Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Paling tidak mudah itu mempraktekkan

 Kalau soal praktek dari apa yang sudah saya pahami adalah proses yang tidak mudah. Bisa jadi semua mengalami yang sama, sebaliknya beberapa orang mampu mempraktekkan dengan mulus dan berujung kepada kesuksesan atau keberhasilan. ketika ditanya, Apakah sudah memahaminya ? Jawabannya sudah. Beberapa orang tidak memulai sama sekali, ada yang mulai  dan setelah kalah dengan rutinitas, ada yang menjalani dengan semangat tapi banyak juga masalahnya yang belum ditemukan solusi, hanya sedikit yang berhasil. Dimana posisi saya ? 

Saya pernah mengalami tidak melakukan apa-apa, karena memang banyak hal yang ingin saya kuasai. Keadaan ini mendorong saya belajar terus yang membuat saya lalai untuk menerapkannya. Asyik dengan belajar dan terus belajar sehingga saya merasa nyaman. Berangkat dari tidak tahu, kemudian tahu dan belajar paham dimana saya merasa senang. Karena sudah paham ilmu A, maka bersemangat juga untuk memahami ilmu terkait dengan A. Keterusan asyik belajarnya. Keadaan ini membuat saya pintar dan suka memberi ilmunya kepada orang lain.

Suatu ketika saya merasa bahwa tanpa mempraktekkan ilmu, maka ilmu itu menjadi tidak sempurna. Saya didorong pula oleh semangat untuk beramal saleh (ibadah), maka praktek demi praktek saya jalankan. Dengan praktek ilmu itu saya merasa bertambah imannya (semakin yakin dan tanpa ragu). Saya mendapati bahwa setiap mempraktekkan ilmu selalu ada "masalah", dan menarik bagi saya untuk menyelesaikannya. Akhirnya saya menyempurnakan ilmu yang saya peroleh menjadi semakin sempurna.

Ilmu untuk bekerja sering kali sangat dibutuhkan untuk segera dipraktekkan. Setiap ada kesulitan dalam kerja, saya mulai mencari solusinya (ilmu). Abis memahami ilmu segera saya praktekkan. Dilain sisi ada juga saya hanya jalanin aja (praktekkin aja), karena memang tidak ada ilmunya. Ketekunan saya menjalani membuah hasil yang luar biasa, ada ide dan ilmu yang sekaligus solusi pekerjaan menjadi mudah dan ringan.

Saya berharap bahwa saya memiliki sikap yang positif terhadap satu ilmu langsung praktek. Sikap menjadi pendorong untuk mempraktekkan dan diterusin dengan kontiniutas.

Training yang merubah sikap dan perilaku

 Training ? Dominan ditafsirkan menambah ilmu dan ketrampilan. Banyak peserta menginginkan itu semua. Harapannya di hari kemudian dapat mengantarkan mereka dihargai lebih baik, jabatan dan pendapatannya. Trainernya agak lalai untuk mengingatkan peserta training untuk merubah sikap dan mempraktekkannya. Karena memang trainingnya berada di kelas, setelah trainer tidak memiliki akses untuk merubah mereka. Disisi peserta, merasa kalau training selesai, maka selesailah trainingnya. Padahal training itu baru memberikan pengetahuan dan sedikit ketrampilan saja, dan belum bener-bener merubah mereka menjadi apa yang mereka inginkan. Dalam fakta, mereka meminta jabatan dan pendapatan yang bagus, tapi mereka belum pernah menjadi siap dengan pekerjaannya (pengalaman).

Training mestinya berproses bagi peserta menerima pengetahuan dan ketrampilan, lalu menjadi inspirasi untuk menerapkannya dalam pekerjaannya, akhirnya mengantarkan peserta berubah sikap dan perilakunya. Sudahkah kita memahaminya ? Jika tidak seperti itu, maka training hanya sekedar memberi/menerima pengetahuan dan ketrampilan. Bisa dikatakan belum berhasil.

Bagaimana dengan training diganti dengan belajar aja dari buku dan referensi lainnya ? Kalau bisa terjadi dan untuk menyempurnakannya dapat dengan brainstorming. Pengetahuan dan ketrampilan diperoleh. Maka semua orang bisa melakukannya. Tapi training yang sebenarnya adalah merubah seseorang menjadi manusia baru, dengan sikap dan perilaku baru. Kita bisa melakukan self training, dengan belajar lewat buku dan referensi lalu menerapkannya dalam pekerjaan. Hasilnya dapat menyempurnakan pengetahuan yang kita peroleh. Semakin sering menerapkan dan mengkayakan pengetahuan yang kita miliki adalah pengalaman training yang bagus.

Misalkan seorang karyawan menerapkan suatu program baru dan mendapatkan hasil yang bagus. Maka karyawan tersebut sudah melakukan training, training yang sebenarnya. Yang terjadi adalah banyak karyawan merasa khawatir atau takut untuk menerapkannya karena tidak pede dan takut disalahkan kalau gagal. mesti sikap trainee adalah menyikapi bahwa kegagalan itu untuk diperbaiki.

Yuk semangat untuk training yang bisa jadi tanpa training di kelas, tapi trainingnya di pekerjaan. Mulailah dari sikap dan perilaku kecil agar pekerjaan kita mudah dan ringan. 

Ingin sendiri dan diam saja

 Ingin sendiri dan diam saja, bisa jadi langkah yang diambil karena memang tak mampu lagi merubah segala hal yang ada disekitar saya. Tahu dan paham apa yang terjadi disekitar saya, tapi tak kuat untuk berucap. Memberi nasehat tidak banyak merubah keadaan, berubah sebentar dan kemudian kembali lagi ke asal. Terkadang untuk melanjutkan perubahan itu memancing emosional. Karena saya tidak ingin emosi karena sangat merugikan saya. Tak ingin saya kotori hati ini dengan hal yang buruk.

Banyak dari kita merasakan keadaan seperti itu. Tidak ada solusi dan semua menjalankan keadaannya masing-masing. Lingkungan terus terjadi dengan kebiasaannya dan yang ingin menasehati tak mampu. keadaan ini tidak memberi kebaikan apapun. Lalu apa yang mesti saya lakukan ?

Saya adalah hamba Allah, dimana Allah yang menciptakannya. Apa yang saya anggap berat sehingga saya ingin sendiri dan diam saja. Bisikan dalam dada ini terus mengejar mimpi yang ideal dan caranya bisa jadi dengan perilaku buruk. Tapi solusi ini sepertinya saya tidak memiliki Allah. Allah saya adalah Allah yang Maha Pengasih dan penyayang. Semestinya saya berharap kasih sayangnya. Allah saya adalah yang Maha Pemberi petunjuk (solusi). Bukankah semestinya saya berharap kepada Allah dengan solusinya. Allah saya adalah yang Maha pendengar dan Maha melihat. Bukankah semestinya saya menyampaikan apa yang saya rasakan. Allah saya itu adalah Maha Pengampun dan Penghapus kesalahan. Bukankah semestinya saya memohon maaf dan ampunan atas ketidakmampuan saya. Allah saya adalah Tuhan saya yang Maha Berkuasa. Bukankah semestinya saya percaya Allah saya bisa mengatur kebaikan buat saya.

Itulah solusi yang hadir di hati ini untuk menghadapi apa yang membuat saya ingin sendiri dan diam saja. Insya Allah, saya dapat diberikan iman (percaya tanpa ragu) untuk melakukan kebajikan-kebajikan. Saya ditunjuki Allah untuk menolongnya dengan terus menjaga hati saya dan saya pun ingin memperoleh rahmatNya dengan ikhlas beribadah kepadaNya. Saya meminta Allah melindungi saya dari bisikan setan agar saya terjaga sadar terus kepadaNya. 

Tahun baru 2023, apa iya ?

 Judul ini pertanyaan di atas mencerminkan apa yang saya lihat dan apa yang saya rasakan ... apa iya orang sibuk mempersiapkan tahun 2023 ? Sebenarnya apa yang dipersiapkan itu bukan menghadapi tahun 2023 tapi hiruk pikuknya acara yang di malam tahun baru. Mereka hanya suka dengan "perayaannya" dan itu pun karena larut dari "kampanye" perayaan dari berbagai media. Malam tahun baru, mau kemana ? acaranya apa ? makannya apa ? Uang, waktu dan perhatian sudah dipersiapkan untuk acara besar. Tapi apa iya untuk semua itu ? Tahunnya baru 2023 tapi kelakuan dan sikap masih sama. Pantaskah kita hidup di tahun baru 2023 ini ?

Tulisan ini menjadi cermin dan hikmah bagi saya. Mereka yang mempersiapkan perayaan dengan acaranya yang diharapkan meriah itu menuju kepuasan dan kesenangan yang hanya terjadi di malam itu. Tgl 1 tahun 2023 dimulai dengan bangun siang hari dan istirahat panjang. Bahkan ada yang sudah mempersiapkan segala hal dari uang yang dikumpulkan dari sejak 1 Januari sampai 30 Desember yang dihabiskan di malam tahun baru. Agar tampak profesional dan  heboh, maka mereka pun mengikrarkan resolusi tahun baru. Semua itu dibilang,"gaul dan asyik", bagi yang tidak merayakannya sepertinya tidak ada cerita heboh tahun baru termasuk nggak gaul dan nggak asyik. Saya pikir-pikir, apakah acara tahun baru itu bisa memberikan kemanfaatan yang besar dibanding keburukannya ? Setiap tahun dilaksanakan dan berulang lagi.

