Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Tidak ada hari tanpa capek

 Setiap orang selalu merasa capek setiap hari, wajar dong ? Pastilah ada capeknya, baik yang kerja sungguh-sungguh atau tidak maupun yang pengangguran. Bagaimana itu bisa terjadi ? Kerja atau tidak kerja tubuh kita memerlukan energi yang cukup. Energi yang tidak cukup itu membuat kerja menjadi tidak tuntas, alias capek. Lalu apa yang membedakan capek setiap orang ?

Yang tidak bekerja bukan berarti tidak beraktivitas, pasti ada aktivitasnya. Bisa jadi aktivitasnya tidak banyak atau berat, tapi pikirannya menguras energi. Pikiran dan aktivitas banyak bertentangan, pikiran maunya kerja dan tubuh merasa tidak ada yang dikerjakan, konflik ini menguras energi. Itulah capeknya orang tidak bekerja.

Bagi yang bekerja, ada kesungguhan dalam mengerjakan pekerjaannya. Yang bekerja sungguh-sungguh pasti merasa "puas" saat capek itu hadir dipenghujung hari. Inilah perbedaannya dengan yang tidak ada pekerjaan. Hati-hati, kita jangan terpengaruh kepada "kemalasan kerja" karena capeknya menjadi luar biasa tanpa hasil. Keadaan inilah yang bisa mengundang orang sedikit kerja tapi berharap hasil banyak.

Jika capek itu ada, mengapa kita tidak memiliki sikap positif ? Tidak perlu merasakannya, tapi cukup disikapi dengan memberi asupan energi baru atau beristirahat. Keadaan Capek mengundang kita menjadi emosional, tidak mudah untuk berpikir logis. Yuk kita bangun sikap positif saat capek dengan bersyukur bahwa kita sudah melakukan sesuatu yang positif dan memberi kebaikan kepada kita sendiri. Dan lanjutkan sikap terhadap capek itu dengan pikiran logis yaitu menambah energi dan beristirahat.

Kultum motivasi kali ini terus ingin memberdayakan diri menjadi manusia positif dengan apapun yang kita hadapi, baik yang positif maupun yang negatif. 

Zikir itu tidak hanya ingat tapi dekat

 Zikir kepada Allah menunjukkan kesungguhan saya untuk mengingat Allah, baik itu berupa lisan atau perbuatan. Lisan atau perbuatan saya dalam mengingat Allah mengandung makna saya sadar terhubung dengan Allah. Maka tidak lain zikir yang sebenarnya adalah sadar terhubung dengan Allah, menyebut nama Allah, ingat Allah, dan semakin dekat kepada Allah.

Saat shalat sebagai zikir kepada Allah, maka shalat itu mesti sadar terhubung kepada Allah, menyebut (ingat) nama Allah, merasakan kehadiran Allah, dan semakin dekat kepada Allah dalam setiap bacaan dan gerakan shalat saya. Sudahkah saya shalat sebagai zikir kepada Allah ? Mulailah berlatih memahami bacaan shalat agar dapat merasakan lisan dan hati tersambung dengan benar. Bacaan itu dapat saya maknai dengan hati yang tunduk dan selalu memuji Allah sehingga diri saya merasa selalu ingat dan dekat dengan Allah. Efek dari shalat pun mesti saya rasakan membuat saya tetep ingat dan dekat dengan Allah, yang mendorong saya ingin shalat lagi. Inilah pemahaman saya dan sangat ingin mewujudkannya. Selalu ada setan yang menghalanginya, dan tetaplah iringi dengan doa.

Bahkan doa yang juga sebagai zikir kepada Allah, selalu semakin ingat saya kepada Allah dan dapat merasakan kehadiran Allah (dekat). Bukankah saat berdoa saya yakin tersambung kepada Allah ? Sama halnya pula zikir yang lain seperti istighfar. Semua zikir mesti membuat saya terhubung dengan Allah, semakin ingat dan semakin dekat.

Dalam setiap zikir mesti diawali dengan sedikit "memaksa", lalu memahami makna zikir, merasakan zikir dan semakin hari semakin merasakan kehadiran Allah (selalu diingat dan dekat). Insya Allah semakin hari Allah berikan hidayah untuk mampu berzikir dengan benar

Insya Allah kultum ini mampu memberdayakan diri untuk semakin bertambah iman saya. Hal ini dapat menjadi motivasi semakin banyak berzikir dan beribadah.

Sakit itu baik buat diri sendiri

 Dalam hidup ini kita kadang mengalami sakit, susah, dan masalah atau musibah. Bagaimana saya bersikap dengan hal tersebut ? Sesuai kondisinya, jika sakit saya bertahan untuk sembuh dengan istirahat dan baru ke dokter saat sakitnya semakin parah. Jika ada kesusahan, maka meminta bantuan mereka yang lebih paham. Dan bersabar saat terjadi musibah. Semua itu seperti berjalan baik, apakah iya ?

Secara logika di atas, saya menjadi orang yang dapat mengatasi semuanya. Tapi saat saya mengalaminya, tidak mudah. Saat sakit, ternyata sakitnya membuat saya tidak nyaman dan banyak hal negatif yang hadir saat sakit. Kok bisa ya saya sakit ? Saat uang saya tak cukup bayar dokter, maka saya diamkan sakitnya dan berharap bisa sembuh seiring waktu. Sakit saya itu membuat saya terhambat dalam kerja dan membuat saya tidak nyaman. Saya berusaha tetap kerja sekalipun sakit, tak ada pilihan. Begitulah apa yang terjadi saat sakit, demikian juga dengan kesusahan dan musibah. 

Terus apa yang bisa saya lakukan ? Saat sakit hadir, maka mau tidak mau saya mesti menerima sakit dengan ikhlas. Sekuat mungkin tidak mengeluh tentang sakitnya, dan wajarlah kalau ada rasa sakit yang dikeluhkan sesaat. Tidak mengeluh itu sebagai tanda penerimaan sakit dengan ikhlas. Menyakini bahwa sakit itu diizinkan Allah untuk diri saya, untuk mengingatkan saya tentang hidup sehat itu baik dan mesti dipelihara. Saya sakit karena ada hal yang salah dalam mengelola hidup saya sehingga terjadi sakit. kesalahan itu adalah dosa (mengabaikan nikmat Allah sehingga Allah cabut kenikmatannya). Bersyukur pula atas sakit, karena Allah ingin membersihkan diri saya dari dosa dan kesalahan. Atas dasar itulah saya mesti banyak melakukan kebaikan, mulai dari memohon ampun Allah dan berbuat baik dalam hidup lewat ibadah dan amal saleh (kerja yang semakin dirahmati Allah).

Saat saya beriman kepada Allah, maka saya mesti memelihara iman itu dengan menjalankan petunjuk Allah. Beribadah dan beraktivitas (amal saleh). Bukan berarti juga yang tetap sehat itu tidak ada kesalahan atau dosa. Setiap manusia tak lepas dari dosa dan kesalahan. Sikapilah untuk selalu introspeksi diri dengan terus bersyukur saat tidak sakit, dan bersabar saat sakit.  Saat tidak sakit pun saya mesti juga ingin meminta ampun kepada Allah. 

Bayangkan saat sehat, dimana saya mendapatkannya lebih banyak dari saat sakit. Sakit mungkin hanya 1 minggu, sedangkan sehat mungkin bertahun-tahun. Kok saya lebih fokus sakit yang hanya sebentar dengan mengeluh dan sebagainya. Bandingkan sakit dan tidak sakit ... Alhamdulillah saya masih diberi sakit dan tak perlu khawatir. Insya Allah saya mendapatkan kebaikan dari apa yang saya alami, sakit maupun tidak sakit.

Kultum motivasi ini tidak lain untuk mengambil hikmah dari kehidupan saya. Saya mesti memberdayakan diri untuk selalu menjadi semakin sehat, semakin mudah dalam beraktivitas (hidup), semakin pandai menghadapi masalah. 

Saat yakin ada energi luar biasa

 Apa sih yang terjadi pada diri kita saat memiliki keyakinan yang tinggi ? Keadaan kita sangat senang, semua seperti nyaman dan sangat jelas apa yang dikerjakan. Keyakinan itu sangat percaya kepada apa yang dikerjakan itu dapat dicapai. Ada imajinasi dalam pikiran yang merupakan skenario yang dikerjakan. Semakin tinggi keyakinan itu semakin jelas imajinasi itu. Inilah yang membimbing kita dapat mewujudkan kerja nyatanya.

Yang menjadi pertanyaan adalah siapa yang menjamin keberhasilan apa yang kita yakini ? Tentulah Allah yang memberikan jaminan keberhasilan itu, BUKAN kerja keras dan bukan juga ilmu kita dan sebagainya. Jadi pastikan keyakinan apa pun mesti tertuju kepada Allah. Keyakinan bisa tumbuh dari selalu ingat kepada Allah dari berbagai ibadah dan amal yang kita lakukan atau Allah sendiri yang memberikannya.

