Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Sudahkah siap ?

 Dalam keseharian saya, banyak yang hebat sebetulnya yang terjadi. Apa buktinya ? Saat seseorang ditanya," sudah siap untuk sukses ?" Jawabannya pasti sudah siap. Atau info dari beberapa orang yang menerima hadiah besar (atau uang besar) selalu bilang siap menerimanya. Mereka pernah bilang,"mereka selalu siap dan tidak ada itu kesempatan". Pertanyaannya,"emang sudah siap ?" Siap memegang jabatan, siap menerima gaji tinggi, siap dengan pekerjaan baru, siap menikah, siap apa saja.

Ada seseorang siap memiliki mobil baru dengan mencicil atau beli cash. Siap itu bukan berarti tetap memiliki sikap dan perilaku sebelum memiliki mobil, dan "bisa menerima mobil". Jika ini yang terjadi maka siapnya itu bisa menimbulkan masalah. Misalkan sebelum punya mobil memiliki sikap dan perilaku hemat, berhematnya itu juga dalam rangka menabung untuk membeli mobil. Bagaimana setelah memiliki mobil ? Masih memiliki sikap dan perilaku yang sama yaitu hemat. Yang terjadi adalah mobil jarang digunakan karena "takut habis uangnya" (berhemat). Mobil hanya digunakan untuk keperluan yang penting atau ingin menunjukkan kepemilikan mobilnya. Sikap hemat itu terlihat pula saat ada yang meminta sumbangan, maka mereka hanya menyumbang sedikit dengan alasan uangnya sudah habis untuk membeli mobil. Akhirnya mobil dimiliki hanya untuk "pamer" saja. Keadaan seperti ini disebut belum siap memiliki mobil. Atau sebaliknya siap memiliki mobil dengan selalu menggunakannya dan "berlagak" punya banyak uang. Malah jadi boros (berubah sikap dan perilaku). Keadaan inipun membuat masalah bagi mereka. Apakah Anda sudah siap betul memiliki sikap dan perilaku dengan adanya mobil ? yaitu merubah sikap dan perilaku tanpa mobil menjadi sikap dan perilaku memiliki mobil dengan benar.

Bagaimana dengan jabata di kantor ? Banyak orang merasa bisa (siap) untuk menjadi jabatan yang lebih tinggi, walaupun kemampuan dan ketrampilan belum siap. Bahkan sikap dan perilakunya belum mendukung. Misalkan seseorang dengan jabatan yang lebih tinggi memiliki sikap dan perilaku tidak emosional dan memiliki visi yang jauh ke depan, atau sikap dan perilaku bijaksana. apakah juga memiliki sikap dan perilaku mengayomi bawahan ? Yang bilang siap hanya berani mengambil amanah dan resikonya. Dalam perjalanannya seseorang yang memiliki jabatan tinggi "mengalami tekanan" antar kebutuhan untuk berubah menjadi sesuai jabatan dan mengelola teamnya serta permintaan untuk lebih hebat dari pemiliki. Beberapa juga ada seorang pemilik perusahaan belum siap menjadi pemiliki perusahaan karena memang belum ada pengalaman dan kemampuan yang cukup sebagai pemilik. Hanya karena ada uang atau penerus orang tua, mereka menjadi pemilik perusahaan.

Siap dan belum siap, selalu memberdayakan diri untuk menaikkan level sikap dan perilaku yang bener. Di saat saya belum memiliki mobil misalnya, saya mesti mulai belajar dan menjadi mahir menyetir mobil, merawat mobil, bekerja optimal dengan mobil, tidak pelit, suka membantu dan sebagainya. Saatnya memiliki mobil, maka saya sudah siap. Kapan saya merubah sikap dan perilaku itu ? Sekarang. Dengan apa ? Jika memiliki motor, anggap saja motor itu sebagai mobil. Siap nggak dengan motor memiliki sikap dan perilaku bisa merawat motor, tidak pelit, beraktivitas produktif dengan motor ? Jadi keadaan ini bisa dikatakan bersyukur dengan apa yang kita miliki sekarang dan siap menerima nikmat yang lebih besar lagi.

Sama halnya dengan jabatan yang lebih tinggi, sudah siapkah menjadi orang dengan sikap dan perilaku mengayomi anak buah ? Sudah siapkah berdisiplin dalam kerja ? Sudahkah memiliki sifat ramah dan suka membantu ? Sudahkah kita bisa tidak sombong dan tidak pelit ? Sudah siapkah kita dapat memberi solusi kepada bawahan ? Dan banyak lagi. Jika sikap dan perilaku yang tidak sesuao dengan jabatan tersebut, maka kita bermasalah. Ada upaya yang tinggi untuk menyesuaikan diri dengan jabatan, ada tekanan dari pimpinan di atas kita yang menuntut hasil kerja yang bagus dimana sikap dan perilaku kita belum siap, ditambah lagi mengontrol bawahan dengan segala kebutuhannya.

Siap berarti kita merubah diri tanpa disuruh orang lain untuk menjadi apa yang kita inginkan. Ingin sukses ? Ciptakan dalam diri untuk bersikap dan berperilaku sukses dari sekarang. Jangan pernah merasa untuk keadaan kita yang sekarang aja sudah bilang berat, apalagi menjalani keadaan di atasnya.

Yang perlu dilakukan adalah menyisihkan waktu untuk belajar dan mengamalkan sikap dan perilaku baru (pada level yang lebih tinggi). Kedua benar-benar melatih sampai bisa (mahir) dengan sikap dan perilaku baru itu. Kata orang bijak, kita tidak perlu meminta yang lebih, tapi semua itu sudah dibuktikan oleh sikap dan perilaku kita sekarang yang berubah (bertambah).

Kultum hari ini mengingatkan kita untuk selalu termotivasi menjadi semakin baik dengan mendahulukan sikap dan perilaku yang sesuai. Insya Allah . Tak perlu disuruh atau diperintah atau didorong oleh lingkungan, tapi merubah sikap dan perilaku itu adalah upaya rasa syukur kita kepada Allah. Hal ini karena Allah telah memberikan begitu banyak nikmat. 

No comments:

Post a Comment

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...