Saya mengajak hati untuk merenung, apakah iya mesti merayakannya ? Bahkan ada yang bilang,"nggak apa-apalah hanya satu kali dalam setahun". Seolah-olah ingin mengatakan,"nggak apa-apa kok untuk sekali saja aktivitas yang tidak baik". Mereka tahu dan paham kurang manfaat dan dengan sadar melakukannya. Apakah perayaan itu yang terbalut niat baik menghadapi tahun dan doa itu dikabulkan Allah ? Apakah iya mereka menyambut tahun baru, dengan sesuatu yang baru ? Sikap baru ? Perilaku baru ? Iman baru ? Ilmu baru ? Perayaan itu tidak begitu penting, penting untuk menjadi manusia baru tahun 2023.

Disisi lain, beberapa orang muslim ikutan  merayakan tahun baru dengan cara zikir dan sebagainya sebagai bentuk penyaluran aktivitas yang baik. Jangan sampai niatnya untuk melawan perayaan tahun baru yang umum, karena aktivitas tahun baru 2023 itu bagi orang yang berzikir merayakannya menjadi kurang ikhlas. Apakah mereka yang merayakan itu, shalat subuh tidak telat ? Bagaimana acara tahun barunya itu dimulai dengan tahajjud dan subuh berjamaah ?

Siapa lah saya. Tulisan saya ini hanya ingin mengungkapkan apa yang saya rasakan dan saya lihat. Seorang isteri yang meminta izin untuk acara tahun baru, anak yang juga merayakannya dengan temen meminta izin juga, atau ada yang merayakan sekeluarga di hotel atau resto. Saya sebagai suami jika tidak mengizinkan dibilang,"nggak gaul". Lalu dengan izin itu saya sudah mengiyakan apa yang saya tuliskan di atas, sekalipun saya tidak merayakannya. 


Saya hanya bisa berdoa,"Ya Allah, berilah mereka yang merayakan perlindungan agar tidak melakukan tindakan yang tidak bermanfaat atau dosa. Berikan maaf dan ampunan saat kami salah, janganlah Engkau hukum kami saat salah tapi berikan hidayahMu dan petunjukMu kepada kami agar kami sadar dan Engkau bimbing kami memperbaiki kehidupan kami. Ya Allah Yang Maha Mengabulkan doa. Aamiin 

Bagaimana agar tidur saya berkualitas ?

 Ada pertanyaan yang mengusik saya tentang tidur saya. Kok tidurnya nggak enak ? Ngga enak itu seperti tidur yang tidak nyenyak, dan akibatnya tidur saya adalah bangunnya pegel atau capek. Seringnya karena waktu yang tidak lama tidurnya menyebabkan saya pengen tidurnya yang berkualitas.

saya beranikan diri untuk merenungkan tidur saya agar saya mendapatkan tidur yang nyaman dan bangunnya fresh (seger) badannya :

1. Karena tidur itu adalah lanjutan dari aktivitas saya sebelumnya. Maka saya mesti melihat aktivitas tersebut. Ketika saya beraktivitas fisik yang berat atau menyita waktu yang lama (lelah pikiran dan fisik), saya mestinya menyediakan waktu istirahat yang cukup. Tidur lebih awal dan bangunnya tetap di awal pagi. Jangan tidur malam dan bangunnya siang.

2. Tentang aktivitas, saya mesti merubah sikap menghadapi aktivitas tersebut dengan sikap positif dan prasangka baik. Semampunya melakukan aktivitas itu dengan ikhlas. Sikap ini dapat meringankan kelelahan yang terjadi. Bangunlah sikap beraktivitas itu bukan beban atau seperti terpaksa, tapi menerima aktivitas apapun dengan senang.

3. Ibadah kepada Allah menjadi tabungan pahala. Dengan pahala kebaikan itu memudahkan saya memohon pertolongan kepada Allah. Bayangkan pahala itu sedikit, tapi saya meminta pertolongannya banyak dan berat. Apakah mungkin saya memperoleh pertolongan Allah ? Mungkin saja, tapi secara logika semestinya saya "menolong Allah" dengan ibadah dan amal saleh, maka Allah menolong saya.

4. Mempersiapkan tidur saya dengan sengaja dan sungguh-sungguh, yaitu tidur yang ikhlas. Hati memohon kepada Allah agar tidurnya nyaman dan diberikan fresh saat bangun, pikiran memerintahkan tubuh untuk relax agar tidurnya jadi enak. Bila perlu membaca ayat-ayat Al Qur'an dan berdoa sesuai tuntunan Nabi.

5. Semua itu tidak terlalu formal banget, hanya saya ingin mengetahui faktor-faktor yang bisa membuat tidur saya enak.

Insya Allah tidur saya menjadi kebaikan. Saya pernah tidur enak itu saat khutbah Jum'at dimana tidur yang sebentar saja membuat tubuh fresh. Mengambil hikmahnya, ternyata tidur sebentar saja bisa terasa lama. Atau tidur sebentar di siang hari juga membuat saya merasakan yang sama. 

Bangun tidur tergantung dari proses tidurnya, proses tidur yang enak tergantung sikap dan proses sebelum tidur, dan terakhir proses sebelum tidur itu menjadi nyaman ketika saya pun benar-benar memiliki sikap beraktivitas yang benar yaitu ikhlas menjalaninya. Ada banyak hari yang sudah saya lalui, Insya Allah hari berikutnya masih diberi kesempatan. Hal inilah yang mengajak saya untuk latihan tidur yang bener dan nyaman.

Bagaimana caranya saya bisa berpikir positif ?

Selamat malam semuanya. Malam ini saya ingin berbagi petunjuk Allah dan mengajak saya untuk mengamalkannya. Kesulitan hidup itu datang dari diriku saya sendiri, datang dari apa yang sudah saya lakukan sebelum ini. Allah tidak pernah dzalim atas apa yang saya lakukan. Sekarang saya yakini betul bahwa kesulitan saya hari ini BUKAN disalahkan kepada orang lain atau lingkungan. Pengakuan ini menjadi penting karena pengakuan inilah yang mengantarkan saya berpikir positif. Berpikir positif dari hati yang bersih, bersama Allah

Banyak orang tidak menyadari sebuah kesalahan ringan (urusan dunia) dan beberapa keyakinan seperti percaya kepada akhirat merupakan dosa yang mesti dimintakan segera ampunannya dari Allah. Penumpukan kesalahan dan dosa itu dapat menutupi hati, dan akhirnya hati tidak mudah untuk dibersihkan. Akal sehat dan hati tidak optimal dalam memahami tindakan yang bener. Lalu tindakan yang tidak optimal itu berdampak kepada kesulitan hidup. 
Kesalahan yang terjadi bisa jadi karena saya tidak memperoleh ilmu dan petunjuk serta pendampingan dari Allah. Allah sudah memberi petunjuk agar tidak salah lewat Al Qur'an, apakah saya bersyukur untuk memanfaatkan petunjuk itu ? atau saya kufur ? Saya mengajak saya sendiri untuk membaca, memahami, dan mengamalkan petunjuk Al Qur'an itu agar saya dapat mencegah kesalahan dan saya paham apa ayng dilakukan ketika salah.

Apakah tujuan itu bisa dicapai ?

 Seseorang tanya,"mas, apa bisa tujuan itu dicapai terutama tujuan dalam kerja ?" Pertanyaan ini hadir karena memang selama ini kerjanya "tanpa" tujuan atau target dan bisa juga memang jarang bisa mencapai tujuan atau target kerja. Keseringan hal ini terjadi membuat seseorang tidak yakin untuk berhasil. Apa sih yang bisa dilakukan untuk merencanakan pencapaian tersebut ? Mengapa hal ini penting ? Karena setiap orang ingin menjadi lebih baik dalam hidupnya.

Target atau tujuan saya adalah sebuah rencana, rencana saya itu adalah merencanakan keberhasilan. Tidak ada rencana saya buat untuk sebuah kegagalan. Bahkan rencana yang tidak baik pun untuk keberhasilannya (misalkan merampok yang bener mesti direncanakan untuk berhasil). Jadi saya mesti sungguh-sungguh membuat rencana (tujuan/target) saya. Saya mesti membuatnya agar apa yang saya rencanakan itu memberikan hasil terbaik.

Seringkali rencana (target) itu hanya dibuat saja dan tidak dilakukan. Padahal pencapaian target itu karena saya melakukan rencana itu dengan bener, jika belum mencapai maka saya melakukan perbaikan. Semua itu mengatakan saya (harus) berubah, dengan melakukan hal yang jauh lebih banyak dari apa yang saya lakukan sekarang.

Apakah saya berani menghadapi target atau apakah berani membuat tujuan ? Berani dong ! Keberanian itu menghadirkan semangat untuk berani melanjutkannya, merubah sikap, menyisihkan waktu dan banyak fokus untuk belajar yang terkait dengan target atau tujuan saya :

1. Beranilah bangun pagi dengan aktivitas yang bener, saya harus beranikan mengalahkan kekhawatiran bangun pagi bisa membuat ngantuk (kurang tidur) dan capek. Beranikan pula untuk melatih fisik menjalankan rencana seperti kerja keras, pantang menyerah, tidak malas (selalu beraktivitas). Langkah fisik ini menjadi latihan untuk merubah tubuh menjadi sesuai dengan target/tujuan saya. Orang yang berhasil itu selalu bangun pagi. Semakin sering saya berani melakukan aktivitas fisik ini membuat saya siap berubah dengan aktivitas yang menuju tujuan/target saya.