Setelah kita yakin, maka hadirlah niat, semangat yang luar biasa dan diiringi dengan energi yang besar untuk melakukan kerja yang baik dan benar. Misalkan saat kita yakin kepada Allah yang memberikan jalan meraih rezeki dengan berdagang. Hadirlah imajinasi dalam pikiran untuk berdagang barang/jasa, ada kepada siapa kita belajar, bagaimana cara melakukan dan sebagainya. Skenario imajinasi dalam pikiran ini merupakan petunjuk yang mesti dijalani. Jangan sampai kita melewatkan imajinasi ini dan bercampur dengan kekhawatiran yang bisa menghapus semua imajinasi tersebut. Yang diperlukan hanya just do it now. Jika tidak just do it now, maka semangat dan energi yang luar biasa tadi terbuang percuma dengan banyak mikir dan ketakutan dalam pikiran.

Bayangkan kita memiliki sikap positif, langkah pertama dikerjakan dengan sempurna. Tak perlu mikir langkah kedua, tapi semua itu terlihat setelah menyelesaikan langkah pertama. Disinilah kita diuji sikapnya, masih yakin nggak ? Keyakinan dengan hasil langkah pertama sudah menambah semangat dan energi yang lebih besar. keyakinan ini mendorong kita melakukan langkah kedua. Tapi sebaliknya jika kita meragukan dengan hasil langkah pertama, maka keyakinan menjadi menurun dan melemahkan semangat. Energinya tidak cukup untuk menjalani langkah kedua. Begitulah seterusnya. Ada orang yang selalu berpikir bahwa hasil langkah pertama yang belum terlihat sering meragukan atas keyakinannya. Padahal hasil langkah pertama itu bisa jadi belum terlihat apa-apa hasilnya, tapi langkah pertama itu mesti dilalui dan diteruskan kepada langkah kedua. 

Keyakinan itu tidak berorientasi kepada hasil dari langkah demi langkah, tapi yakin bisa mengerjakannya. Karena keyakinan bisa mengerjakan langkah demi langkah adalah fokusnya bukan hasilnya. Hasil adalah akibat dari pekerjaan yang terus ditingkatkan lewat tahapannya. 

Kultum motivasi kali ini mengajak kita untuk selalu yakin sepenuh hati kepada Allah yang mengizinkan, memberi petunjuk, membimbing dan mengabulkan apa yang kita kerjakan. Jika memang ada keinginan dari dalam diri kita, maka yakinkan bahwa keinginan dapat dirahmati Allah. Hal ini untuk menumbuhkan keyakinan kita agar dapat mewujudkannya. Pelihara keyakinan kita dengan kontinu mengerjakan dengan semakin baik. Teruslah kita memberdayakan diri menjadi orang yang bersyukur.

Virus dipercaya

 Dalam kerja, banyak orang ingin mencari uang yang banyak. Seiring keinginan itu, karyawan pun berupaya mengerjakan pekerjaannya dengan sangat baik. Apa yang terjadi ? Karyawan dengan kesungguhan kerja itu mulai dipercaya. Kepercayaan itu menambah semangat karyawan untuk membuktikan kepercayaan itu dengan kerja produktif, dan amanah. Insya Allah sampai disini ada uang yang proporsional yang diperoleh.

Lalu karyawan mesti memiliki sikap positif (yang bener) agar kepercayaan itu bertumbuh. Salah satunya adalah memberikan hasil yang memuaskan atasannya, bentuk tanggung jawab yang dipercaya. Sikap positif mesti harus mengacu kepada kepercayaan BUKAN lagi karena uang. Apa yang terjadi jika masih bersikap mencari uang ? Maka karyawan suka memilih pekerjaan yang bisa dan disukainya. Yang tidak bisa ditolak dengan halus. Hal ini jangan terjadi.

Kepercayaan yang sudah dibuktikan, segera menular seperti virus dengan hadirnya kepercayaan berikutnya. Bayangkan apakah ada kepercayaan itu hanya sampai disitu aja ? Atasan segera memberi kepercayaan lain (bertambah). Seringnya di sisi karyawan mulai merasa berat dan menolak halus. Padahal salah satu juga langkah untuk memelihara kepercayaan itu adalah mengerjakan kepercayaan berikutnya. Ini membutuhkan sikap yang selalu positif. Bayangkan jika karyawan menolak kepercayaan lainnya, bisa jadi dapat menurunkan kepercayaan itu dan atasan memberi kepercayaan itu kepada karyawan lain

Kepercayaan demi kepercayaan menumbuhkan kemampuan dan memberikan hasil (uang) yang proporsional, bahkan ada yang merasakan bahwa kepercayaan itu sudah membuah karyawan bahagia (uang hanya pelengkap saja). Ada contoh sederhana, seorang kurir keuangan menjadi orang yang dipercaya karena kejujuran dan tanggung jawabnya. Jika kepercayaan ini dikerjakan dengan luar biasa (dengan menambah kemampuan), mak tak mustahil kepercayaan sebagai kurir itu mengantarkan kepada kepercayaan lain. Diberinya kesempatan untuk sekolah lebih tinggi atau kursus yang dapat membantu pekerjaan dari kepercayaan berikutnya. Dan soal kurir, biasanya pendidikannya tidak tinggi. Jadi bersiaplah untuk menjadi orang yang dipercaya.

Kultum motivasi kali untuk memberdayakan diri agar selalu menjadi pribadi yang kuat dan bahagia. Cari uang dalam kerja ? Carilah kerja-kerja yang membuat Anda menjadi orang yang dipercaya.

Jabatan dan kepercayaan

 Banyak orang mencari jabatan dan mempertahankan jabatan. Jika ditelusuri lebih dalam, yang dicari itu bukan jabatan tapi nilai kepercayaan. Jabatan itu hanya nama dari kepercayaan itu. Tidak perlu mengumbar bahwa kita mahir banyak hal, tetapi bangun diri dengan banyak hal yang berarti. Jabatan itu manis dan memberikan kita uang, tapi kepercayaan itu jauh lebih bernilai dari jabatan.
Apakah Anda memiliki kepercayaan ? Apa yang Anda sudah lakukan untuk banyak orang ? Atau Apakah Anda memiliki jabatan ? Orang yang dipercaya bisa jadi tidak memilki jabatan, tapi mereka dipercaya untuk mengerjakan banyak hal.

Berburulah untuk dipercaya, syukur-syukur mampu menerima amanah menjadi pemimpin (jabatan). Dan teruslah menambah kepercayaan itu semakin tinggi dan bersyukurlah.

Seringkali kita merasa tidak bisa

 Apa yang terjadi dengan kita ? Saat diminta untuk memberikan training, saat itu juga kita menolak halus,"Maaf bapak aja". Atau diminta bicara kepada team dan sebagainya. Jawabannya sederhana, nggak berani atau ngga bisa atau belum pantas dan sebagainya. Padahal kita memiliki ilmunya. Lalu apa yang terjadi dengan kita ?

Mati kita telusuri, yang pertama adalah mengapa kita menolak ? Ada beberapa sebab ;

1. Tidak siap 

2. Tidak berani

3. Malu

4. Takut salah atau ada yang lebih pintar.

5. Tidak mau

Dan sebagainya. Apa sih penyebab ? Situasi dan kondisi saat itu. Seperti apa ? Biasa memang tidak terdorong melakukannya. Padahal apa yang ada dalam pikiran kita itu belum terjadi. Tapi itulah faktanya. Fakta itu terbentuk dari akumulasi pengalaman kita yang kita peroleh dari apa yang pernah kita alami. Bisa jadi, waktu itu melihat orang lain (bukan kita) diremehkan saat melakukannya. Atau ada pengalaman yang tidak nyaman pernah kita alami. karena kuatnya perasaan negatif saat itu membuat memori tentang menjadi kuat dan sikapnya pasti menolak kalau diminta.

Yuk kita membangun kembali kepercayaan diri itu dengan sebuah keyakinan kepada zat yang menjamin perubahan jika kita kerjakan. Keyakinan kepada Allah dengan tujuan ingin meningkatkan level kemampuan dan dengan level kemampuan yang tinggi dapat dihargai/dirahmati Allah.  Keyakinan ini mesti ditumbuhkan karena dominasi memori negatif yang ada pada diri kita tidak mudah untuk disingkirkan hanya dengan pengetahuan (diberi ajarin) atau diiming-imingi sesuatu agar emosional terdorong (bisa jadi perubahan itu ada tapi tidak konsisten).

