pun hadir saat kita menantikan proses kelahiran anak. Apa bisa dicepetin ? Selalu ada proses sekalipun dengan operasi. Pemahaman kita tentang sabar fokus kepada sesuatu yang ingin dicepetin prosesnya, nggak sabar jadinya. Naik kendaraan yang mengalami kemacetan, pasti tidak bisa dipaksakan dengan menyerobot jalan. kalau nekat sih, siap aja diomelin orang.

Yang paling deket dalam keseharian kita adalah ibadah kita, selalu ingin instant. Mau shalatnya cepet selesai, atau mau balasan dari Allah disegerakan. Atau dalam kerja maunya gaji tinggi dan sukses karirnya. Ada banyak kejadian lain dan setiap hari kita mesti menyikapi mau sabar atau tidak.

Iman : Sabar menjadi solusi dari Allah, yang kita imani. Yang datangnya dari Allah adalah kebaikan. Petunjuk ini mesti menumbuhkan kita untuk percaya dan yakin tanpa ragu. Pemahaman ini bukan hanya di pikiran kita saja, tapi mesti masuk ke hati. Bisa jadi kita hanya tahu dan paham, tapi keyakinan itu hanya sedikit di hati. Insya Allah sih, keyakinan kita dengan banyak berbuat baik dapat menumbuhkan keyakinan itu dan hidayah dari Allah.

Ilmu : Jangan sampai kita mengutak-atik soal sabar dengan mencocokan dengan untung rugi (pikiran), karena kadang bisa dan kadang tidak bisa. Ada yang mengajarkan sabar itu mesti tahu hal baiknya apa saja, lalu dipraktekkan. Sebenarnya bisa saja hal itu dilakukan, tapi jauh lebih baik dengan memperbaiki iman kita. Iman dapat ditumbuhkan oleh kesungguhan untuk beriman dengan cara membaca ilmu Allah yang ada dalam Al Qur'an dan Sunnah Rasulullah. Ada petunjuk dalam Al Qur'an,"sabarlah dalam shalat". Petunjuk ini mesti kita gali lebih dalam dari Hadist dan ulama agar pemahaman kita menjadi paham. Lalu praktekkan.  

Ada kalanya kita tidak sabar karena menunggu hasilnya sehingga menjadi tidak sabar dengan melakukan yang tidak baik. Apa yang terjadi ? Bisa jadi Allah ingin menguji kesabaran kita dan ingin menaikkan level sabarnya. Begitulah semestinya kita berprasangka baik kepada Allah.  Berpikirlah buah dari kesabaran yang kita tidak pernah tahu waktunya, daripada kita berpikir susahnya bersabar. Insya Allah kita "Saya bersabar karena Allah".  

Yakin : Ilmu yang kita miliki dengan melatih setiap hari, diantaranya kita mendapatkan hasil dari sabar atau kita dapat menikmati proses sabar itu. Keadaan ini membuat kita semakin yakin. Barengi latihan kita dengan berdoa agar diberikan kesabaran. 


Amalkan : Seberapa pun bekal tentang kesabaran itu mesti kita latih. Apa saja latihannya ? yang pertama adalah shalat kita. Penahkan kita mau cepet-cepet selesai shalatnya ? Padahal shalat itu pasti selesai dengan mengikuti seluruh bacaan dengan bener. Mau dicepetin bisa merusak nilai shalat itu sendiri. Mengapa kita tidak berpikir mengikuti langkah demi langkah saja, toh sekitar 5 menitan. "sabarlah dalam shalat", perlu memahami bacaan shalat sehingga waktu shalat tidak terasa. Yuk kita belajar meningkatkan shalat dengan sabar, perlu ilmu mengendalikan diri dan memahami bacaan shalat. Tanpa perlu mengucapkan sabar, kita sudah memulai belajar sabar dalam shalat. Minimal kita latihan 17 rakaat sehari, belum ditambah shalat sunnah. Membayangkan shalat kita semakin baik, Insya Allah dalam hal lain kita pun bisa bersabar.