2. Beranilah untuk mengalahkan perasaan tidak enak/nyaman dengan sikap yang positif. Perlu saya bangun prasangka baik agar apapun yang saya hadapi bisa menjadikan aktivitas yang baik untuk kebaikan saya. Misalkan sikap (respon) senang menerima pekerjaan tambahan adalah kunci untuk berubah. Jadikan pekerjaan tambahan itu untuk menambah kemampuan saya dan jika sumbernya dari orang lain, maka memiliki peluang untuk membantu orang lain (amal saleh). Sebenarnya aktivitas yang baik dapat saya lakukan, tapi karena sikap yang tidak bener membuat aktivitas baik yang membangun kemampuan itu tidak terlaksana. Sederhana saja, saat sibuk kerja saya menjadi tidak mudah tersenyum atas sapaan atau senyuman orang lain. Tanpa disadari orang menjadi tidak respek kepada saya. Akibatnya orang lain enggan mau membantu saya. Atau saya malas bangun pagi karena suasana dingin. Sikap seperti ini telah menghabiskan waktu, dimana waktu itu menjadi sangat berarti untuk beraktivitas yang baik.

3. Yang berat juga saya lakukan adalah tidak menyediakan waktu untuk belajar atau menyisihkan waktu "tambahan" untuk beraktivitas lebih. Yang ada di pikiran saya adalah capek dan tidak ada waktu lagi. Dengan aktivitas yang sekarang saja sudah tidak mudah alias sibuk. Kalau saya berpikir sudah tidak ada waktu dan semangat untuk belajar, bagaimana saya bisa berada di tujuan akhir tanpa beraktivitas yang luar biasa ? Saya sebagai karyawan ingin mencapai target kerja, berani saya mesti bersikap dan berilmu serta beraktivitas sesuai dengan target tersebut atau bahkan lebih. 

Beranikah saya ? Keberanian saya mesti saya yakini lagi dengan percaya tanpa ragu saya memiliki Allah. Yang melihat saya 24 jam, yang mengamati saya 24 jam, yang siap membantu saya 24 jam ... masak sih saya bersamaNya. Dengan dekat Allah, saya diberi semangat, saya diberi petunjuk caranya, saya diberi pengawasan agar tidak jauh menyimpang, saya diberi ampunan kalau saya salah, saya diberi izin memanfaatkan fasilitas alam semesta ini, dan harapan terbesar saya Allah pun siap mengabulkan tujuan/target saya jika saya beraktivitas yang bener sesuai petunjukNya. Insya Allah, tujuan/target dapat saya raih bersama Allah. Karena hanya Allahlah semua bisa terjadi. Tiada Tuhan selain Allah.


HP membajak kehidupan kita

Hari-hari ini dimana sedang liburan bagi siswa menjadikan mereka lebih banyak tidak beraktivitas, santai dan banyak istirahat. Apa yang dilakukan mereka ? Cenderung tidak produktif. Padahal waktu libur itu menjadi waktu emas untuk melakukan banyak hal seperti hobby mereka atau aktivitas lainnya. Mereka hanya bermain dengan Handphone (HP).

Dengan HP mereka dilarutkan dengan dunia maya yang tidak produktif, cenderung hanya chatting-chatting WA, nonton you tube, nonton tik tok, dan hal lain. Mereka melakukan sampai berjam-jaman. Keadaan ini membuat nyaman dan jika diganggu, maka mereka merasa bete dan "emosional". HP telah menghilangkan produktivitas seseorang dan menyita waktunya. Semestinya HP sebagai media untuk produktivitas. Mencari informasi atau mencari ilmu atau mengkomunikasikan dan sebagainya. Tanpa ada aktivitas yang kuat ingin dikerjakan, maka mata selalu melirik HP.

Bagaimana dengan ibu-ibu yang suka gaul ? Di rumah suka bikin bete kalau sudah mengerjakan tugas rumahan (atau terkadang tugas rumahan itu dikerjakan seadanya). Keadaan cenderung mengundang ibu-ibu menggunakan HPnya untuk ngobrol atau chatting. Sama halnya seperti siswa yang libur tadi, ibu-ibu banyak menghabiskan waktu berjam-jaman untuk "ngegosip".

Ada yang menggunakan HP untuk bisnis atau kerja, tapi tetep diusahakan tidak menghabiskan waktu mereka. Karena saat sudah memegang HP cenderung godaan bermain dari apa yang ada di HP tinggi. Karyawan saja banyak yang bermain HP saat sedang kerja, alasannya mau info atau terima info. Alasan banyak dibuat-buat agar mereka bisa bermain HP.

Yang lain adalah saat makan bersama di resto, masing-masing orang sibuk dengan HP nya dan tidak ada ngobrol dalam suasana makan bersama di resto. Yang satu upload makanan dan fotoin keadaan saat itu sebagai status, yang lain sibuk chatting. Aktivitas makan bareng seperti ini menjadi hambar. Tapi keadaan seperti sudah maklum. Tidak hanya itu ada orang yang sedang naik kendaraan pun masih bisa menggunakan HP untuk chatting atau Wa-an. 

Kesimpulannya HP sudah menyita banyak orang untuk fokus kepada hal yang kurang produktif. Saat bermain HP dengan alasan yang dibuat-buat,"produktif kok", bermain HP itu hanya ghaib atau maya. Produktivitas sebagai ibu rumah tangga, siswa, karyawan atau siapa saja adalah sebuah amal saleh yang kita persiapkan untuk kehidupan di dunia dan di akhirat. Saat kita bisa menghabiskan waktu dengan HP, maka mesti diteruskan dalam bentuk perbuatan nyata (amal saleh). Itu kalau yang kita dapatkan konten positif, tapi bagaimana kalau konten negatif ? Kita sering meresponnya dengan negatif pula. Malah tidak beramal saleh.

Siapkan diri kita dengan sikap yang bener agar dapat mengambil hikmah dari HP untuk dijadikan amal saleh kita. Membuat status yang bener agar mengingatkan orang lain, menyampaikan informasi yang bener, mengajak orang untuk berbuat baik, berbagi ilmu dan sebagainya. Ini saja sudah cukup menghabiskan waktu, jadi hindari untuk yang tidak produktif. Sikap seperti ini menjadi penting, lalu tambahkan ilmu agar kita mampu memperlakukan HP untuk hal baik saja, dan terakhir HP semakin memudahkan kita dekat kepada Allah dimana referensi Al Qur'an, tafsir, cara mengaji, kajian agama dan sebagainya sangat mudah di peroleh. Referensi ini tidak menghalangi kita lagi untuk semakin beriman dan bertaqwa.

Insya Allah HP sebagai media mengantarkan kita kepada aktivitas yang produktif. 

Bagaimana menjadikan bahagia tujuan kita ?

 Judul di atas hanya salah satu pertanyaan, apakah salah saya menjadikan bahagia sebagai tujuan hidup ? Tetapi saya tidak mudah untuk mewujudkannya. Mengapa ? Karena saya tidak memiliki nilai untuk diukur dan untuk dievaluasi. Sama halnya dengan tujuan seseorang untuk menjadi orang baik. terus gemana dong agar tujuan itu mendorong saya untuk mewujudkannya ?

Bahagia menjadi porsinya hati, yang bersifat kualitatif (bukan kuantitatif). Sudahkah saya bahagia hari ini ? Bisa sudah. Bahagia karena dapat beribadah lebih baik. Terus bagaimana hari berikutnya ? Saya juga bahagia karena ibadah. Apakah hari berikut itu lebih baik dari hari sebelumnya ? Disinilah saya rada bingung. Untuk memudahkannya, saya mendefinikan bahagia menurut padangan saya terlebih dahulu. Misalkan yang membuat saya bahagia, salah satunya bersedekah. Untuk mengukurnya saya bisa membuat parameter sedekah :

1. Nilai ikhlasnya yang bisa diterjemahkan dalam nilai 0 - 10 (angka terbesar adalah paling ikhlas). Kesempurnaan angka 10 tidak saya gunakan karena kesempurnaan itu milik Allah, dan ikhlas saya tidak sempurna. Angka 0 bisa saya gambarkan untuk niat saya tidak ikhlas, dimana saya bersedekah untuk tujuan tertentu.

2. Yang kedua,  saya mengukur sedekah itu dari angka yang saya berikan (berupa uang). Semakin besar nilai Rp yang berikan semakin bahagia. Saya juga membuat penilaiannya 0 - 10. Angka 0 saya tidak bersedekah dan angka 1 uang minimal yang saya sedekah misalkan Rp 1000.

3. Cara saya bersedekah yang saya ukur dari tidak ada yang melihat atau dilihat orang lain. 0 - 1, angka 0 sedekah yang dilihat orang dan 1 untuk sedekah yang orang tidak lihat. Kondisi inipun bisa menjadu ukuran kebahagiaan saya

4. Sedekah karena sengaja (rencana) atau sedekah dadakan. Sama juga ada angka 0 dan 1.

5. dan saya bisa menggali lebih banyak faktor lain dari sedekah yang membuat saya bahagia.

Tetapi saya juga mesti membuat faktor lain selain sedekah yang membuat saya bahagia. Faktor lain adalah saya mendapatkan rahmat Allah (dikabulkan doa saya), seberapa besar saya memberi bantuan berupa amal jariyah, kualitas salat saya dan seterusnya. banyak dong ? Betul banyak dan sangat tergantung dari wawasan seseorang. Tapi tidak perlu juga semuanya menjadi parameter kebahagiaan. Saya bisa memulainya dengan 3 parameter dulu, 3 bulan berikutnya saya tingkatkan menjadi 5 dan seterusnya. 

