Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Merasa berat kerjanya ?

 Salah satu sebab dari menurunnya semangat saya adalah pekerjaan yang saya anggap berat. Berat untuk memulai dan sudah tergambar pekerjaan itu menyita tenaga dan memiliki tingkat kesulitan serta resikonya. Tapi kata berat sebenarnya bisa saya ciptakan karena memang saya malas untuk mengerjakannya. Misalkan disuruh bikin laporan untuk hari ini, Kata berat itu saya tafsirkan dengan pencitraan positif (cari alasan), yaitu saya mengatakan,"laporan belum selesai karena masih ada kerjaan lain yang lebih penting" atau "saya sibuk banget hari ini jadi laporan dibuat besok aja ya" dan begitu saya atau Anda menjaga harga diri, padahal saya atau Anda lagi nggak mau mengerjakannya BUKAN tidak mampu mengerjakannya.

Kejadian di atas banyak dilakukan karyawan kepada atasannya. Kata "belum selesai atau belum capai target, saya kerjakan sekarang (tadi sibuk)" seolah ingin mengatakan saya sudah mengerjakannya tapi belum selesai/belum target. Padahal saya memang belum melakukan apa-apa. Hikmahnya adalah setiap saya mengatakan alasan, bisa jadi sebenarnya pekerjaan itu belum dikerjakan dan mau dikerjakan saat itu kalau dipaksa (merasa tidak nyaman). Buat apa sih saya melakukannya semua ini ? Minimal saya menjaga harga diri tidak turun. Langkah ini jika sebagai karyawan membuat Anda menjadi terpuruk dan menjadi biasa melakukan hal ini. Efeknya ? Saya semakin tertekan dengan waktu yang berjalan, dimana pekerjaan mesti diselesaikan.


Apa yang mesti saya lakukan ? Kata berat dalam menjalani kerja, jika disebabkan tidak menarik, sedangkan saya mampu. Saya cenderung menolak kalau bisa atau menunda. Sebenarnya jika memang itu kerjaan saya, pasti kembali ke saya juga pekerjaan itu. Jika ditunda pekerjaan itu semakin berat karena waktu yang terbatas, mengapa tidak dikerjakan sekarang ? Saat saya berpikir tenang, maka saya cenderung mengerjakannya (sekalipun di awal terasa berat). Sikap dan perilaku saya mesti saya ubah. Pertama, langkah awal sudah mengurangi level berat menjadi berkurang, dan jika saya kerjakan langkah berikutnya maka menjadi semakin berkurang beratnya dan menjadi ringan. Kedua adalah saya mesti memiliki sikap (prasangka) baik dari pekerjaan yang saya anggap berat itu, yaitu pekerjaan itu jika saya dapat selesaikan segera, maka menambah nilai dari diri saya (menumbuhkan nilai kepercayaan). Atau sikap lain yang bernilai baik sehingga sikap ini menciptakan semangat untuk mengerjakannya. Soal kata berat, maka perilaku saya mesti mengerjakan step by step agar tidak berat.

Bayangkan pekerjaan itu berat, maka saya cenderung "berbohong" dan malas. Kemalasan ini bagaikan virus yang merembet kepada pekerjaan lain. Saya mengajak Anda berhentilah mengatakan,"nanti saya kerjakan atau saya sibuk atau apa saja" yang intinya kita menolak halus pekerjaan itu. Ingat bahwa pekerjaan itu adalah mendorong kita meningkatkan kemampuan semakin tinggi. Tidak saja meningkatkan kemampuan, tapi pekerjaan itu adalah media untuk beramal saleh. Amal saleh yang merupakan ungkapan syukur kepada Allah atas nikmat yang diberikannya. Masih kerja, masih dipercaya orang, masih ada tubuh yang sehat, masih ada iman dan masih ada orang yang mendoakan kita menjadi orang baik. 

Alhamdulillahirrabbilalamin, kultum kali ini menyadarkan saya untuk memotivasi diri menjadi orang yang bersegera beraktivitas (beramal saleh). Inilah langkah pemberdayaan diri agat dapat memaksimalkan diri (bersyukur).

No comments:

Post a Comment

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...