Keyakinan kepada yang menguasai dan berkuasa dalam alam semesta jauh lebih tahu dan Maha Rahman untuk membimbing kita menjadi semakin baik asal kita yakin kepadaNya. Keyakinan itu memberi kita semangat dan energi yang besar untuk memulai. Untuk meneruskan keyakinan ini adalah kita tidak menyia-nyiakan waktu lagi dan segera untuk bertindak/kerja. Keyakinan bukan untuk berorientasi kepada hasil, tapi menikmati (selalu hadir) dalam kerja dan merasakannya. Dengan kita fokus kepada kerja dapat membuat kita ingin selalu memperbaiki kualitas kerja kita.

Apa yang terjadi jika kita fokus kepada hasil ? Ada hal yang sering kita lalaikan dalam proses kerja. Kita lebih fokus mengerjakan hal-hal yang mengantarkan kita kepada hasil. Padahal ada proses kerja yang tidak kita duga menjadi faktor keberhasilan. Jika kita fokus kepada kerja (proses), maka kita merasa selalu ingin memperbaiki proses. Proses yang benar menghasilkan hasil yang benar.

Sudahkah kita memiliki keyakinan tentang sesuatu itu terjadi ?  Ini langkah awal untuk memulai perjalanan kita menuju keberhasilan. Demikian kultum motivasi kali ini, yang tidak lain ingin memberdayakan diri kita menjadi semakin meningkatkan kemampuan kita dan dapat menikmati hidup lebih baik.

kebahagiaan saat mengulang keberhasilan dulu

Dalam hidup ini ada kebahagiaan dan ada pula yang kurang bahagia. Alhamdulillah jika saat ini sudah menemukan cara untuk bahagia. Saat ingat masa lalu, kita ingin mengulang kebahagiaan di waktu dulu, mengapa tidak mengulangnya lagi sekarang dengan situasi sekarang. Imajinasi kita masih kuat untuk mengingatnya lagi ... Insya Allah bisa membuat kita bahagia lagi


Selamat berbahagia dan lebih heboh lagi sekarang. Kultum ini bisa membangkitkan diri bahwa kita itu pernah hebat, pernah bahagia dan ingin bahagia lagi. Yuk berdayakan diri sekarang

 

Berpikir sekarang dan fokus

 Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak "dirayu" dengan banyak hal yang menarik atau hal yang seharusnya kita kerjakan. Sangat sedikit apa yang kita kerjakan itu adalah bagian dari pasion atau hal yang kita lakukan itu menggairahkan kita untuk meraihnya. Misalkan kita ingin mengembangkan hobby kita menjadi bernilai, maka rencana dan komitmen sudah ada, tapi tidak banyak untuk mewujudkannya. Akhirnya hal tersebut kurang berhasil

Hasil yang kurang sesuai harapan membuat kita kurang positif menyikapinya, tapi ada beberapa orang bisa menerimanya. Bayangkan saat kita berhasil mewujudkan apa yang menjadi passion kita, maka terbukti kita sangat puas dan senang banget. Hal ini menambah semangat atau membuat kita senang melakukannya lagi untuk hal lain. Memang perlu kesungguhan dan berani menyisihkan waktu untuk mewujudkannya. Siapkah kita ?

Ada yang merasa belum siap karena aktivitas rutin dan yang menarik itu sangat menyita perhatiannya dan bisa mengalahkannya. Memulainya tidak mudah dan ringan. Kita melawan sesuatu yang sudah berjalan dan rutin (kebiasaan). Bagaimana kita memulai dengan menumbuhkan keyakinan terhadap apa yang kita kerjakan ?

Buat apa sih kita kerjakan ? Buat dapatin uang ? Bisa saja yang terjadi untuk menambah uang kita. Oke saja, tapi kan tidak sekedar itu ? Apakah uang bisa mengarahkan kita ? Kita sendiri yang mengarahkannya. Keyakinan itu merupakan sesuatu yang bisa menjamin apa yang kita kerjakan itu baik dan menghasilkan. Sesuatu itu pasti lebih besar dari kita sendiri, memiliki kekuatan dan dorongan dari Allah. Keyakinan ini menjadi energi besar untuk memulai, dan perlu pemeliharaan yaitu dengan adanya aktivitas/kerja yang terus-menerus meningkat.

Mengapa keyakinan itu mesti kepada Allah ? Kan seringkali juga bisa muncul dari luar kita. Keyakinan dari luar kita itu bisa saja terjadi, tapi tidak mutlak. Cenderung relatif, suka berubah seiring waktu. Yakin dengan kerja keras memberikan hasil bisa saja, tapi hal ini sangat bergantung kepada hasil kerja kerasnya.

Berpikir sekarang bukan untuk hari ini saja, tapi untuk hari berikutnya (hasilnya). Jadi sangat menentukan apa yang kita yakini sekarang, yang kita pikirkan dan apa yang kita kerjakan saat ini, fokuslah dan sungguh-sungguh. Insya Allah kita diberikan kekuatan dan bimbingan dalam melakukannya.

Kultum motivasi kali ini untuk selalu memberdayakan diri tanpa peduli dengan orang lain, agar kita fokus untuk mewujudkannya. 




















































































































                                                                                                                                                                                                                                    



Magic Word pintar sedikit aja

Magic Word kali ini untuk memberdayakan diri untuk lebih baik, caranya ya belajar. Saat ilmu yang kita pelajari berbeda dari orang lain dan sangat dikuasai. Maka membuat orang lain takjub. Tidak semua orang bisa menyamai dan melebihi seseorang, tapi menjadi lebih paham duluan adalah cara menjadi berbeda.


Insya Allah Magic Word kali ini bisa memberdayakan diri kita menjadi semakin baik dan teruslah menemukan memotivasi diri dengan hal baik yang mudah.

Kritik belum tentu mau mengubah keadaan

 Dalam sebuah diskusi kecil, seorang temen berani berkomentar untuk menyatakan bahwa ada yang salah dengan langkah yang diambil oleh team. Langkah yang diambil selama ini tidak banyak memberi dampak, dia kritik dan protes. Mesti ada cara lain yang bisa menjamin langkah team menjadi semakin meningkat. Terus dengan semangat itu dia mengemukakan pendapatnya. Semua team menyambutnya.

Dalam semangat brainstorming tersebut ada pertanyaan iseng kali ya atau ada yang bilang lawannya kritik itu. Pertama yang ditanyakan, apakah temen tadi mau menjadi pimpronya ? Jawabannya sederhana,"saya hanya kasih ide dan pimpronya silakan yang lain". Pertanyaan selanjutnya adalah "kan yang tahu isi dari kritik itu adalah yang menyampaikan dan sangat mengerti. Mengapa tidak menjadi pimpronya aja ? Bukankah dengan jadi pimpronya kan bisa tahu salah dan benernya dan tidak menyalahkan orang lain". Dengan ringan temen tadi bilang,"saya siap bantu". Keadaan ini menjadi tidak berujung dan tidak ada kesepakatan untuk melaksanakannya. Semestinya menyampaikan ide atau kritik itu memang benar-benar memahami dengan benar dan yakin untuk membawa perubahan yang dikawal sendiri. Insya Allah hal seperti ini memberi kebaikan ke semua pihak.

Berani kritik memberi dampak memberi keberanian untuk mewujudkannya. Mulai saja mengkritik diri sendiri tentang hal kecil, misalkan bisakah kita sendiri bangun pagi dengan aktivitas yang bermakna, mengkritik diri untuk selalu ada waktu belajar agar semakin meningkatkan kemampuan, atau bisakah kita lebih fokus bekerja lebih meningkat. Keberanian mengkritik diri yang bertanggung jawab terhadap perubahannya menjadi modal penting untuk meningkatkan nilai diri di mata orang lain.

Tetapi adakalanya saat dikritik orang lain menjadi kita semakin berubah. Kita sebagai orang yang mau berubah (belajar), yang tidak mempedulikan siapa yang menyampaikan. Tapi kita peduli untuk memahami lebih lanjut agar kritik dapat merubah diri kita sendiri. Ini adalah langkah baik untuk semakin meningkatkan kemampuan kita.

Terkadang kritik itu memang datang dari orang yang bisa mengkritik saja, hal inipun mesti berterima kasih karena kita dievaluasi secara gratis. Sebaliknya banyak temen kita yang hanya ABS saja, jadi kita tidak mendapatkan feedback yang baik. Ciptakan persepsi apapun kritik itu pasti ada nilai baik dan kita pun mesti terbuka menerimanya (tanpa melibatkan emosional kita).

Insya Allah kultum motivasi ini dapat memberdayakan diri semakin baik. Jangan melihat orang lain itu sebagai "lawan" tapi anggaplah mereka adalah temen lama yang ketemu lagi, jadi apa yang disampaikan itu merupakan feedback (kritik) yang membangun.



Mulai semangat tapi nggak jadi

 Dalam sehari-hari sering kita mengalami apa yang kita kerjakan menjadi rada malas untuk dikerjakan lagi bahkan sudah tidak dikerjakan lagi. Pagi hari semangat berangkat kerja dan ingin menyelesaikan pekerjaan hari ini, tapi disiang hari pekerjaan itu berat dan akhirnya menundanya. Apa yang terjadi ?