Saya berpikir bahwa tujuan itu mesti didefinisikan dengan benar agar pikiran saya dapat memahaminya. Misalkan saya tetap ngotot tujuan saya adalah ingin bahagia. Renungkan, apa yang diperintahkan pikiran saya tentang bahagia kepada tubuh ? ... Tidak ada. Kata bahagia tidak memberi perintah apapun. Sama halnya jika tujuan kita menjadi orang baik, apa perintah pikiran kepada tubuh (pelaksana) untuk menjadi orang baik ? Tidak ada. Ada yang bilang,"ada pak, berbuat itu membantu orang lain". Lalu berbuat baik itu kan banyak. jadi pikiran saya bingung untuk memerintahkan berbuat baik yang mana ? Disinilah pikiran menjadi tanpa perintah, dan membuat saya menjadi pemimpi saja. Agar tidak bingung, tujuan saya itu mesti saya definisikan menjadi spesific (penjelasan dari bahagia, seperti contoh di atas).


Bagaimana dengan urusan kantor, target saya tahun ini 2023 adalah kerja keras. kerja keras pun tidak bisa dilaksanakan oleh tubuh. Bayangkan "saya kerja keras", kerja seperti apa ? Ada yang bilang,"kerja sampai malam". kerja sampai malam itu adalah definisi dari kerja keras, maka pikiran saya bisa menjalankannya. kalau begitu kerja keras bisa juga didefinisikan kerja yang sungguh-sungguh sampai menuntas. Atau yang lainnya. 

Bisa jadi selama ini saya tidak mencapai tujuan saya karena saya tanpa disadari membuat tujuan merasa sudah bener, tapi pikiran saya tidak memahaminya sehingga saya tidak melakukannya. Insya Allah penjelasan di atas sebagai sudut pandang saya, yang saya alami. Setiap orang memiliki sudut pandang sesuai latar belakangnya. Semakin luas wawasannya semakin memudahkan mereka untuk membuat tujuan yang bener-bener bisa diwujudkan. 

   

Bagaimana tujuan menjadi nyata ?

 Ketemu lagi untuk melanjutkan tulisan sebelumnya tentang tujuan. Tulisan kali ini ingin menjelaskan lebih jelas tentang tujuan yang mengantarkan saya untuk mewujudkannya. Mengapa saya mesti mengungkapkan hal ini ? Karena banyak orang sudah menganggap tujuan sudah selesai tanpa perlu merumuskan tindakan detail yang mesti dilakukan. "yang penting kerja aja". Pertanyaan renungan, "buat apa saya membuat tujuan tanpa ingin mewujudkannya ?"

Saya lanjutkan tujuan saya ingin menjadi manager sales dengan nilai 1 M dalam 2 tahun (2024). Maka yang perlu saya siapkan adalah langkah-langkah untuk mencapainya. langkah-langkah itu mesti dapat diterjemahkan oleh otak (pikiran) dan bisa dilaksanakan dengan kekuatan fisik saya.

Apa sih yang mesti saya lakukan ? 

1. Mulai sekarang saya mesti membangung sikap sudah seperti manager. Saya bukan lagi staf atau asisten manager, sekarang saya adalah manager sales. Seorang sales manager mesti bisa memimpin (mengarahkan) diri sendiri dan orang lain menuju tujuan. Sikap manager menuntut saya untuk mengarahkan diri saya dan mulai mengajak temen atau orang lain untuk melakukannya.

2. Angka 1 M yang saya buat mestinya melebihi apa yang sudah dicapai oleh manager saat ini. Hanya dengan cara melebihi target manager saat ini, saya bisa dipercaya oleh perusahaan untuk menjadi manager selanjutnya. Bisa manager sales untuk produk baru atau di perusahaan lain. Untuk mencapai itu 


a. saya wajib mempersiapkan waktu yang lebih atau waktu yang berkualitas untuk mengerjakan dengan kesungguhan. 

b. Tak hanya waktu saya persiapkan fisik untuk siap dan mendukung langkah-langkah yang saya lakukan (tentu kerja yang melebihi dari kerja sebelumnya). 

c. Diantara waktu itu saya mesti mengisinya dengan belajar dan mengamalkannya (praktek).

d. Sengaja pula untuk mencatat apa yang sudah dilakukan, baik langkah-langkahnya dan pencapaian angkanya. Untuk apa ? Untuk dimonitor dan dianalisa agar selalu ada evaluasi.

3. Ingat menjadi manager itu tidak bisa dicapai dengan kemampuan yang sama dengan sekarang. Mesti bertambah dari apa yang sudah dilakukan :

a. Biasa masuk tepat waktu, sekarang mesti datang lebih awal dan langsung kerja.

b. biasa kerja tanpa rencana, sekarang kerja dengan rencana dan cek list pelaksanaannya dan dievaluasi.

c. Biasa jualan hanya 150 juta, sekarang bertambah aktivitas sales dengan berbagai cara untuk meraih secara bertahap 500 juta, 750 juta dan 1 M.

d. Biasa rada stress, maka sekarang target itu bukan membuat saya tertekan, tapi membuat saya menyenanginya karena itu kan buat saya. iringi dengan sikap hidup prasangka baik kepada Allah.

e. Biasanya kerja tepat waktu, sekarang boleh saja sedikit menambah waktu kerja di kantor atau melanjutkannya di rumah.

f. Biasanya sering ngobrol dalam kerja, sekarang ngobrolnya mesti berorientasi menghasilkan penjualan dengan membuat jaringan (silaturahmi).

g. Biasanya tidak semangat, sekarang menguatkan keyakinan agar semangat itu terus meningkat BUKAN semangat yang tidak konsisten.

h. Teruskan dengan langkah-langkah lain yang menunjang menjadi managernya dan menunjang meraih penjualan 1 M serta langkah-langkah mendekat kepada Allah agar mendapatkan kekuatan dan bimbingan dalam meraihnya.

Tujuan merubah saya dari keadaan sekarang menuju keadaan nanti dengan sikap lebih baik, ilmu yang semakin tinggi sehingga kemampuan pun meningkat, memiliki ketrampilan yang luar biasa dan akhir membuat saya semakin banyak beribadah (iman) kepada Allah.


Bagaimana tujuan mudah diraih ?

 Tujuan ? Punya dong. Terus apakah sudah sampai tujuannya ? Belum nyampe dan lagi diusahain. Kapan tujuan tersebut rencana dicapai ? Terus aja dikerjakan sampai dicapai. Ini dapat menunjukkan tujuan tersebut tidak mendorong kita untuk mencapainya. Tujuannya tidak salah tapi kurang detail dan terarah. Jadinya tujuan masih jadi tujuan dan tidak mudah diraih.

Anda bisa jadi sudah paham tentang membuat tujuan dengan kriteria SMART yang banyak digunakan dalam manajemen. Saya pahami satu huruf demi satu huruf,

Spesific, detail dalam membuat tujuan yang terdefini dengan bener.  Semakin detail semakin dipahami oleh pikiran untuk dijalankan sebagai tindakannya nanti. Misalkan Tujuan kerja saya adalah menjadi manager sales. Apakah tujuan ini cukup ? Bagaimana kalau saya spesific lagi, manager apa ? Manager sales di kantor saya bekerja. Apakah sudah memotivasi ? Bagaimana manager sales yang terukur ? Misalkan menjadi manager sales dengan catatan penjualan 1 M perbulan. Tujuan ini semakin menuntun saya meraihnya. Dapat dicapai nggak ? Insya Allah bisa tidak berlebihan dengan melihat kemampuan saya sendiri. Tapi apakah sudah cukup ? Bagaimana jika saya sebutkan berapa lama pencapaiannya ?  Menjadi manager sales dengan pencapaian 1 M perbulan yang diraih dalam 2 tahun. Nyata nggak tujuan ini ? realistic, bukan angan-angan. Jika pencapaian saya masih ragu dalam 2 tahun, bisa saja saya menggantinya 3 tahun agar realistic. Realistic dapat mendorong semangat saya dan tahap demi tahap mudah saya kerjakan dan tidak membuat saya tertekan. Disinilah yang terpenting mesti saya lakukan :

1. Tujuan mesti mendorong saya untuk mengerjakan dengan mudah dan ringan. Agar dapat menjaga semangat untuk terus kontinu mencapai tujuan.

2. Tujuan dapat saya lakukan dengan step by step dengan target pencapaian secara bertahap. Misalkan 1 Milyar itu dapat saya capai dalam 3 tahun, maka tahun pertama saya mesti meraih 500 juta danri 250 juta saat ini. tahun kedua targetnya saya mesti capai 750 juta dan tahun ketiga saya menuju 1 M.

3. Dengan point 2, saya merasa tidak tertekan sehingga semangat dan motivasi tidak down. Langkah ini lebih baik dibandingkan membuat target tidak dengan smart atau membuat target tinggi yang membuat rasa kahawatir tinggi dan tertekan. 

4. Tujuan yang sudah dibuat mesti dilanjutkan dengan tindakan-tindakan detail yang dipahami oleh pikiran dan mudah dikerjakan fisik saya (saya bahas pada tulisan berikut).

5. Angka dan waktu dalam tujuan mesti dibuatkan evaluasi, apakah sudah tercapai ? Jika belum tercapai, maka mesti ada langkah perbaikan untuk menuju waktu yang telah ditetapkan. Ada monitor angka pencapaian dan apa yang menjadi masalah saat itu (segera dilanjut ada tulisan selanjutnya).

6. Tujuan dapat dijadikan peta perjalanan dalam pikiran saya. Point 4 selalu mengevaluasi perjalanan saya agar tidak menyimpang karena hal tertentu.