Dalam hal lain, kita bisa melatih kesabaran kita untuk tidak responsif terhadap apapun, beri ruang bagi pikiran untuk mencerna semuanya dan mendapatkan kebaikan dari apa yang kita dihadapi. Misalkan kita diminta tolong sama saudara atau orang tua, "tolong bantu dong". Jangan langsung kita bilang tidak bisa. Membantu pekerjaan adalah kesempatan untuk beramal saleh, mengapa kita yang dipilih kok nggak mau ? Jangan pernah berpikir nanti dibalas, amal saleh itu buat kita dari Allah.

Teruslah untuk melatih diri dan mengevaluasi setiap hari agar kita memiliki dorongan untuk belajar lagi dan mampu memperbaiki diri setiap hari. Masak kita tidak bisa sabar ? Jika belum sabar berarti kita tidak mau melatih diri.

Kami telah melakukan hampir 30 pelatihan spiritual untuk karyawan dan pimpinan, pelatihan ini kami berikan dengan biaya tranport aja untuk wilayah Bandung sekitarnya. Judul "kesadaran spiritual dengan tafakkur dan tadharru untuk meningkatkan produktivitas. WA kami di 087823659247






Magic Word ikuti saja

Selamat siang semua, semoga selalu sehat dan bahagia,

Teringat dengan kata sabar, adakala kita bisa bersabar karena memang tidak ada jalan lain. Hanya bisa mengikuti saja. Bagi peternak ayam, tidak bisa mempercepat mendapatkan anak ayam dari telur dengan cara membanting telurnya. Tapi peternak itu sabar dengan mengelola telur dengan baik dan ditempatkan di tempat khusus dan pada waktunya telur itu menetas, barulah peternak mendapatkan anak ayam. Mempercepat proses penetasan pun bisa berakibat tidak baik dengan anak ayamnya.

Pelajaran penting bahwa semua memiliki proses dan waktunya. Sama halnya dengan yang lain, lawan kata dari ikuti saja adalah instant. Mau sukses pake jalur instant, bisa jadi kita mampu tapi ada hal yang "merusak" diri kita setelah sukses. Setelah lulus sekolah pun belum tentu bisa menjadi pemimpin tanpa pernah mengalaminya. Hanya karena sekolah tinggi lalu bisa memimpin ? Rasanya tidak semudah itu. Bisa saja mampu mengatur tapi belum tentu bisa memimpin.

Kami memasarkan e-Book tentang semangat kerja dan iman berdasarkan pengalaman kerja lebih dari 30 tahun. Semangat kerja yang konsisten sehingga diperoleh kerja yang produktif.

Berminta untuk membacanya, hanya dengan Rp 50.000 saja Anda bisa mendapatkan e-Book nya. WA Sekarang 087823659247





IYA, Bersabar itu tidak mudah, apalagi tidak Sabar

Kata sudah menjadi makanan sehari-hari, "sabar ya" atau "sabar aja, badai pasti berlalu" begitulah pesan dan ansehat yang sering diucapkan kepada mereka yang suka emosional dan responsif atau yang sedang dalam masalah. Pesan dan nasehat ini sudah bener, tapi sering dicerna oleh pikiran dan perasaan menjadi tidak nyaman. Maksudnya karena orang dinasehati itu dalam keadaan emosional, maka pesan itu menjadi tidak berarti (tidak bisa berpikir secara akal sehat). Sekalipun sudah tidak emosional lagi, tidak mudah untuk mencerna kata sabar itu. Akal sehat bilang,"enak di dia, nggak enak di saya" atau "sabar itu ada batasnya". Itulah yang terjadi dan respond banyak orang