Semangat itu sudah cukup memberi energi untuk mengerjakan apa yang kita targetkan. Ternyata semangat yang memiliki energi tidak cukup, mengapa ? Karena kita memikirkan hasilnya tanpa menguatkan kemampuan untuk menyelesaikannya. Yang kita pikirkan adalah hasilnya, dalam proses kerja itu tentu terkadang belum memperlihatkan hasil, maka hasil kerja tersebut direferensikan dengan semangat kita tadi dinilai belum berhasil. Perasaan kita menilai hal itu sebagai ketidakberhasilan, perasaan jadi tidak nyaman dan merasa berat. Keadaan ini menyebabkan pikiran tidak menindaklanjuti pekerjaan sampai tuntas.

Ternyata hasil kerja menjadi pemicu menurunnya semangat karena perasaan ikut berperan dalam menyikapi hasilnya. Oleh sebab itu mulailah berpikir tentang hal berikut ini :

1. Semangat yang sudah kita miliki sebaiknya digunakan untuk membuat perasaan senang, tumbuhkan selalu sikap positif agar mampu menghadapi ketidakberhasilan. Hal ini membutuhkan fisik yang kuat agar energi terjaga.

2. Buatlah konsep setiap pekerjaan itu dapat dilakukan secara bertahap atau dikerjakan secara ringan sesuai kedetailan pekerjaannya. Setiap tahapan pekerjaan mesti mendasari pikiran mudah dikerjakannya dan perasaan merasa ringan. Kecenderungan hasilnya lebih mudah dicapai. Apa yang terjadi jika ada keberhasilan ? Maka perasaan senang dan menambah nilai semangat. Kita pun semangat menjalani proses tersebut sampai tuntas.

Mau ? Misalkan mau berangkat kerja di pagi hari aja bisa tidak semangat, kalaupun ada semangat bisa membuat semangat turun selama perjalanan. Bagaimana jika kita berangkat lebih pagi ? Bukankah perasaan senang karena tidak macet dan suasana nyaman, inilah proses awal memulai berangkat kerja di pagi hari ini. Terbayangkan saat naik kendaraan pun menjadi mudah bagi pikiran karena perjalanan yang sepi. Maka selama perjalanan membuat perasaan senang dan pikiran tidak stress. Perasaan ini dapat menjaga semangat kerja yang lebih meningkat. Lalu tahapan berikutnya tibalah kita di tempat kerja. Nah disinilah kita diuji, apakah mampu mempertahakan semangat itu ? Apakah kita jadi santai atau ngobrol dengan temen dan sebagainya ? Jika iya kondisi ini dapat mempengaruhi semangat karena tidak langsung kerja. Menjaga semangat itu mesti mengalirkan energinya kepada media, yaitu kerja (bukan ngobrol). 


Insya Allah kultum motivasi ini dapat memberdayakan diri semakin meningkatkan kemampuan kita. Sekali lagi jangan pernah menyia-nyiakan energi yang ada untuk hal yang tidak mendukung kita kerja yang bener. Istirahat atau ngobrol itu boleh, tapi jangan sampai energi itu habis dan sulit untuk kembali bersemangat kerja.

Nilai diri karyawan

 Kalau ada yang bertanya," berapa sih nilai dirimu ?" Nilai diri saya pasti tinggilah. Dilanjut lagi, berapa tingginya ? Pokoknya  tinggilah. Seperti percakapan tak berujung, yang nanya pengen tahu dan yang ditanya tidak menjawab pasti. Sebenarnya apa sih yang disebut nilai diri ? Orang bilang memiliki harga diri, dan tidak mau direndahkan. Apakah hanya karena tersinggung, bikin harga diri terusik dan langsung emosional. Berarti harga diri Anda sebatas harga emosional itu ?

Dalam perjalanan hidup orang, nilai diri tidak begitu diperhatikan. Tapi banyak orang memperhatikan apa yang diperolehnya, seperti rumah mewah, jabatan tinggi, gaya hidup dan sebagainya. Bukankah yang sebenarnya itu adalah nilai diri merupakan kualitas dan kuantitas apa yang kita kerjakan (perbuatan). Nilai diri itu terlihat atau terukur saat kita melakukan perbuatan yang membuat sebarapa banyak orang dapat menikmati kebaikan. Bahkan ada orang sangat ingin merindukan kita. Memang ada sih hubungan antara perbuatan dan hasil yang diperoleh, tapi tidak selalu. Kalau ditanya harga diri berarti kita bisa menjawab perbuatan apa yang sudah kita lakukan yang membuat kita memiliki kemampuan dan memberikannya kebaikan kepada orang lain.

Berapa sih nilai diri karyawan ? Ya sebesar gajinya. Pembuktiannya adalah proses kerjanya, apakah kerja didukung ilmu yang bener atau tidak ? Terkadang ada kemampuan dari lulus dari sekolah tinggi (MBA), tapi kerjanya tidak bisa ditunjukkan. Maka penilaian diri karyawan itu atas apa yang dikerjakan, contoh Kemampuannya =1.000, dan perbuatan = 10. Sedangkan ada karaywan yang sekolahnya hanya SMA dimana kemampuannya 350 lah dan perbuatan (dipercaya) = 1.000. 

Nilai diri adalah perkalian antara kemampuan dan perbuatan

Karyawan MBA = 1.000 x10 = 10.000

Karyawan SMA = 350 x 1.000 = 350.000

Secara nilai diri karyawan SMA  lebih tinggi daripada karyawan MBA, tapi gaji sebaliknya. Memang masih banyak perusahaan menghargai mereka yang memiliki sekolah tinggi dengan gaji besar. Tetapi sebagai karyawan yang memiliki nilai tinggi secara dapat meningkat dari gaji.

Yang tidak baiknya adalah karyawan MBA itu senderung sombong dengan kepintarannya sehingga merasa lebih tinggi dan bisa memerintahkan karyawan SMA dengan seenaknya dan harus menurut lagi. Padahal belum tentu ilmu karyawan MBA itu benar ? Sekalipun benar tidak mudah untuk diwujudkan. Perlu ilmu lain selain ilmu MBAnya adalah ilmu mengayomi bawahan yang diterima dan mudah dikerjakan oleh karyawan dibawahnya. Orang yang memiliki kebijakan belum tentu bijak untuk melaksanakan kebijkannya. Jadilah orang yang memiliki nilai diri yang tinggi, bukan sekedar ilmu tinggi. Maka banyaklah menjadi orang yang terus berkarya untuk dipercaya.

Kultum ini sebagai motivasi kita untuk mengukur diri dan memperbaikinya. Pemberdayaan diri selalu menjadi tolak ukur upaya meningkatkan nilai diri dari dorongan internal. Salah satunya adalah terus membaca dan memahami kerja dengan bijak dan selalu menerapkannya.

Karyawan malas

 Bisa jadi malas itu bagi sebagian orang tidak ingin, tapi sebagaian lain pengen banget. Jika seorang karyawan sudah MALAS kerja, maka ungkapannya tidak MALAS, malah rajin. Keadaan adalah yang sering terjadi. Misalkan ada karyawan yang suka ngobrol, bilang diskusi dan belajar sama orang lain. suka ngobrol itu bagian dari MALAS kerja. Ada juga yang sok sibuk seperti mengerjakan pekerjaan dengan komputer, kesibukan itu ditutupi posisi monitor yang tidak terlihat orang lain.

MALAS itu lawannya RAJIN. Perhatikan banyak orang selalu menutupi kemalasannya dengan seperti rajin, apalagi di hadapan atasannya. Karyawan seperti ini adalah toxic yang bisa menyebar kepada karyawan yang lain. Karyawan yang malas selalu membela dirinya dengan sikap baik dan perilaku baik (rajin), dan merasa tersinggung kalau dibilang malas. Bagaimana mengubah malas menjadi lebih baik beraktivitas ?

Paling mudah adalah kontrol atas karyawan itu sendiri, bisa kontrol langsung atau bertanya sama temennya. Manfaatnya ada, dimana karyawan yang malas merasa dimonitor dan diawasi. Bisa jadi dia mengerjakan pekerjaannya. Tapi yang menjadi persoalan adalah apakah ada waktu untuk mengontrolnya. Karyawan yang malas pasti bersiap untuk dikontrol, dan setelah dikontrol menjadi waktu yang diinginkan oleh karyawan malas. Bayangkan kontrol karyawan itu mesti tidak hanya satu karyawan, tapi bisa banyak. Disinilah atasan telah kehilangan waktu banyak

Bagaimana kalau memberi kepercayaan dengan kerja yang cukup agar waktu kerjanya menjadi sempit (seperti dikejar waktu) ? Tidak hanya bersandar kepada job desc tapi pekerjaan tambahan yang related. Job desc yang diberikan mesti dibuat kontrol (output kerja) berupa laporan dan hasil berupa fisik. karyawan diminta untuk melaporkan ke atasan setiap waktu yang ditentukan.