7. Tujuan ini menjadi baik jika saya sampaikan kepada Allah yang mengizinkan apapun yang terjadi di alam ini. Agar tujuan saya dapat dirahmati Allah dan bukan sekedar emosional saya karena alasan tertentu. Insya Allah saat Allah merahmati dan mengizinkannya, maka saya dapat mengerjakan bersama Allah. Saya diberi kekuatan, saya diberi petunjuk dan bimbingan, saya ditolong saat menghadapi masalah dan saya pun dilindungi dari godaan setan.


Insya Allah dengan tujuan yang bener dapat menuntun saya mengerjakan dan meraihnya dengan cara yang bener pula.

Kadang seneng kadang kecewa edisi 2

 Kemarin saya sudah berbagi tentang seneng dan kecewa. Banyak aktivitas agar kemungkinan seneng lebih besar. Semakin sedikit beraktivitas semakin kecil untuk senengnya, tergantung nilai dari aktivitas tersebut. Kali ini ingin berbagi kebanyakan orang merespon dari rasa kecewa. Salah satu larut dalam kekecewaan dan marah sendiri dan curhat kepada orang lain. Yang lebih berbahaya adalah sikap diam (apalagi mereka yang pendiam), maka rasa kecewa semakin sakit dan ingin menyendiri.

Perhatikan saat saya berharap sesuatu yang baik dari pasangan saya atau anak saya, ketika mereka mengecewakan saya. Maka alamiah sebagai manusia cenderung marah, saya nggak marah karena tidak ingin ribut. Saya tahan marah saya dan rasanya pasti sakit. Saya dan banyak orang untuk menghindari kekecewaan itu dengan pergi dari keadaan itu. Biasa menyendiri atau tak ingin diganggu, keadaan bergejolak emosi sekalipun ada aktivitas. Emosi belum terkendali dan berkembang menjadi prasangka, mengapa begitu ? apa mereka begini dan begitu ? Semua tidak ada prasangka baik.  Muka saya pun tidak tersenyum. Seiring waktu dengan semakin aktivitas itu lebih terfokus dan emosinya smekain menurun. Tahu nggak sih, bahwa kejadian itu telah tersimpan dengan baik di memori pikiran saya. Memori itu kuat karena ada emosi yang kuat. Memori ini selalu menemani saya, selalu muncul memori sakit itu saat menerima rangsangan/keadaan yang sama. Ini adalah akibat dari apa yang saya lakukan, merespon emosi dalam diri.

Menyendiri ? Boleh aja sih dalam rangka meredam emosi, aktivitas ini dimaksudkan untuk mengalihkan fokus aktivitas. Pengalihan fokus bisa lebih baik kepada aktivitas dengan banyak orang yang sedang kondisi seneng. Pengalihan secara pikiran memindahkan fungsi emosi ke fungsi fisik (aktivitas) dan fungsi pikiran. Cara ini efektif untuk meredam emosi dan langsung memfungsikan pikiran sehat.

Dalam agama disarankan saat emosi untuk salat sunnah, hal ini merupakan pengalihan fungsi emosi kepada hati. Hati yang sadar kepada Allah membuka pikiran sehat untuk bertindak yang bener. Kalau marah (umumnya berdiri), maka duduklah. Jika masih marah (emosi juga) maka tidurlah. Saya melihat pesan ini bertujuan mengalihkan perhatian dengan gerakan fisik yang lebih "lemah". Misalkan orang emosi diajak ke tempat laiin untuk membicarakannya dengan duduk. Ternyata Agama memberikan solusi untuk hal kecewa. 

Masih kecewa, saya perbanyak aktivitas agama sehingga fungsi hati dapat membimbing saya untuk bisa berakal sehat dan emosi terkendali. Kemudian jika masih terjadi, lakukan pengalihan aktivitas dari posisi tubuh berubah atau bergerak aktivitas lainnya yang banyak orangnya. Kalaupun ingin menyendiri, hindari diam mesti melakukan aktivitas. Insya Allah semua ini mencegah dan merespon kecewa yang berkelanjutan.

Kadang seneng kadang "kecewa" edisi 1

 Dalam hidup ini tak semua yang kita rasakan itu menyenangkan terus, ada kalanya seneng, tapi ada juga kecewanya. "Mengapa ya kecewa itu nggak enak " ucap saya dalam hati. Padahal saya sudah berusaha untuk menyikapinya dengan seneng. Sepertinya semua orang mengalaminya, tapi yang bermasalah adalah "kekecewaan" yang berlangsung lama. Inilah akibatnya kecewa yang berkepanjangan merusak aktivitas saya selanjutnya. Terus saya mau ngapain lagi ?

Semakin sering kecewa membuat suasana hati menjadi tidak nyaman, dan tidak banyak aktivitas yang bisa saya kerjakan. Inilah saya yang dikuasai emosional yang merusak diri. Berharap segera pulih, tapi tidak cepet pulihnya dan barulah saya tidak merasakan lagi kekecewaan itu setelah melewati berbagai aktivitas yang tidak menarik (menurut saya). Barulah rasa kecewa itu pulih menjadi nyaman. Ini adalah solusi yang mau tidak mau saya lakukan agar pulih daripada tidak ngapa-ngapain yang membuat rasa kecewa itu samakin lama. Dari sini saya diajari untuk banyak beraktivitas itu membuka wawasan probabilitas tidak kecewa itu semakin tinggi. Dan aktivitas yang saya kerjakan mendorong saya fokus dan mengalihkan kekecewaan itu "hilang". Perhatikan orang yang sibuk tidak terlena dengan kekecewaan tapi mereka terus beraktivitas dan menemukan kesenangan yang beragam, sekalipun ada yang bikin mereka kecewa.

Dalam dunia kerja, setiap karyawan tidak mudah untuk banyak beraktivitas karena ruang kerja yang itu-itu saja. Apalagi mereka yang staf yang hanya di depan komputer saja. Keadaan ini membuat "kebetean (kecewa)" sering terjadi. Yang pertama suasananya itu-itu saja bikin bosen. Kedua yang dikerjakan itu-itu saja. Kan bikin bete bikin moody. ketiga bikin mudah ngantuk di dalam ruangan. Banyaklah beraktivitas baik di dalam ruangan kerja atau mengambil ruang di luar. Saya merasakan bahwa kondisi ini mesti didukung dengan kesegaran yang luar biasa agar aktivitas bisa "lama". Untuk menjaga kesegaran itu perlu serutin mungkin untuk minum air putih dan mengerjakan hal-hal kecil yang berbuah kepada hasil yang nyata. hasil yang nyata itu membangkitkan semangat dan kesegaran semakin tinggi. Hindari beraktivitas tanpa perencanaan, karena dapat merusak kesegaran itu menjadi menurun. Rencanakan kerja hari ini dan menuntaskannya.

Mau memulihkan kekecewaan atau bete atau moody ? 

1. Siapkan diri untuk selalu fresh (kesegaran fisik yang baik). Tidak mengapa ada kekecewaan, tapi yang penting dapat dipulihkan. Kekecewaan selalu ada dan tidak mudah dihilangkan.

2. Rencanakan apa yang ingin dikerjakan agar terarah dan termotivasi. Kerjakan rencana secara bertahap yang mudah dan segera menuntaskannya. Hasil yang saya dapatkan bisa memelihara kesegaran dan motivasi saya.

3. Banyak beraktivitas, dan diantara aktivitas itu ada yang menyenangkan. kesibukan saya beraktivitas bisa meredam kekecewaan dan menikmati aktivitasnya dengan baik.

4. Sesekali lakukan aktivitas yang banyak membuat tubuh bergerak.

5. berusaha menuntaskan aktivitas segera. 

Semoga saya dan Anda terus dapat belajar dari apa yang kita alami, yang akhirnya kita mendapatkan cara untuk mengatasinya. Mau seneng ? Siapkan diri untuk segera memulihkan kekecewaan. maka kekecewaan itu adalah jalan menuju kesenangan.


Membuat jadi menarik

 Dalam banyak pekerjaan menjadi penting untuk membuatnya menarik agar mudah dipahami dan dicerna oleh pikiran orang lain. Tapi memang ini seperti basa-basi, cukup menyampaikan apa adanya saja sudah luar biasa. Sebenarnya orang seperti rada malas dan hanya mengerjakan sesuai yang diminta/diberikan. Ada yang benar-benar ingin menyempurnakan pekerjaannya/aktivitasnya agar menjadi baik dan dapat dipahami, hal ini membutuhkan waktu dan ilmu.

Adakala membuat jadi menarik itu berkesan tidak baik karena untuk menutupi pekerjaan/aktivitas yang kurang oke. Kalau kondisi ini yang terjadi maka pesan dari pekerjaan atau aktivitas menjadi kurang menarik, walaupun dibuat semenarik mungkin. Orangnya rada malas atau orangnya terlalu teknis. Orang yang terlalu teknis memang tidak suka dengan yang menarik, teknis selesai.

Menarik adalah upaya untuk menimbulkan ketertarikan orang untuk mau membaca atau melihat pekerjaan/aktivitas, lalu mengundang orang untuk memahami dan menjalankannya. Pekerjaan atau aktivitas yang menarik itu bukan pekerjaan yang mudah, tapi membutuhkan perhatian dan ilmu. Sesuatu yang dikerjakan dengan senang hati dan tidak diminta. Hasilnya memberi kepuasan batin, ada kebahagiaan bagi yang mampu mengerjakannya. Tak hanya itu membuat menarik ini menjadi ladang amal karena pekerjaan sunnah yang disenangi Allah. Artinya ada rasa syukur dan bertambah kemampuan. Insya Allah ditambah nikmat yang bisa kita dapatkan.


