Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Manajemen syukur yang terus-menerus 1

 Kali ini melengkapi tentang menajemen bersyukur. Ada pertanyaan dari temen yang bilang,"saya sudah bersyukur kok, menerima apa yang ada dan berterima kasih". Fakta tidak banyak yang berubah dalam hidupnya. BUkankah kalau bersyukur itu ditambah nikmatnya. Secara naluriah mereka, buat apa dong bersyukur kalau tidak ada perubahan ? Akhirnya bersyukur yang dijalaninya hanya formalitas saja, bersyukur ya berterima kasih, ya bersyukur menerima keadaan sampai menunggu perubahan dari kebaikan Allah yang Maha syukur.

Bisa jadi sampai hari ini kita bersyukur hanya sampai pada lisan saja, apa merasa "terpaksa" bersyukur. Bersyukur menerima pemberiaan Allah dan saat diambil jadi kurang bersyukur, yang ada hanya meminta kepada Allah agar dikembalikan pemberian Allah itu. Bagaimana sih seharusnya kita bisa bersyukur yang bisa konsisten (terus-menerus) ? Memang tak mudah, wajar sebagai manusia bisa bersyukur dan kadang tidak. Yang terpenting saat tidak bersyukur segera ingat Allah dan bersyukur lagi.

Membayangkan diri kita menerima pemberian dari seseorang, misalkan diberikan uang  sebesar Rp 100.000. Apa yang dapat kita maknai pemberian itu ... orang itu baik dan mau membantu kita atau ada udang dibalik batu. Ada beberapa waktu mau menerima pemberian itu, malah balik tanya,"dalam rangka apa pemberian ini ?". Disisi lain ada orang yang sedang membutuhkan uang Rp 100.000, maka pemberian itu langsung dengan mengucapkan, "terima kasih dan Anda baik sekali".  Maknanya :

1. Seseorang yang menerima dapat menilai dari pemberian itu, berapa nilainya bagi kita, apa manfaat pemberian tersebut dan nilai lainnya. Dengan menyadari nilai dari pemberian itu, maka seseorang memuji pemberian itu kepada orangnya. Perhatikan jika tidak bernilai pemberian itu, maka tidak ada pujian dan hanya ucapan terima kasih saja.

2.  Dalam bersyukur dapat kita analogikan seperti hal diatas. Langkah awal pastilah kita beriman (percaya tanpa ragu). Level iman ini menjadi kekuatan untuk bersyukur. Selanjutnya, kita mensti menyadari pemberian Allah yang Maha segalanya. Apa pemberiannya ? 

a. Kita yang tadi mati dihidupkan, maka sadarilah bahwa kehidupan ini adalah kenikmatan. 

b. Allah memberi kita pendengaran, penglihatan, hati serta penyempurnaan penciptaannya. Kita diberi modal untuk menikmati kehidupan ini. Telinga yang bekerja otomatis (tak banyak bisa kita kontrol) bekerja untuk kita, bisa mendengar. kita bisa berpikir, kita berdiri tanpa jatuh, bisa berbicara dan sebagainya

c. Allah memberi petunjuk untuk menjalani kehidupan di dunia ini agar mendapatkan kebaikan dan berdampak kepada kehidupan di akhirat.

d. Allah menundukkan alam ini untuk manusia. 

e. Ada orang tua, saudara, isteri/suami, anak yang selalu mensupport dan menginginkan dan berdoa agar kita menjadi orang baik (sukses di dunia dan diakhirat)

f. Ada juga teman, bawahan, atasan yang juga mendupport kita.

Sadarkah kita dengan pemberian semua itu ? tahukah nilai dari pemberian itu ? 

Bayangkan jika ditanya,"berapa nilai tangan kita ?" Pasti kita jawab pastilah nilainya tak terhingga. Apa artinya ? Bukankah nilai yang tak terhingga itu menunjukkan nilai tangan itu bisa menghasilkan nilai tak terhingga. Sudahkah nilai tangan itu diwujudkan ? Kok kita hanya mendapatkan pendapatan hanya Rp 2 juta dengan kerja (menggunakan tangan ini) ? Sadarilah ternyata kita belum bersyukur ... baru 2 juta, padahal bisa menghasilkan nilai tak terhingga. Bagaimana caranya ? Optimalkan tangan dengan ikhlas, bukankah balasan keikhlasan itu tak terhingga.

Yuk kita ingin tahu dan mencari tahu nilai pemberian Allah itu. ternyata pemberian Allah itu tidak bisa kita hitung, sangat banyak. Untuk itu mulai menyadari pemberiannya saja, dan mulai pula fokus dari pemberian yang bisa kita sadari dan rasakan. Misalkan kita menyadari dan merasakan kita memiliki tubuh yang sehat, maka tubuh ini mempunyai nilai besar. Maka bersyukurlah dan jangan sampai tubuh kita jadi sakit atau diambil Allah pemberian nikmat sehat itu. karena Allah itu Maha berkuasa segala hal.

Setelah menyadari dan dapat merasakan pemberian Allah itu, karena pemberian itu adalah Allah yang rahman dan rahim. keadaan ini memunculkan kekaguman dan ingin mengakui keMahaan Allah itu ... kita ingin memujinya. Memuji Allah adalah akibat dari langkah pertama yang menyadari dan menghargai pemberian Allah. ikuti ulasan berikutnya


Insya Allah kultum ini dapat memotivasi kita untuk jadi lebih baik dalam bekerja, yaitu meluruskan dan mengharmonikan iman yang sejalan dengan kerja dunia. Keadaan ini memberdayakan diri kita menjadi semakin beriman.

  


No comments:

Post a Comment

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...