Yang berikutnya adalah memberi motivasi tentang tujuan kerja. kecenderungan malas itu karena tidak bisa mengerjakan atau ilmu tak cukup sehingga bikin bosen dengan apa yang sudah dikerjakan. Motivasi ini menerangkan bahwa kerja itu menjadi kebutuhan semua orang dan mesti mengalahkan rasa malas. Diajarkan cara mengatasi malas dan memberi lead untuk masa depan dan karirnya, serta mendorong bahwa kerja itu ibadah.

Demikian kultum kali ini untuk memberdayakan diri agar tidak jadi malas. Hendaklah selalu memotivasi diri untuk menjadi lebih baik. Kapan lagi ? kalau bukan sekarang.





Manajemen syukur yang terus-menerus 1

 Kali ini melengkapi tentang menajemen bersyukur. Ada pertanyaan dari temen yang bilang,"saya sudah bersyukur kok, menerima apa yang ada dan berterima kasih". Fakta tidak banyak yang berubah dalam hidupnya. BUkankah kalau bersyukur itu ditambah nikmatnya. Secara naluriah mereka, buat apa dong bersyukur kalau tidak ada perubahan ? Akhirnya bersyukur yang dijalaninya hanya formalitas saja, bersyukur ya berterima kasih, ya bersyukur menerima keadaan sampai menunggu perubahan dari kebaikan Allah yang Maha syukur.

Bisa jadi sampai hari ini kita bersyukur hanya sampai pada lisan saja, apa merasa "terpaksa" bersyukur. Bersyukur menerima pemberiaan Allah dan saat diambil jadi kurang bersyukur, yang ada hanya meminta kepada Allah agar dikembalikan pemberian Allah itu. Bagaimana sih seharusnya kita bisa bersyukur yang bisa konsisten (terus-menerus) ? Memang tak mudah, wajar sebagai manusia bisa bersyukur dan kadang tidak. Yang terpenting saat tidak bersyukur segera ingat Allah dan bersyukur lagi.

Membayangkan diri kita menerima pemberian dari seseorang, misalkan diberikan uang  sebesar Rp 100.000. Apa yang dapat kita maknai pemberian itu ... orang itu baik dan mau membantu kita atau ada udang dibalik batu. Ada beberapa waktu mau menerima pemberian itu, malah balik tanya,"dalam rangka apa pemberian ini ?". Disisi lain ada orang yang sedang membutuhkan uang Rp 100.000, maka pemberian itu langsung dengan mengucapkan, "terima kasih dan Anda baik sekali".  Maknanya :

1. Seseorang yang menerima dapat menilai dari pemberian itu, berapa nilainya bagi kita, apa manfaat pemberian tersebut dan nilai lainnya. Dengan menyadari nilai dari pemberian itu, maka seseorang memuji pemberian itu kepada orangnya. Perhatikan jika tidak bernilai pemberian itu, maka tidak ada pujian dan hanya ucapan terima kasih saja.

2.  Dalam bersyukur dapat kita analogikan seperti hal diatas. Langkah awal pastilah kita beriman (percaya tanpa ragu). Level iman ini menjadi kekuatan untuk bersyukur. Selanjutnya, kita mensti menyadari pemberian Allah yang Maha segalanya. Apa pemberiannya ? 

a. Kita yang tadi mati dihidupkan, maka sadarilah bahwa kehidupan ini adalah kenikmatan. 

b. Allah memberi kita pendengaran, penglihatan, hati serta penyempurnaan penciptaannya. Kita diberi modal untuk menikmati kehidupan ini. Telinga yang bekerja otomatis (tak banyak bisa kita kontrol) bekerja untuk kita, bisa mendengar. kita bisa berpikir, kita berdiri tanpa jatuh, bisa berbicara dan sebagainya

c. Allah memberi petunjuk untuk menjalani kehidupan di dunia ini agar mendapatkan kebaikan dan berdampak kepada kehidupan di akhirat.

d. Allah menundukkan alam ini untuk manusia. 

e. Ada orang tua, saudara, isteri/suami, anak yang selalu mensupport dan menginginkan dan berdoa agar kita menjadi orang baik (sukses di dunia dan diakhirat)

f. Ada juga teman, bawahan, atasan yang juga mendupport kita.

Sadarkah kita dengan pemberian semua itu ? tahukah nilai dari pemberian itu ? 

Bayangkan jika ditanya,"berapa nilai tangan kita ?" Pasti kita jawab pastilah nilainya tak terhingga. Apa artinya ? Bukankah nilai yang tak terhingga itu menunjukkan nilai tangan itu bisa menghasilkan nilai tak terhingga. Sudahkah nilai tangan itu diwujudkan ? Kok kita hanya mendapatkan pendapatan hanya Rp 2 juta dengan kerja (menggunakan tangan ini) ? Sadarilah ternyata kita belum bersyukur ... baru 2 juta, padahal bisa menghasilkan nilai tak terhingga. Bagaimana caranya ? Optimalkan tangan dengan ikhlas, bukankah balasan keikhlasan itu tak terhingga.

Yuk kita ingin tahu dan mencari tahu nilai pemberian Allah itu. ternyata pemberian Allah itu tidak bisa kita hitung, sangat banyak. Untuk itu mulai menyadari pemberiannya saja, dan mulai pula fokus dari pemberian yang bisa kita sadari dan rasakan. Misalkan kita menyadari dan merasakan kita memiliki tubuh yang sehat, maka tubuh ini mempunyai nilai besar. Maka bersyukurlah dan jangan sampai tubuh kita jadi sakit atau diambil Allah pemberian nikmat sehat itu. karena Allah itu Maha berkuasa segala hal.

Setelah menyadari dan dapat merasakan pemberian Allah itu, karena pemberian itu adalah Allah yang rahman dan rahim. keadaan ini memunculkan kekaguman dan ingin mengakui keMahaan Allah itu ... kita ingin memujinya. Memuji Allah adalah akibat dari langkah pertama yang menyadari dan menghargai pemberian Allah. ikuti ulasan berikutnya


Insya Allah kultum ini dapat memotivasi kita untuk jadi lebih baik dalam bekerja, yaitu meluruskan dan mengharmonikan iman yang sejalan dengan kerja dunia. Keadaan ini memberdayakan diri kita menjadi semakin beriman.

  


Suka responsif dam emosional itu BUkan masalah

Dalam sehari-hari masalah itu identik dengan hambatan yang terjadi saat saya ingin menjadi lebih baik. Misalkan ada staf yang susah di atur dan dianggap stanya yang bermasalah. Waktu staf salah, seorang atasan dengan responsif tanpa mikir banyak memarahi staf yang salah. Marahnya atasan itu dianggap bener, karena memberitahu staf yang salah. Atau anak yang salah dianggap masalah bagi orang tuanya, Tapi perilaku orang tua yang "memarahi" dianggap bener.

Ada yang menarik lagi, saat saya tidak berbuat baik. Apa yang terjadi ? yang disalahkan itu adalah lingkungan atau "setan" yang menggoda. Memang bener sih ada orang yang salah, dan dengan sikap dan perilaku yang "emosi" itu bagian dari memperbaiki kesalahan tersebut. Apakah begitu ? Pastikan sikap dan perilaku saya pun ikut salah. Perhatikan dengan baik, staf salah, atasan marah, ... Selanjutnya pasti tidak baik. Yang negatif diteruskan negatif maka selanjutnya cenderung negatif. Sikap dan perilaku negatif itu bisa berhenti jika mau dihentikan. Staf yang hadir utuh, maka menerima marahan atasan untuk tidak mengulangi kesalahan agar tidak dimarahi lagi. Atau Atasan tidak perlu marah untuk menyelesaikan masalah stafnya, cukup memberitahu dan mengarahkan cara yang bener. 

Jadi judul diatas itu sering dialami semua orang, karena beberapa orang tetep aja emosional lagi. Hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak menganggap emosional itu masalah. Yang ada dipersepsinya itu adalah orang salah kalau nggak dimarahi, malah salah terus. Dari sikap seperti inilah banyak orang terus bersikap dan perilaku emosional terus-menerus. 

Yuk mulai berpikir saat tidak emosional untuk mengubah sikap dan perilaku emosional itu menjadi lebih baik. Logika bilang, nggak baik marah itu, nggak baik responsif (tanpa mikir), nggak baik buru-buru itu, nggak baik ikuti banyak orang, nggak baik menunda itu, nggak baik hanya pilih yang disukai saja, nggak baik hanya ingin yang nyaman (tidak susah) saja. Maka saya kerja itu buat kemanfaatan bagi saya, saya jadi dipercaya, saya jadi disukai dan saya jadi problem solver, dan sebagainya. Kan akhirnya kemampuan itu menambah nilai diri saya di mata perusahaan.