Iman : Bagaimana kita mesti menyikapinya ? Ternyata sabar itu bisa dicerna dengan hati. Banyak petunjuk yang disampaikan di Al Qur'an tentang sabar. Persoalannya, apakah kita percaya (iman) ? Sebagai muslim kita percaya kepada Allah. Kepercayaan kita kepada Allah bukan sekedar percaya tapi yakin tanpa ragu. Atas dasar itulah kita secara otomatis percaya dan yakin tanpa ragu dengan petunjukNya. Bisa jadi kita belum sepenuhnya menjalani sabar itu karena memang sudah tahu tapi belum masuk ke dalam hati. Jika sabar itu sebatas pikiran, maka kita hanya berpikir untung dan ruginya. Kita bisa sabar jika ada untungnya. Disisi lain kita bisa sabar untuk tidak marah agar kondisi kita menjadi nyaman atau tidak nyaman. Ada yang mau sabar karena sudah usia atau takut sakit dan sebagainya.

Ilmu : Petunjuk Allah itu sudah banyak dibuktikan, salah satunya orang yang sabar itu menjadi idaman semua orang. Bawaannya tenang dan sejuk serta memberi kebaikan. Allah berfirman "sabar itu karena Allah", maka bersyukurlah. Karena sabar itu ada di hati, dan hati itu urusan Allah. Mudah bagi kita untuk bersabar saat kita memahami dengan hati. Di dalam Al Qur'an juga difirmankan,"orang sabar itu bersama Allah" dan "jumlah orang yang sabar sedikit bisa mengalahkan orang yang tidak sabar lebih besar". Begitu juga sabarnya Nabi Ayub yang sakit, Nabi Muhammad yang dilempari batu dan sebagai, teladan Nabi dan Rasul itu tetap sabar dengan selalu mendoakannya.

Yakin : Keyakinan bukan lagi untuk dipikirkan dan dirasakan. Baca Al Qur'an agar semua petunjuk dan rahmat Allah tentang sabar menjadi nyata dalam hati, pikiran dan perasaan. Ambilah hikmah sabar dari para ulama dan referensi yang lainnya. Apakah kita hanya percaya kepada Allah tapi tidak percaya kepda petunjukNya ? Sedangkan kita bisa percaya kepada atasan di kantor dan pasti kita mengikutinya.

Amalkan : Kata beriman selalu disampingkan dengan beramal saleh. Iman kita menjadi sempurna setelah diikuti dengan perbuatan yang baik. "Bersabarlah" bukan berarti menahan emosi saja.  Orang yang membuat kita marah berarti mereka telah menaklukanmu, bisa jadi mereka yang membuat kita marah itu memiliki niat baik agar kita menjadi semakin baik. Tapi caranya yang tidak tepat. Yuk bekali diri kita dengan baik dan berlatih untuk tidak selalu responsif terhadap apapun. Mengapa kita tidak berpikir sekalipun ada yang marah kepada kita, dengarkan dan pahami maksudnya. Siapkan respon kita untuk mengakui kita salah dan diam, apakah orang itu terus marah ? menurut survey paling lama 5 menit. Karena ada niat baik yang mau disampaikan lewat marah itu, maka pergunakan hati dan pikiran. Ikuti kemarahan orang itu dengan doa, seperti yang diteladani oleh Rasul.

Amalkan : Yuk latih di jalan raya dengan tenang mengendarai mobil agar kita siap jika ada hal yang mengganggu kita dalam perjalanan. Ada yang tidak sopan melewati kita, tidak perlu direspon. Ada macet, syukuri aja bahwa memang begitu adanya. Perjalanan kita memang mesti dilewati dari kemacetan. Ada yang tidak sabar dengan menerobos jalan tapi akhirnya juga bertemu macet lagi dan lebih parah. Banyaklah intropseksi diri dengan zikir dan istighfar. Saat kita masih merespon dengan marah, kita masih lemah "iman"nya dan teruslah banyak istighfar dan meningkatkan iman (dekat kepada Allah). Baca kembali petunjuk tentang sabar dan amalkan kembali. Selalu berdoa agar kita bisa bersabar. Masak kita tidak mau bersama Allah ? 