Yuk kita memulai yang menarik itu di rumah, membersihkan rumah dengan merapikan. memasak sepenuh hati agar rasanya enak, mengerjakan tugas yang lebih dari yang diminta, datang lebih awal di kantor dan langsung mengerjakan tugas, membuat laporan dengan analisa dan kesimpulan untuk meningkatkan kinerja, selalu menuntaskan pekerjaan sebelum waktunya. Dan banyak lagi yang bisa kita lakukan. Insya Allah kita dimampukan Allah.

Sekira beriman dan bertaqwa

 Judul di atas merupakan solusi yang ditawarkan Allah bagi hambaNya. Beberapa orang tidak menganggap itu sebagai solusi yang serius, seakan jika kita tidak melaksanakannya tidak terjadi apa-apa. Bagaimana dengan bencana alam, banjir, gunung meletus dan sebagainya ? Apakah memang terjadi begitu saja atau tidak ? Pemerintah atau ulama lebih fokus membangun bangunan fisiknya saja. Dan menjalankan solusi pencegahan agar tidak terjadi bencana. Bagaimana dengan ayat Allah ini ... Negeri yang mendustakan ayat-ayat Kami, maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.

Dalam benak kita, "itu kan sebuah negeri" dan tidak berlaku kepada kita secara personal atau keluarga. Bukankah negeri itu terdiri kumpulan banyak orang. Maka menjadi kewajiban kita untuk mengikuti solusi Allah itu sesuai kesanggupan kita secara bertahap. Membangun diri dan menjaga pula keluarga, tetangga dan seterusnya menjadi kunci membangun sebuah negeri yang dipenuhi keberkahan dari Allah dengan sumber kehidupan yang berlimpah.
Bayangkan kita semakin beriman dan bertaqwa, maka kita mendapatkan keberkahan hidup dari Allah. Keluarga semakin beriman dan bertaqwa, maka keluarga yang diberkahi Allah. Masyarakat yang beriman dan bertaqwa, maka masyarakat itu diberkahi kehidupan bermasyarakatnya dengan keberkahan alam yang berlimpah. 
Insya Allah kita mulai dari kita sendiri dan mengingatkan orang lain dan mengajak orang lain untuk terus meningkatkan iman dan taqwa 







Apakah kita mesti belajar ilmu lain ?

 Judul di atas apakah memang kita mesti belajar ilmu lain ? Sedangkan ilmu yang kita tekuni saja sudah menghabiskan banyak waktu. Beberapa orang bilang,"bukankah menjadi mahir atau ahli jauh lebih penting daripada belajar ilmu yang lain". Terus jadi nggak mau belajar lagi ?

Tidak mau belajar lagi, tentu mengundang resiko tidak bisa berkembang dengan orang lain. Kita cocok dengan orang yang sama ilmunya. Tapi kan tidak semua orang sama dengan kita ? Keadaan inilah yang bisa mendorong kita untuk belajar lagi ilmu lainnya. Termasuk semua orang mesti belajar ilmu agama, tidak sekedar mendengar dan bertanya kepada ustad. 

Membayangkan kita banyak tahu dan paham berbagai ilmu, saat berbincang dengan ustad atau orang yang kurang paham agama, maka ada lahan amal untuk berbagi ilmunya. Lalu terjadi silaturahmi dan membuka pintu rezeki. Dengan memahami berbagai ilmu, maka kita lebih mudah m


enyampaikan pemahaman kepada orang lain dengan bijak sesuai ilmunya. Kita bisa menjadi menarik bagi orang lain. Saat menghadapi masalah, tentu faktor dari masalah semakin luas diketahui dan membuka pikiran menemukan solusinya. Solusinya bernuansa luas dan mudah dipahami.

Masihkah kita tidak mau atau malas belajar lagi ? Yuk jangan dikendalikan emosional kita yang inginnya kita cukup dengan ilmu yang dimiliki sekarang. Kita tidak pintar, tapi kurang gaul dan tidak mudah bersosialisasi. 





 


am 


Open Mind

 Apakah kita perlu belajar ilmu yang bukan bidang kita kuasai ? Seorang profesional bilang,"kuasailah ilmu kita yang tekuni sendiri dan jadi ahli". Pernyataan ini ada benernya, tapi dalam kondisi tertentu dimana ilmu kita bekerja sama dengan yang lain. Sering terjadi "konflik" karena sudut pandang yang berbeda, banyak kejadian saling mengatakan,"saya benar". Dalam hal ini seringkali ada pihak yang dikalahkan, tapi sebenarnya pandangan dari pihak lain itu bisa memperkaya keputusan bersama.

Ada gengsi untuk mengatakan kitalah yang bener, dan menganggapi pendapat orang lain itu tidak tepat. Inilah jadi awal perdebatan yang bisa panjang dan tidak berujung. Mesti ada cara yang relax dan mudah dipahami oleh orang lain, jika pemahamannya itu kurang tepat. Mengajak berpikir logika dengan agar bisa diterima atau bisa disinergikan menjadi lebih baik. Menjadi terbuka menerima pendapat orang lain itu adalah modal untuk bisa lebih maju lagi.

Open mind adalah peran hati bukan logika, logika dimainkan setelah kita menerima pendapat orang lain untuk dipahami, diolah dan diuji kebenarannya. Keadaan ini menyempurnakan open mind (pikiran yang terbuka). Open Mind membuka hati dengan menghargai pendapat atau sudut pandang orang lain terhadap apa yang kita hadapi bersama.


Misalkan kata berhemat menjadi pesan yang baik, tapi belum tentu menjadi optimal bagi sebagian orang. Dari sisi orang sales, berhemat membuat mereka kurang termotivasi untuk bekerja. Biaya telpon dihemat, biaya kunjungan dihemat juga dan seterusnya. Akibatnya ruang gerak sales kurang optimal. Disinilah orang yang berpikir hemat mau terbuka menerima kondisi sales dan sales mesti terbuka alasan dari yang bilang. Orang sales berpikir, oke apa yang dimaksud berhemat adalah rasio output/input mesti menurun (input dikecilin). Tidak mesti input dikecilin, tapi boleh dong output dibesarin dan input sangat meminimal. Orang berusaha mencapai target penjualan dan bahkan lebih dengan biaya minimal. Artinya boleh tidak ditakuti untuk berhemat, tapi penjualan meningkat jauh lebih penting dengan biaya yang proporsional.

Bagi seorang sales membuka pikiran dengan tetap membuat aktivitas yang berkualitas yaitu kerja yang optimal (efiesiensi) untuk menghasilkan sales yang tinggi. Maka kedua pihak mendapatkan hasil yang saling menguntungkan tanpa perlu ngotot dengan pendapatnya masing-masing.

Insya Allah berpikir open mind itu mengajak semua orang untuk menemukan cara yang produktif dalam bekerja. 

Rumah sudah jadi penginapan

 Banyak orang tua yang sibuk kerja dan anak yang capek belajar seharian, menumpahkan kelelahan itu di rumah. Apa yang terjadi semua ? Semua minta dilayani. Mau makan tinggal pergi ke meja makan dan makan, abis itu kembali ke kamar masing-masing. Mau istirahat santai, tinggal ke ruang tengah dan ambil remote untuk nonton TV. Mau tidur tinggal masuk kamar dan langsung tidur. Dan yang lain luar biasa, semua sibuk dengan pencetan HP untuk nonton tic toc, wa dan sebagainya. Semua aktivitas itu tidak menunjukkan rumah sebagai rumah yang semestinya.

Begitulah kehidupan di era milenial. Saya menyebutnya rumah itu sudah berubah fungsi menjadi layaknya penginapan yang lengkap. Tidak ada lagi ruangan tengah untuk berkumpul, bercengkrama bersama seluruh keluarga, belajar/beraktivitas bersama-sama, jarang ada yang mengaji dan lainnya. Atau jika hal tersebut terjadi, maka aktivitas di rumah itu HANYA sekedar menggugurkan kewajiban. Tidak ada silaturahmi lagi diantara anggota keluarga.

Padahal, dulu membeli TV yang besar agar bisa nonton bareng, membeli peralatan dapur untuk memberi pelayanan makan yang sesuai selera keluarga, HP dibeli untuk berkomunikasi, membeli tempat tidur yang enak untuk membuat tidur malam/istirahat segera pulih/fresh, dan banyak lagi. Mengapa niat baik itu semua hanya sekedar "melayani" saja ? Apalagi pada hari libur, semua ingin dilayani dan ingin istirahat alias malas-malasan seperti menginap di penginapan. Bukan kedekatan di dalam keluarga untuk mengikatkan kita menjadi semakin merasakan empati dan simpati sesama anggota keluarga.


Janganlah pulang ke rumah untuk hanya untuk capek saja, semua minta dilayani. Dan kalaupun yang bisa melayani sepertinya terpaksa (karena kewajiban). Tidak ada hubungan yang erat secara batin. mestinya ciptakan rumah adalah tempat berkumpul dan beraktivitas bersama. Maka yang harus dilakukan, buatlah aktivitas di luar TIDAK TERLALU CAPEK/LELAH agar kesegaran semua anggota keluarga masih cukup untuk beraktivitas di rumah. Dengan kesegaran fisik sampai di rumah membuat semua orang ingin memberikan perhatian, waktu, bantuan dan sebagainya untuk anggota keluarga yang lain. Rumah menjadi ramai dengan aktivitas dan berkah bagi semua.