Bagaimana kalau sikap dan perilaku itu dilanjutkan menjadi memahaminya dengan hati ? Saya melihat staf yang salah, maka saya mesti memberitahu dan mengajarkan ilmunya. Tak hanya itu saya memberi ilmu itu sebagai kesempatan saya melakukan amal soleh. Bahkan saya ingin mengabdi kepada Allah karena Allah telah berikan segala untuk saya bekerja. Allah berikan keluarga yang selalu berdoa untuk saya sukses, Allah siapkan staf yang membantu pekerjaan saya, Allah telah berikan pula konsumen yang "cerewet" agar saya menjadi sabar dan lainnya.

Insya Allah kultum motivasi ini bisa memberdayakan diri kita semua untuk menjadi hidup yang lebih bermakna. Bukan sekedar memuaskan nafsu saja, tapi berpikir untuk menjadi manfaat bagi orang lain, dan akhirnya membuat diri kita bersyukur atas kebaikan Allah. 


Nggak masalah ? Masak sih ?

 Setiap karyawan yang bekerja pastilah menemui masalah, ada yang bisa menyelesaikan masalah dengan ilmu yang benar dan ada pula yang tidak mudah menyelesaikan. Beberapa karyawan sekalipun bisa menyelesaikan masalah, tapi memerlukan waktu yang lama. Apa ada karyawan yang masalahnya tidak besar dan minim ?

Dalam beberapa kali saya bertemu dengan karyawan, mereka bilang bahwa mereka tidak ada masalah. Lalu langsung tanya, apa iya nggak masalah dalam kerjanya ? Mungkin mereka menganggap bahwa apa yang mereka kerjakan selama ini tidak ada hambatan yang berarti, semua pekerjaan dapat dikerjakan dengan baik. Awalnya mereka bekerja adalah memiliki masalah, misalnya belum memiliki penghasilan (uang). Ada masalah ada dorongan untuk menyelesaikannya, masalah uang maka orang kerja. Apakah sudah dapat uang masalahnya selesai ? Belum tentu, selalu "masalah baru", mungkin bagi orang tersebut sudah cukup (nggak ngotot cari uangnya). Ada masalah dalam kerja karena ada tuntutan (target) dimana karyawan tersebut tidak cukup ilmunya dalam memenuhi target kerja. Tapi dengan berjalannya waktu, masalah kerja dan target itu dapat dikerjakan. Apakah selesai masalahnya ? Tentu ada lagi, apa itu ? Ternyata kerja karyawan tersebut sudah penuh sehingga terlihat sibuk, dan biasanya menolak kerja tambahan. Karyawan tidak ingin meneruskan masalah itu dituntaskan dan tak ingin juga menelusuri masalah selanjutnya, dan butuh solusi. Begitulah karyawan yang bekerja yang sudah banyak yang dikerjakannya dan menghabiskan waktu kerja mereka. 

Membayangkan mereka bilang tidak ada masalah dengan pekerjaannya, kehidupan mereka stabil dan tidak ada perubahan yang berarti. Selamanya kerja seperti itu dan tidak ada waktu, pertanyaan adalah apakah mau kerja seperti itu terus yang bisa membuat karyawan mulai bosen dan mau juga pendapatannya ya segitu-segitu aja ? Jawaban ini "pasti" karyawan mau. Hal ini adalah masalah karena karyawan mau lebih baik. Masalah bukan sekedar apa yang dihadapinya saja, dan mencari masalah dengan menciptakan "keinginan".

Perhatikan orang di atas Anda, Manager, direkur dan pemilik perusahaan. Mereka memiliki kerjaan yang lebih banyak dan lebih hebat dari Anda sebagai karyawan, mereka memulainya seperti Anda sekarang. Mereka memiliki waktu yang sama dengan Anda. Ubah sikap dan perilaku menjadi lebih baik, masalah bukan sekedar masalah, tapi tentang memberdayakan diri untuk menjadi lebih baik. Maka senanglah terus kerja agar masalah demi masalah dapat diselesaikan dan menjadikan Anda naik level. 

Ada karyawan yang bilang,"cukup aja dengan bersyukur dan tak perlu ngoyo". Renungkan jika Anda bersyukur dengan benar, maka hidup Anda semakin bermakna dan mendapatkan nikmat lebih banyak. Bayangkan jika Anda tetap stabil dalam hidupnya, bukankah nikmat Anda tidak bertambah yang menunjukkan Anda belum bersyukur. Syukur Anda selama ini mesti ditingkatkan dan diperbaiki. 

Insya Allah kultum kali ini dapat memberdayakan diri untuk siap naik level kehidupan baik dalam kehidupan keluarga maupun dalam kerja. Inilah motivasi yang bisa membangkitkan kita menyenangi masalah dan berani pula untuk menemukan solusinya.


Saat kerja sering bilang tidak bisa

 Saat pelatihan berlangsung, ada karyawan yang bilang,"rumit banget sih mengerjakannya dan menghabiskan waktunya". Ucapan ini sering dilakukan karyawan yang sedang mengikuti pelatihan. padahal pelatihan itu diikuti agar ingin bertambah ilmunya. Tanpa disadari karyawan ini sudah menolak ilmunya, BUKAN berarti karyawan tidak dapat ilmunya. Tapi karyawan tersebut tidak mau tahu lebih lanjut tentang ilmu tersebut dan bilang,"maaf saya tidak bisa mengerjakannya"

Ucapan karyawan ini bukan sekedar terucap begitu saja, tapi sudah menjadi kebiasaan dengan ilmu atau hal-hal baru. Dengan kata lain, karyawan tersebut sudah merasa cukup dengan keadaannya sekarang. Nyaman dengan kerjanya dan ilmunya, menjadi tidak nyaman dengan ilmu baru yang berdampak dia harus kerja lebih. Secara lisan karyawan pandai bicara, tapi kerjanya yang susah. Sama dengan keadaan pelatihan di atas, setiap menerima tugas baru dapat ditolah dengan halus,"saya sudah banyak kerjanya dan sangat sibuk". Semakin lama keadaan ini berlangsung, maka karyawan semakin kuat untuk tidak mau diganggu kenyamanannya. keadaan ini bisa berubah saat mengalami suatu kejadian yang tidak dialaminya. Bisa jadi sebuah musibah sakit, dipecat, terpuruk dan sebagainya

Bilang,"saya tidak bisa", menunjukkan cara menutup diri untuk menerima hal baru. Pikiran diajak menolak karena tidak menguntungkan. lalu apa yang terjadi ? Emosional lah yang dominan sehingga semakin memperburuk keadaan saat menerima hal baru. Secara ilmu bisa dipahami tapi untuk dikerjakan "ntar dulu". Jadi hati-hati berucap agar kita tidak terbawa tanpa sadar dengan ucapan kita. Berlatihlah mengucapkan hal-hal baik dan selalu berada dalam lingkungan yang bener.


Yang jauh lebih penting adalah menyadarkan diri sendiri untuk memahami keadaan itu dengan apa yang diinginkan. Ada ilmu dan cara yang bener agar perubahan ini dapat dilakukan dengan mudah. Kalau tetep merasa berat, maka perubahan itu tidak mudah terjadi. Atau lakukan perubahan itu dengan menyadari bahwa langkah kecil yang terus-menerus itu dapat merubah segalanya.

Kultum motivasi kali ini untuk memberdayakan diri atas ucapan yang bener itu sangat mempengaruhi tindakan kita. Sesering kita berucap yang tidak bener, maka tindakan kita mengikutinya. bersyukurlah masih ada hati yang masih bisa memahami yang tersirat dari apa yang kita kerjakan itu masih ada kebaikan. Bersyukurlah masih diberi kesempatan sehat dan hadir setiap hari untuk memperbaiki keadaan sebelumnya. Masih bersyukur juga Allah masih menunggu dengan masih ada waktu untuk memperbaiki diri. 




Apakah saya percaya dengan petunjuk Allah ?

 Saya percaya kepada Allah Swt, tapi mengapa saya belum yakin tanpa ragu dengan petunjukNya ? Dalam kehidupan sehari-hari, saya pun belum sepenuhnya menjalankan ibadah dengan sebenarnya dan kontinu. Hal ini menunjukkan bahwa saya belum sepenuh hati percaya (yakin tanpa ragu). Jika saya benar yakin, maka petunjuk Allah itu saya jalani dengan ikhlas. Diutak-atik tentang ibadah dengan memperbaikinya menjadi semakin bener, sudah merupakan yang bener. tapi rasanya masih aja berat menjalani petunjuk Allah. 