IYA ... melatih diri mulai dari iman yang mesti kita perbaiki yang menjadi dasar kita bertindak. Rasanya tidak ada sesuatu tindakan bisa dilakukan tanpa keyakinan yang kuat. Keyakinan itu pun mesti didasari ilmu yang bener. Ilmu yang juga dari Allah, yaitu Al Qur'an dan sunnah. Yakinkah kita ? Untuk menambah keyakinan itu kita dapat melihat referensi orang sabar dan kebaikan yang bisa diraih. Kalau sudah sampai sini, maka bersabarnya menjadi semakin mudah. Amalkan. Selalu ada godaan untuk tidak bersabar ... sekali lagi kita diuji, apakah kita percaya, yakin tanpa ragu dengan iman kita (bersyukur) atau kita menjadi orang yang hanya tahu tentang sabar (menutupi kebenaran - kufur) ?

Kami telah menulis e-Book tentang kerja dan iman, yang tertarik bisa wa 087823659247




Katanya mau konsisten kerjanya

Katanya mau konsisten kerjanya, yang pasti konsisten untuk terus bersemangat kerja dan kalau bisa sih kerjanya semakin meningkat. Tapi apa yang terjadi ? Disiplin datang pagi bisa konsisten, tapi apakah sudah datang pagi bisa memberi nilai optimal dalam kerja ?  Inilah salah satu contoh yang tidak mudah untuk menjadi konsisten dalam meningkatkan nilainya. Bisa jadi kita berpikir, "kalau sudah konsisten dan mencapai nilai tertentu, apa bisa lebih baik lagi ?" Seperti disiplin datang paginya sudah konsisten, apakah bisa terus meningkatkan kualitas datang pagi ? Kita bilang,"mau ngapain lagi kan sudah datang pagi".

Bagaimana dengan kerja kita ? Apakah kita juga bisa konsisten untuk selalu meningatkan kualitas kerja kita ? Bagi sebagian orang yang penting itu,"kerja aja apa yang diperintahkan. Selesai". Dari hari ke hari, bulan ke bulan bahkan dari tahun ke tahun ... bukankah kerjanya bikin bosen dan semakin tidak termotivasi untuk semakin berkualitas. Mungkin sedikit ada rasa bosen bikin kita mau mengerjakan pekerjaan semakin baik seiring semakin lama kita bekerja. Sebenarnya bukan bertambah kualitas dari sisi ilmu, tapi peningkatan kualitas kerja lebih karena telah menjadi kebiasaan sehingga ketrampilan kita mengerjakannya semakin baik.

Konsisten itu menunjukkan kita kerja terus-menerus. Bukankah kita sudah kerja terus-menerus dengan menjalankan SOP dan perintah dalam job desc. Bener sih, secara perusahaan karyawan tersebut sudah bekerja baik dan konsisten. Bekerja sesuai yang tersurat, tapi apakah ada dampak positif dari pekerjaan tersebut bagi perusahaan ? Sepertinya ada dan kecil. Tidak cukup untuk mengembangkan perusahaan untuk lebih maju. Tanpa disadari perusahaan memiliki target kerja yang meningkat setiap tahun dan "dipaksakan" untuk dicapai oleh karyawan. Dari target inilah perusahaan bisa berkembang jika target tercapai. Tapi ada dampak negatif ? Karyawan bekerja secara "paksa" atau tertekan dengan target sehingga tidak senang dalam mencapai target. Mungkin agak terhibur jika ada reward yang baik dari perusahaan. Bagaimana jika target tidak tercapai ? Bisa jadi perusahaan berkembang walaupun tidak sesuai harapan, yang tidak baik adalah kondisi karyawan yang stress.