Bayangkan seorang ibu memasak dan mempersiapkan makan dengan dibantu anak dan suami. Saat selesai masak, maka semua keluarga merasakan kebahagiaannya. Tidak ada yang main HP, maka semua berinteraksi dengan baik, nonton Tv bareng, karaoke bareng dan beres-beres bareng dan sebagainya. Begitu indah dan memberi kesan yang dalam dan ingin dirasakan lagi pada hari berikutnya. kalaupun ada yang capek, sambil nonton TV sambil mijit oleh yang lain membuat kehidupan keluarga itu menjadi menyenangkan. Saya yakin banyak yang ingin dikerjakan di dalam rumah, kata nabi,"rumahku surgaku". Siapkan diri saat pulang beraktivitas/kerja tetap fresh dan tidak lelah. 

Yuk ciptakan rumah tidak sekedar tempat berteduh, tidak sekedar untuk beristirahat melepaskan lelah, bukan sekedar menunjukkan kemewahannya untuk dibanggakan, tapi jadikan "rumahku surgaku" dengan aktivitas yang menyenangkan dan membahagiakan bagi seluruh anggota keluarga.

Pengkayaan pelatihan

 Selamat malam, tak terasa semakin menarik memberikan pelatihan dan coaching. Sebagai trainer memang mesti memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas, dan mesti memiliki perilaku "menarik". Pengalaman ini memberi keleluasan saya untuk memberikan solusi yang menarik yang bisa diterima oleh peserta (karyawan).

Awal pelatihan mesti cair antara saya dan karyawan yang ditraining. Disini saya merasa khawatir tidak "lucu" dan tidak menarik. Jika kondisi ini terjadi, suasana yang tegang dan serius membuat pesan yang ingin disampaikan tidak mudah diterima oleh peserta. Untuk itu saya mesti mengenal karyawan lewat perkenalan singkat. Agar perkenalan ini menjadi cair, hanya memberanikan komentar tertentu yang bisa bikin ketawa. Misalkan ada karyawan ibu-ibu, saat memperkenalkan diri ternyata 2 kali nikah. Agar jadi gerrr, saya komentari,"enak dong 2 kali ...". Dengan cairnya suasana training menjadi awal yang baik untuk diteruskan.

Kemudian saya meminta harapan mereka dalam training tersebut. Kesungguhan saya mesti saya tunjukkan dengan cara menulis apa yang menjadi harapan mereka. Sebagai trainer, saya BUKAN pengambil keputusan untuk curhat para peserta training. Maka sebagai trainer mesti menjadi jembatan antara pemilik perusahaan dan karyawan. Training yang sudah ditentukan kurang menarik bagi saya, saya lebih suka dengan menemukan persoalan dari peserta. Setelah itu saya mikir untuk mendorong menyelesaikan curhat mereka. Saya meluruskan curhat peserta dan membuka wawasan mereka tentang curhatan mereka. Setelah mereka menyadarinya, maka barulah dimasuki dengan pengetahuan yang mendukung.

Kebanyakan training memberikan ilmu atau pengetahuan, apa yang terjadi ? Peserta hanya bertambah ilmu dan mereka senang, tapi tujuan training tidak terjadi. Tujuan training adalah merubah peserta menjadi lebih baik lewat sikap, ilmu dan ketrampilan. Maka sebagai trainer tidak hanya menguasai ilmu teknis saja, tapi memiliki daya memotivasi peserta untuk sadar dan berubah dengan sendirinya. Menjadi semakin bermakna saat disentuh hati (spiritual)nya yang semakin perubahan itu menjadi langgeng.

Inilah pengalaman saya menjadi trainer yang Insya Allah diminati peserta. Bagi saya pelatihan itu sebagai ibadah, yaitu amal jariyah. Oleh karena itulah saya selalu  mempersiapkan diri dengan kesungguhan dan benar.


Emangnya naik gaji kalau saya kerjakan

 Saya bertemu seorang karyawan yang sudah senior dan terlihat kurang semangat kerjanya. Langsung saja dia bilang,"pak, naik ngga sih gaji tahun ini 2023 ?" Pertanyaan ini sudah umum ditanyakan semua orang yang bekerja. Saya jawab,"mas emangnya kalau nggak naik gajinya, kenapa ?" Karyawan ini sigap,"wah bisa berantakan hidup ini, udah ngga cukup untuk kebutuhan keluarga". Saya penasaran untuk apa tindakannya saat gaji naik tak lebih 10%, apakah dia cari pekerjaan lain ? atau bertahan ? Dengan sedikit berat hati, dia pun menjawab,"Ya tetap sih kerja, tapi kan ... susah jadinya dan bikin nggak semangat kerja".


Cerita karyawan ini sama dengan jutaan karyawan lainnya. Terus jangan merasa juga bahwa hanya kita sendiri yang mengalami. Dan di luar sana mereka yang mengalami yang sama tetep semangat bekerja dan terus mengejar mimpinya. Terus mengapa karyawan itu seperti itu ? Sepertinya tidak ada lagi pikiran sehat untuk melakukan yang baik, artinya pada diri karyawan itu didominasi oleh perasaan emosional. Sudah terbentuk dalam memorinya ... kalau kerja mesti gaji naik, membentuk persepsi tentang kerja. "kerja ya uang".

Karyawan tersebut saya ajak untuk berpikir akal sehat, apakah iya kerja itu identik dengan uang ? Kalau nggak uang maka kerjanya tidak bener. Saya mengajak karyawan itu membayangkan ... kalau gajinya tidak naik, maka dia bekerja seadanya. Saya memikirkan, apakah dengan kerja seadanya itu bisa membuat dia dinilai baik oleh atasannya. "Pasti tidak dan semakin tidak dipercaya". Kalau ada amanah kerja, apakah dia mendapatkannya ? Jawabannya juga "pasti tidak" dan selanjutnya apakah tahun depan direkomendasikan untuk naik gaji ? sekali lagi jawabannya pasti tidak. Pertanyaan selanjutnya saya ajukan, apakah mau kondisi seperti itu ? jawabannya tidak mau. Kalau begitu ... karyawan itu mau berubah dong. Yuk berubah dan mudah dan ringan kok.

Lalu tanya lebih dalam, bagaimana dengan kehidupan nanti (setelah kematian) ? Bukankah karyawan itu mesti mempersiapkan kematian dengan amal saleh. Sudahkah dia shalat ? Sudah katanya. Lalu apakah shalatnya bener ? Bukankah kita juga mesti banyak mengumpulkan amal saleh itu dari berbagai ibadah. Sedekah ? Tidak banyak. Bagaimana menafkahi keluarga ? Tidak cukup. Berapa banyak waktu yang telah dihabiskan ? Banyak. Jika karyawan itu kerja seadanya, akibatnya apakah bisa membantu amal salehnya ? Pasti tidak. Selain shalat, sedekah, kerja bisa sebagai ibadah (amal saleh) jika dikerjakan ikhlas. Bukankah Allah sudah memberi amanah kerja dan mesti dipertanggungjawabkan  ? Yuk semangat kerja untuk Allah, maka Allahlah yang membalasnya. Berharap kepada manusia pasti kecewa, berharaplah kepada Allah dengan kerja yang ikhlas, kerja yang produktif bagi perusahaan. Allahlah yang mencukupkan kebutuhan kita.

Insya Allah kita diberi kekuatan dengan kesadaran yang hadir kepada Allah. Allah yang Mah Kuasa, yang Maha Pemberi Rezeki dan Maha mengabulkan doa. 


Bersyukur itu dimudahkan kehidupannya

 Apa iya kalau bersyukur itu mudah kehidupannya ? Tetapi kan hidup itu selalu diuji. "iya betul". Kemudahan itu bisa berarti sikap dan perilaku kita dimudahkan menghadapinya. Jadi tetap ada masalah dalam hidup ini, tapi kita selalu dicurahkan rahmat untuk menemukan solusinya.

Kata temen bilang begini,"saya kan sudah bersyukur ?" Tidak untuk mengatakan syukurnya tidak tepat, Tapi cara bersyukur mesti ditambah caranya. Apa itu ? Tidak sekedar berterima kasih secara lisan dan menerima keadaan. Begitu yang sering diucapkan seorang karyawan,"saya sudah bersyukur dengan gaji dan tidak mengeluh kok". Yuk kita perbaiki syukur kita kepada Allah.


Bersyukur menuju keadaan yang lebih baik, lebih tinggi, lebih produktif, lebih berkualitas, dan seterusnya. 
1. Bersyukurlah dengan memaksimal kemanfaatan apa yang Allah telah berikan ... alam, pekerjaan, keluarga, tubuh kita ini (akal, perasaan dan hati).
2. Sujudkan tubuh hanya kepada Allah, memperbaiki kualitas sujud (ibadah) setiap saat. Terutama shalat kita.
3. Dengan ikhlas ingin menunjukkan kerja atau aktivitas kita dilihat Allah dan dirahmati Allah.
4. Memasrahkan diri dengan mengikuti petunjuk Allah agar tidur atau mati kita menjadi bermakna.
Insya Allah kita selalu dijaga iman dan diberi kemampuan meningkatkan diri menjadi orang yang bersyukur.


 

Katanya mau naik gajinya

 Akhir tahun ini dan hampir di penghujung tahun, semua orang yang bekerja mau gajinya naik. Perusahaan juga memang menaikkan gaji sesuai kondisi perusahaan dan kebutuhan hidup standard. Bagaimana sikap karyawan yang "menuntut" gaji naik besar ? Kata bos,"mikir dong mau gaji naik tapi dikasih target naik jadi masalah".

Memang sudah umum bagi semua karyawan bahwa kalau bisa gaji naik ya tidak ditambah kerjaannya. Apa iya ? Kalau semua seperti itu maka pendapatan perusahaan tentu tidak naik. "ya dong karena memang tidak ada kenaikan produktivitas dengan kerja yang tidak ditambahin". Sebagai karyawan harus sadar bahwa tidak ada gaji naik tanpa kerja lebih baik. Maka "katanya mau naik gaji, maka siapkan sikap dan perilaku dengan kerja baru yang lebih baik".