Saya pengen banget menjalani ibadah itu dengan ikhlas. Misalkan shalat saja, kok masih belum sempurna. Selalu ada kelalaian dalam shalat, entah itu wudhu, niatnya, gerakan dan bacaannya dan sebagainya. Soal sedekah saja, masih belum rutin (setiap hari), masih ada rasa khawatir dalam bersedekah karena apa yang saya miliki bisa berkurang sedangkan kebutuhan harus selalu tercukupi. Belum lagi soal rezeki, rasa semua aktivitas tersebut memang belum didasari iman yang benar kepada Allah. Saya merasa sudah mengenal Allah, tapi kok tidak takut dengan peringatannya, saya sudah merasa beribadah yang bener, tapi kok ibadah saya tidak bertambah banyak. Saya merasa sudah bertaubat, tapi kok masih banyak hal baik tidak saya kerjakan. Semua menjadi renungan bagi saya untuk mengoreksi yang pertama dan utama yaitu iman saya kepada Allah.

Salah satu cara adalah mengurangi logika berpikir sebagai manusia dan menggantikannya dengan berpikir dengan hati. Bagaimana caranya ? Berpikir dengan logika cenderung berpikir untungnya buat saya atau ruginya buat saya, akibatnya tindakan saya tidak mau yang rugi, padahal bisa jadi secara nilai rugi tapi memberikan hikmah kebaikan. Berpikir memahami selain logika, yaitu hati. Memandang tidak kepada keuntungan dan kerugian saja, tapi makna dari tindakan saya. Bersedekah secara logika berkurang materi (rugi), tapi memberikan nilai kebaikan. Bisa jadi shalat saya masih berat karena berpikir capeknya shalat dan sebagainya, tapi jika berpikir dengan hati, maka shalat itu mendekatkan diri dan komunikasi saya dengan Allah. Apalagi Allah telah berikan rahmat dan karunianya kepada saya, maka saya mesti bersyukur lewat ibadah shalat. Saya berusaha setiap hari menguatkan dan mengafirmasi diri dengan memahami (berpikir) dengan hati. menggali maknanya dengan membaca Al Qur'an.

Langkah lain yang bisa saya lakukan adalah menerapkan ihsan dalam setiap tindakan saya. Jika bener-bener saya bisa "mengimajinasikan" seolah saya melihat Allah dan pasti Allah melihat saya. Maka setiap awal tindakan dengan niat dan menyebut Bismillahirrahmnirrahiim, di saat itulah saya sudah membayangkan Allah hadir dan melihat saya. Apakah saya berani tidak melakukan petunjuk Allah ? Apakah siap dengan balasanNya ? Sepertinya saya merasa takut dan dapat menjaga tindakan saya selalu dalam petunjukNya.

Apakah berani ikhlas ? terkadang masih berpikir kalau saya ikhlas, saya dapat apa ? Allah menjanjikan keikhlasan dengan pahala yang sempurna. teruslah berlatih ikhlas tanpa berharap kepada manusia, hanya berharap kepada Allah. Tunjukkan saya bertindak yang terbaik di hadapan Allah (ihsan) agar diridhai Allah. Dengan doa, saya berharap Allah memenuhi kebutuhan hidup saya.

Insya Allah kultum motivasi kali ini dapat memberdayakan diri saya untuk selalu menemukan cara untuk meningkatkan iman saya kepadaNya. Insya Allah saya dimampukan shalat yang semakin meningkat dan dimampukan memahami petunjukNya serta dimampukan menjalani kehidupan ini dengan iman yang bener.

Apa setelah doa dikabulkan ?

 Hampir setiap saat kita berdoa, bahkan ada yang mengatakan "ucapan itu doa". Hampir semua manusia di muka bumi ini selalu berdoa untuk keselamatan, kesehatan, dan kebahagiannya. Ada doa yang dikabulkan Tuhan (Allah) dan ada yang belum dikabulkan. Tetep saja kita berdoa terus. Abis berdoa kita mesti apa sih ?

Berdoa itu mengandung 2 hal yaitu yang pertama, permohonan (harapan) yang kita sampaikan yang biasanya menjadi keinginan kita. Yang kedua adalah memohon izin atas keinginan kita. Misalkan doa untuk rezeki adalah kita memohon rezeki kepada Allah diberikan yang berkah. Tentunya doa minta rezeki adalah kebaikan di mata Allah dan bermanfaat bagi kita. Maka dalam doa itu kita ikuti dengan aktivitas mencari rezeki dengan cara yang bisa kita lakukan. Doa memohon izin diberikan rezeki berupa keinginan kita dan diizinkan dengan cara yang kita lakukan. Begitulah hendaknya doa menjadi kebaikan.

Saat doa kita dikabulkan oleh Allah, pastilah kita berterima kasih. Apakah hanya berterima kasih saja ? Kalau doa sudah dikabulkan, maka kita menerima pemberian Allah. Yang pertama ya pasti bersyukur dan yang kedua adalah bertanggung jawab atas pemberian Allah dengan mengoptimalkan pemberian menjadi bernilai tambah. Biasanya yang pertama kita lakukan, tapi yang kedua apakah sudah ?

Hendaknya kita mulai berpikir efek dari doa adalah bertanggung jawab atas pemberian Allah, berupa nikmat. Nikmat jika disyukuri dengan cara Allah, maka ditambah lagi nikmatnya. Bayangkan sudah berapa banyak doa kita dikabulkan, apakah kita masih meminta tanpa mempertanggungjawabkannya ? Sepantasnyalah kita sudah mesti banyak bersyukur dengan memanfaatkan apa yang Allah telah berikan (kabulkan keinginan kita).

Kultum motivasi hari ini ingin memberdayakan diri untuk semakin baik. Doa menjadi ibadah buat kita, dan menjadi sarana untuk memohon kepada Allah. Insya Allah selain berterima kasih, kita pun mesti bersyukur dengan mempertanggungjawabkan semuanya di hadapan Allah.


Sehat di rumah

 Hari ini udaranya dingin sekali, bikin "males' beraktivitas. Melawan dingin ya mesti bergerak atau beraktivitas. Bukan saja beraktivitas itu untuk mencapai apa yang saya inginkan, tapi beraktivitas membuat saya untuk sehat. Sehat fisik, pikiran dan emosional. Beraktivitas itu tidak mesti bergerak banyak, yang penting ada olah pikir dan gerak fisik, yang bisa mengubah perasaan yang tadi tidak nyaman menjadi semakin baik.

Udara dingin banyak menghambat fisik untuk bergerak, ada rasa "dingin" dan cenderung diam atau istirahat. Apalagi di rumah dengan nonton TV atau main HP, maka gerakan fisik tidak ada dan pikiran pun tidak banyak mikir. Usahakan pikiran banyak berpikir karena banyak berpikir juga dapat mengeluarkan energi yang banyak, sekalipun gerakan fisiknya minimal.

Bayangkan saat di kantor suasana di atas membuat saya males bekerja. Bisa bikin ngantuk atau beraktivitas yang tidak produktif. Seharusnya saya melakukan aktivitas yang produktif. Begitulah suasana yang memang enak buat saya, tapi tidak mendorong untuk produktif. Hati-hati suasana seperti ini dapat mendorong seseorang  untuk "makan" atau tiduran yang membuat fisik jadi nggak nyaman. Minum air hangat dari teh atau wedang sangat mendukung saya untuk beraktivitas.

Tidak beraktivitas memang ada waktunya, yaitu pada saat tubuh membutuhkan istirahat. Begitulah seharusnya saya menempatkan waktu yang produktif dan waktu istirahat. Waktu yang produktif itu tidak hanya di pekerjaan, tapi bisa juga di rumah. Untuk di rumah, saya mesti beraktivitas dengan keadaan di rumah. Jangan sampai waktu produktif di rumah dengan membersihkan rumah diganti atau ditunda dengan istirahat. Tubuh membutuhkan aktivitas dan istirahat yang seimbang. Akibat dari aktivitas yang tidak produktif bikin fisik melemah (sakit).


Kultum motivasi ini untuk saling mengingatkan sesama, bahwa tubuh yang sehat butuh aktivitas. Memberdayakan diri dengan aktivitas yang dibarengi banyak mikir cukup baik agar tubuh terjaga sehat. 

Sudahkah siap ?

 Dalam keseharian saya, banyak yang hebat sebetulnya yang terjadi. Apa buktinya ? Saat seseorang ditanya," sudah siap untuk sukses ?" Jawabannya pasti sudah siap. Atau info dari beberapa orang yang menerima hadiah besar (atau uang besar) selalu bilang siap menerimanya. Mereka pernah bilang,"mereka selalu siap dan tidak ada itu kesempatan". Pertanyaannya,"emang sudah siap ?" Siap memegang jabatan, siap menerima gaji tinggi, siap dengan pekerjaan baru, siap menikah, siap apa saja.