Maka kata konsisten untuk menjadi semakin baik menjadi perlu dikembangkan dalam perusahaan agar karyawan menjadi semakin baik dan perusahaan berkembang. Maka mesti ada lead masa depan bagi karyawan yang konsisten dalam kerjanya. Sikap saling menghargai terutama adanya kesalahan dalam proses konsistensi (proses belajar) kerja harus terbuka untuk saling mengoreksi. Bisa jadi dalam proses menjadi semakin baik itu ada kesalahan, maka kesalahan itu dianggap sebagai proses belajar. Yang terbaik adalah setiap karyawan memiliki semangat untuk kerja yang semakin baik sebagai motivasinya dan merasa menjadi semakin baik (nyaman) dalam kerja. Disisi lain perusahaan atau atasan membuka forum yang kondusif untuk menjadi semakin baik. Ada "proyek kerja" yang periodik yang bisa mengembangkan karyawan untuk semakin tertarik konsisten untuk bekerja yang berkualitas. Penghargaan atau reward bisa ada, tapi tidak perlu yang besar. Bisa jadi reward itu diberikan berupa penghargaan dan memberikan kebutuhan dasar manusia.

Disisi lain kerja yang tidak konsisten (kerja yang sama dengan cara yang sama terus-menerus), apa tidak bosen ? Kok mau kerja begitu aja ? Kehidupan kita terus berkembang dari seorang diri, berkeluarga dan memiliki anak serta memiliki mimpi yang besar untuk dicapai dalam hidup. Ini sudah bisa menjadi dasar untuk mendorong kerja yang konsisten. Caranya lakukan yang biasa kita lakukan dengan menambahkan sesuatu yang terkait yang menjadikan pekerjaan itu menjadi bernilai. Untung dong perusahaan ? Iya, tapi kan kita sendiri yang konsistennya (perusahaan hanya dapat dampak dari kerja kita). Kalau sudah bisa datang pagi, mengapa kita tidak mempersiapkan kerja lebih awal ? Atau setiap laporan yang kita buat, bisa ditampilkan lebih menarik untuk point penting. Dan banyak contoh kecil yang bisa kita tambahkan dalam pekerjaan kita. Inilah cara kerja yang konsisten, bosennya tidak ada dan yang pasti kemampuan dan ketrampilan kita berkembang



Bagaimana dengan ibadah kita, contoh sedekah ? Biasa-biasa aja tuh. Bisa jadi kita sedekah rutin bukan konsisten, menyumbangkan uang kenclengan setiap Jum'at Rp 10.000.  Bosen nggak sih ? kayaknya nggak. Kayaknya memang adanya segitu. Apakah kita tidak tertarik dengan balasan yang lebih banyak dari Allah ? Tertarik sih, apalagi balasannya yang besar. Begitulah kita punya ketertarikan kepada balasannya tapi merasa berat untuk bersedekahnya. Sebaliknya saat kita tidak sedekah, yang terpikir bagi kita adalah ringan (tidak mengeluarkan materi). Jadi kita lebih suka tidak bersedekah karena ringan dan tidak mengeluarkan apa-apa. Allah menyukai hambanya yang beribadah terus-menerus (konsisten). Untuk itu bukan sekedar ibadahnya yang rutin, tapi ibadahnya yang penuh makna terus-menerus. Yuk sikap dan semangat ibadah kepada Allah ini kita jadikan motivasi juga untuk kerja yang konsisten. Tidak hanya ibadah yang dinilai Allah, tapi kerja (hidupku dan matiku untuk Allah) juga sebagai nilai ibadah kepada Allah



Insya Allah kita selalu diberi kekuatan untuk terus bersyukur dengan terus konsisten pada jalan Allah, "ibadahku, shalatku, hidupku, matiku hanya untuk Allah".




Magic Word Hari Esok

Bismillahirrahmanirrahiim, sekarang kami menampilkan tentang hari esok yang bukan menjadi kendali kita. Tidak ada yang tahu kejadian apa dengan hari esok. Hari esok itu milik Allah. Yang bisa kita lakukan hanya beraktivitas sekarang. 


Untuk itu berusahalah dengan kemampuan kita untuk selalu menjadikan sekarang adalah waktu terbaik untuk mengerjakan kebiakan. Bayangkan 1 kebaikan sekarang kita lakukan, maka kita dibalas dengan 10 kebaikan, yang mnejadi modal kita untuk hari esok.
Bersemangalah ... agar hidup kita menjdai bermakna.



Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...