Hindari sikap dan perilaku yang sama dalam kerja dengan sebelumnya. Karena tanpa disadari karyawan tersebut dari hari ke hari pasti ada "paksaan" untuk mengejar produktivitas yang dibutuhkan oleh perusahaan. Karena tidak siap sikap dan perilakunya, maka mulailah karyawan itu "stress". Apa yang terjadi adalah karyawan bilang,"kalau mau tambah kerja hargai dong dengan gaji tinggi". Atau kalau menyikapi kondisi itu dengan biasa-biasa saja, "yang penting kerja". 

Tidak perlu menyalahkan perusahaan dengan tuntutan kerja produktif, karena yang mau menerima gaji tinggi itu kan karyawannya. Maka karyawan mesti kerja yang bener dan produktif untuk menumbuhkan perusahaan. Perusahaan lewat manajemen melihat apa yang karyawan lakukan, kerja yang luar biasa pasti diapresiasi dengan luar biasa. Katanya mau naik gajinya, proaktiflah untuk menjadi kinerja produktif. Ini membuat nyaman karyawan dan perusahaan. Atau tugas HRD lah untuk menfasilitasi karyawan produktif dengan pelatihan dan sebagainya.

Katanya mau naik gajinya tahun 2023, yuk siapin diri untuk berubah menjadi lebih baik. Ubah sikap kita menjadi positif, salah satunya adalah menerima dengan senang saat menerima kerja tambahan (lebih baik), bukan lagi kerja sebagai beban. Dengan merubah sikap ini saja menjadi pembuka untuk menjadi lebih baik. Ubah apa lagi ? Belajar ilmu baru agar pekerjaan menjaddi lebih mudah dan ringan, ubah juga untuk terus berlatih agar menjadi ahli (mahir). Insya Allah langkah berubah ini diizinkan Allah untuk mendapatkan nikmat lebih banyak, salah satunya gaji yang lebih baik (berkah).

Trik konsisten menuju tujuan

 Saya pernah mengalami semangat yang turun, padahal di awal semangat itu begitu besar untuk mencapai tujuan. Saya fokus dan mengerahkan energi yang besar untuk mewujudkan tujuan. Tapi ditengah jalan semangat itu menurun dan tak dorongan lagi untuk menuntaskan aktivitasnya.

Seperti halnya tanaman, waktu bertumbuhnya kita serius dengan menyiram dan memberi pupuk agar tanamannya menjadi besar. Harus ada upaya menyayangi tanaman agar kita dapat memeliharanya. Memelihara tanaman bukan sekedar menyiram tanaman, tapi memberi aktivitas yang lebih dengan memberi pupuk dan merawatnya mesti kita lakukan agar tanaman bertumbuh besar. Kalau tidak dirawat maka tanaman mati. Begitu juga dengan semangat. Semangat selalu besar di awal dan perlu dipelihara agar terus tumbuh menjadi semangat lebih besar sehingga dapat menopang aktivitas agar konsisten.

Langkah apa saja dalam memelihara semangat, perlu terus-menerus melakukan aktivitas. Agar aktivitas itu tidak membosankan, maka perlu ilmu baru agar aktivitas menjadi menarik dan menambah semangat. Sikap menyenangi aktivitas menjadi penting, untuk itu kerjakan hal kecil yang memberi hasil. Hasil inipun sebagai upaya menumbuhkan rasa senang.

Yuk memelihara semangat kerja atau beraktivitas agar semangat itu tidak menurun dan hilang ditelan kesibukan rutin.


Keluhan seorang karyawan

 Seorang karyawan bilang,"kok gaji saya nggak naik-naik beberapa tahun ini ?" Pertanyaan ini seharusnya tidak ditanyakan kepada diri sendiri atau teman, karena pasti nggak ada jawabannya. Pertanyaan ini mesti disampaikan kepada HRD atau pemilik perusahaan, kalau tidak bisa berdampak buruk kepada karyawan itu sendiri. Karyawan jadi rada malas kerjanya karena tidak ada jawaban atas pertanyaan tersebut. Dijawab sendiri jadi ngawur dan banyak prasangka buruk.

Sebenarnya karyawan tersebut sudah tahu berapa gajinya 5 tahun lagi secara normal. Bukankah gaji naik karena inflasi tahunan ? Anggap saja 10%, maka gaji 2023 sudah bisa diprediksi naik 10%. Kalau gaji sekarang Rp 5 juta, maka naik menjadi Rp 5,5 juta. Dan segitu sepanjang tahun 2023. Terus ngapain lagi ? Kerja bener sama nggak bener, gajinya tetep. Karena kewajiban maka kerja kita biasa saja. kecuali orang yang berakal dikit.

Bayangkan jika kita kerja biasa-biasa saja bisa berdampak buruk kepada kinerja dan mulai berkurang kepercayaan atasan atau perusahaan terhadap kita. Akibatnya kenaikan gaji tahun berikutnya di bawah kenaikan yang umum. Rugi kan ? Kita bilang masih untung kok, kerjanya nggak berat ? Itu namanya rugi, sudah tidak dipercaya lagi. 

Pilihan berikutnya adalah kerja luar biasa, tapi lama-lama bikin lemah juga semangat kita. Lalu, apakah ada cara lain ? Ada yaitu bekerja yang cerdas dan ikhlas. Artinya kita kerja kepada Allah dengan ilmu yang bener. Kita sudah dapat gaji Rp 5,5 juta, dengan bekerja ikhlas hanya mengharap kepada Allah, maka Allah bisa memberikan rezeki yang berkecukupan. Bukankah Allah Maha Pemberi Rezeki. Meminta tambahan gaji sama atasan dan perusahaan cenderung tidak bisa alias ditolak, tapi minta kepada Allah Insya Allah diberikan asal kita mau mengikuti jalannya. Kerja ikhlas. Pilihan ini adalah pilihan karyawan yang berakal sehat. Saat karyawan ini bekerja ikhlas dan diikuti yang lain, bisa jadi pendapatan perusahaan meningkat dan bisa berbagi bonus atau lainnya.


Apakah uang membahagiakan ?

 Sebuah pertanyaan yang menarik,"Apakah uang yang Anda cari bisa membahagiakan keluarga ?" Jawaban ya BISA, tapi bisa juga tidak. Tergantung dari sudut mana seseorang memandangnya. Okelah yang bilang "bisa", karena kehidupan mesti dibiayai dengan uang. Uang dicari dengan kerja. Sedangkan kerja adalah alasan kita untuk hidup. Artinya hidup cari kerja, kerja cari uang dan uang untuk kebahagiaan. Hidup untuk bahagia, dan jika tidak tepat kerjanya bikin tidak bahagia. Pilihan kerja atau menyikapi kerja yang kita lakukan adalah menentukan arah menuju kebahagiaan itu, BUKAN sekedar mencari uang

Untuk direnungkan, kalau hidup untuk sebatas cari uang atau tergoda untuk sukses. Maka tak  bedanya seorang singa hidup buat makan dan menjadi raja hutan. Masak sih kita manusia sama dengan hewan ? Yuk berpikir jernih, bahwa kita ingin bahagia. Kebahagiaan itu melewati kerja, uang, kesuksesan. Apakah harus berjenjang melewati semua itu ? Mungkin nggak sih kita bahagia duluan ? jawabannya sederhana, kalau kita mau ya bisa. Ada orang bahagia dalam kerja, maka dia bekerja sangat menyenangkan dan produktif. Ada orang bahagia dengan uangnya, maka dia senang berbagi kepada sesama. Ada juga orang bahagia dalam sukses, maka dia menjadi orang yang diteladani. Terus apa sih yang membuat kita bahagia ?

Kebahagiaan itu adalah bertemu dengan sang Pencipta. Untuk menemuinya kita mesti beribadah (menghamba) dan menjadikan Allah itu Esa. Hanya kepada Allah lah kita menggantungkan hidup kita. Jadi saat kita beribadah kita ketemu Allah, saat kerja dengan ikhlas kita bertemu Allah , saat kita menerima uang kita bertemu Allah dan sama halnya saat kita sukses kita mengakui Allah yang mengizinkannya. Dengan demikian kita ini hidup rindu dan kangen bertemu dengan yang menciptakan kita. 

Jangan sampai kita hanya terpesona dengan apa yang kita kumpulkan, seperti tercukupinya hidup dengan materi dan uang. Menikmati kesenangan dan kebanggaan yang membuat kita menjadi "budak" dunia. Kita terus menjaga materi dan terus mengumpukan materi sebanyak-banyaknya agar terlihat kaya dan diakui oleh orang banyak (pujian).

Mengapa kita tidak mampu "melihat" Allah ? Allah ada dibalik kerja kita, Allah ada dibalik uang kita dapatkan, Allah ada dibalik tercukupi kebutuhan kita, Allah ada dibalik kesuksesan kita, Allah ada dibalik kebahagiaan kita. Di saat bahagia itulah mata dan hati kita sudah bisa "melihat Allah". 


Yuk sekarang "lihatlah" Allah dengan hati yang bersih sehingga jelas Allah itu berkuasa atas diri kita dan Allah itu rahman dan rahiim. maka hidup ini hanya untuk bersyukur kepadaNya lewat ibadah dan amalan kita sepanjang usia. Bersyukur itu memberi kemanfaatan dari apa yang Allah telah berikan kepada kita untuk menjadi nilai tambah (amal yang diterima).

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...