Ada seseorang siap memiliki mobil baru dengan mencicil atau beli cash. Siap itu bukan berarti tetap memiliki sikap dan perilaku sebelum memiliki mobil, dan "bisa menerima mobil". Jika ini yang terjadi maka siapnya itu bisa menimbulkan masalah. Misalkan sebelum punya mobil memiliki sikap dan perilaku hemat, berhematnya itu juga dalam rangka menabung untuk membeli mobil. Bagaimana setelah memiliki mobil ? Masih memiliki sikap dan perilaku yang sama yaitu hemat. Yang terjadi adalah mobil jarang digunakan karena "takut habis uangnya" (berhemat). Mobil hanya digunakan untuk keperluan yang penting atau ingin menunjukkan kepemilikan mobilnya. Sikap hemat itu terlihat pula saat ada yang meminta sumbangan, maka mereka hanya menyumbang sedikit dengan alasan uangnya sudah habis untuk membeli mobil. Akhirnya mobil dimiliki hanya untuk "pamer" saja. Keadaan seperti ini disebut belum siap memiliki mobil. Atau sebaliknya siap memiliki mobil dengan selalu menggunakannya dan "berlagak" punya banyak uang. Malah jadi boros (berubah sikap dan perilaku). Keadaan inipun membuat masalah bagi mereka. Apakah Anda sudah siap betul memiliki sikap dan perilaku dengan adanya mobil ? yaitu merubah sikap dan perilaku tanpa mobil menjadi sikap dan perilaku memiliki mobil dengan benar.

Bagaimana dengan jabata di kantor ? Banyak orang merasa bisa (siap) untuk menjadi jabatan yang lebih tinggi, walaupun kemampuan dan ketrampilan belum siap. Bahkan sikap dan perilakunya belum mendukung. Misalkan seseorang dengan jabatan yang lebih tinggi memiliki sikap dan perilaku tidak emosional dan memiliki visi yang jauh ke depan, atau sikap dan perilaku bijaksana. apakah juga memiliki sikap dan perilaku mengayomi bawahan ? Yang bilang siap hanya berani mengambil amanah dan resikonya. Dalam perjalanannya seseorang yang memiliki jabatan tinggi "mengalami tekanan" antar kebutuhan untuk berubah menjadi sesuai jabatan dan mengelola teamnya serta permintaan untuk lebih hebat dari pemiliki. Beberapa juga ada seorang pemilik perusahaan belum siap menjadi pemiliki perusahaan karena memang belum ada pengalaman dan kemampuan yang cukup sebagai pemilik. Hanya karena ada uang atau penerus orang tua, mereka menjadi pemilik perusahaan.

Siap dan belum siap, selalu memberdayakan diri untuk menaikkan level sikap dan perilaku yang bener. Di saat saya belum memiliki mobil misalnya, saya mesti mulai belajar dan menjadi mahir menyetir mobil, merawat mobil, bekerja optimal dengan mobil, tidak pelit, suka membantu dan sebagainya. Saatnya memiliki mobil, maka saya sudah siap. Kapan saya merubah sikap dan perilaku itu ? Sekarang. Dengan apa ? Jika memiliki motor, anggap saja motor itu sebagai mobil. Siap nggak dengan motor memiliki sikap dan perilaku bisa merawat motor, tidak pelit, beraktivitas produktif dengan motor ? Jadi keadaan ini bisa dikatakan bersyukur dengan apa yang kita miliki sekarang dan siap menerima nikmat yang lebih besar lagi.

Sama halnya dengan jabatan yang lebih tinggi, sudah siapkah menjadi orang dengan sikap dan perilaku mengayomi anak buah ? Sudah siapkah berdisiplin dalam kerja ? Sudahkah memiliki sifat ramah dan suka membantu ? Sudahkah kita bisa tidak sombong dan tidak pelit ? Sudah siapkah kita dapat memberi solusi kepada bawahan ? Dan banyak lagi. Jika sikap dan perilaku yang tidak sesuao dengan jabatan tersebut, maka kita bermasalah. Ada upaya yang tinggi untuk menyesuaikan diri dengan jabatan, ada tekanan dari pimpinan di atas kita yang menuntut hasil kerja yang bagus dimana sikap dan perilaku kita belum siap, ditambah lagi mengontrol bawahan dengan segala kebutuhannya.

Siap berarti kita merubah diri tanpa disuruh orang lain untuk menjadi apa yang kita inginkan. Ingin sukses ? Ciptakan dalam diri untuk bersikap dan berperilaku sukses dari sekarang. Jangan pernah merasa untuk keadaan kita yang sekarang aja sudah bilang berat, apalagi menjalani keadaan di atasnya.

Yang perlu dilakukan adalah menyisihkan waktu untuk belajar dan mengamalkan sikap dan perilaku baru (pada level yang lebih tinggi). Kedua benar-benar melatih sampai bisa (mahir) dengan sikap dan perilaku baru itu. Kata orang bijak, kita tidak perlu meminta yang lebih, tapi semua itu sudah dibuktikan oleh sikap dan perilaku kita sekarang yang berubah (bertambah).

Kultum hari ini mengingatkan kita untuk selalu termotivasi menjadi semakin baik dengan mendahulukan sikap dan perilaku yang sesuai. Insya Allah . Tak perlu disuruh atau diperintah atau didorong oleh lingkungan, tapi merubah sikap dan perilaku itu adalah upaya rasa syukur kita kepada Allah. Hal ini karena Allah telah memberikan begitu banyak nikmat. 

Kerja keras ya

 Ada perintah atasan atau nasehat orang kepada kita yang umum,"kerja keras ya agar sukses". Saya selalu mengiyakan dan berusaha menjalaninya. Tapi dalam perjalanannya seperti saya paham nasehat atau perintah itu. Otak saya bertanya apa sih kerja keras itu ? Karena otak tidak memahami dengan detail yang membuat saya "tidak mengerjakan kerja keras yang dimaksud". Apakah kerja keras itu kerja sampai malam ? Apakah kerja keras itu betul kerja yang sungguh-sungguh mengerahkan segala tenaga ? Apakah kerja keras itu kerja tanpa mengenal waktu ? karena "otak saya" tidak bisa memahami kerja keras yang sebenarnya sehingga saya kerja keras sesuai apa yang bisa saya lakukan. kalau ditanya sudah kerja keras ? Saya sudah, tapi sambil bertanya kok belum sukses ya ?

Kejadian di atas sering dialami banyak orang, baik sebagai karyawan kantor, sebagai pribadi di rumah atau masyarakat. Bisa nggak sih menjawab pertanyaan berikut ini, apa sih yang dimaksud dengan sukses ? Yang bertanya memiliki pemahaman sendiri tentang sukses dan yang menjawab juga punya juga (bisa jadi berbeda). Pada saat seseorang menyuruh kita untuk sukses, bisa terjadi bingung "sukses kayak apa yang diinginkan kepada saya". Disinilah terjadi gagal paham dalam komunikasi. Sama halnya dengan kata kerja keras di atas. Pemakaian kata-kata tersebut sebaiknya dihindari agar tidak salah paham (gagal paham), atau  bisa kita gunakan dengan penjelasan detail tentang kata-kata tersebut.

Seperti ingin mengajak orang kerja keras, sebaiknya diikuti penjelasan kerja kerasnya. "kerja keras ya, kalau kerja keras itu tanpa menolak dan selalu pantang mundur untuk diselesaikan sampai tuntas hari itu juga". Dalam hal ini otak rada ngerti nih tentang kerja kerasnya. Yang menerima pesan pun dapat menjalaninya. Jadi perlu komunikasi yang berinteraksi agar bisa saling memahami dengan benar, hindari komunikasi 1 arah seperti diperintah jangan sekedar oke aja tapi perlu bertanya tentang apa perintah detailnya.

Sebenarnya kita sering menerima pesan langsung atau pun tidak langsung untuk menjadi semakin meningkat kemampuannya. "Kalau mau sukses mesti jadi orang yang rendah hati" ... kita sebagai penerima mesti mencari tahu tentang rendah hati yang bisa kita lakukan. Bayangkan satu pesan saja sudah cukup untuk membuat kita menjadi lebih baik, dan biasanya bisa merembet kepada hal lain. Tapi sekali lagi pesan yang baik itu sering direspon dengan sikap yang kurang baik (berpikir secara emosional) sehingga kita tidak dapat menerima dan tidak juga menjalaninya. Misalkan kita bilang,"pesan rendah hati itu sudah nggak zaman lagi ntar bikin sakit hati. yang penting duit " atau "pesan rendah hati itu buat orang yang beragama bukan untuk urusan dunia".


Dalam menemukan petunjuk untuk jadi semakin benar atau meningkat itu tidak susah dan tidak berbayar mahal, siap diri untuk menjadi orang yang terbuka pikiran dan hatinya (tidak responsif dan emosional). Tinggal jalaninya saja, just do it now. Tanpa perlu menanggapi apa reaksi orang lain. Inilah kultum motivasi hari ini agar kita bisa memberdayakan diri untuk jadi lebih baik. Semangat terus mengisi pikiran dengan hal yang positif dan bener.

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...