Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Nilai diri karyawan

 Kalau ada yang bertanya," berapa sih nilai dirimu ?" Nilai diri saya pasti tinggilah. Dilanjut lagi, berapa tingginya ? Pokoknya  tinggilah. Seperti percakapan tak berujung, yang nanya pengen tahu dan yang ditanya tidak menjawab pasti. Sebenarnya apa sih yang disebut nilai diri ? Orang bilang memiliki harga diri, dan tidak mau direndahkan. Apakah hanya karena tersinggung, bikin harga diri terusik dan langsung emosional. Berarti harga diri Anda sebatas harga emosional itu ?

Dalam perjalanan hidup orang, nilai diri tidak begitu diperhatikan. Tapi banyak orang memperhatikan apa yang diperolehnya, seperti rumah mewah, jabatan tinggi, gaya hidup dan sebagainya. Bukankah yang sebenarnya itu adalah nilai diri merupakan kualitas dan kuantitas apa yang kita kerjakan (perbuatan). Nilai diri itu terlihat atau terukur saat kita melakukan perbuatan yang membuat sebarapa banyak orang dapat menikmati kebaikan. Bahkan ada orang sangat ingin merindukan kita. Memang ada sih hubungan antara perbuatan dan hasil yang diperoleh, tapi tidak selalu. Kalau ditanya harga diri berarti kita bisa menjawab perbuatan apa yang sudah kita lakukan yang membuat kita memiliki kemampuan dan memberikannya kebaikan kepada orang lain.

Berapa sih nilai diri karyawan ? Ya sebesar gajinya. Pembuktiannya adalah proses kerjanya, apakah kerja didukung ilmu yang bener atau tidak ? Terkadang ada kemampuan dari lulus dari sekolah tinggi (MBA), tapi kerjanya tidak bisa ditunjukkan. Maka penilaian diri karyawan itu atas apa yang dikerjakan, contoh Kemampuannya =1.000, dan perbuatan = 10. Sedangkan ada karaywan yang sekolahnya hanya SMA dimana kemampuannya 350 lah dan perbuatan (dipercaya) = 1.000. 

Nilai diri adalah perkalian antara kemampuan dan perbuatan

Karyawan MBA = 1.000 x10 = 10.000

Karyawan SMA = 350 x 1.000 = 350.000

Secara nilai diri karyawan SMA  lebih tinggi daripada karyawan MBA, tapi gaji sebaliknya. Memang masih banyak perusahaan menghargai mereka yang memiliki sekolah tinggi dengan gaji besar. Tetapi sebagai karyawan yang memiliki nilai tinggi secara dapat meningkat dari gaji.

Yang tidak baiknya adalah karyawan MBA itu senderung sombong dengan kepintarannya sehingga merasa lebih tinggi dan bisa memerintahkan karyawan SMA dengan seenaknya dan harus menurut lagi. Padahal belum tentu ilmu karyawan MBA itu benar ? Sekalipun benar tidak mudah untuk diwujudkan. Perlu ilmu lain selain ilmu MBAnya adalah ilmu mengayomi bawahan yang diterima dan mudah dikerjakan oleh karyawan dibawahnya. Orang yang memiliki kebijakan belum tentu bijak untuk melaksanakan kebijkannya. Jadilah orang yang memiliki nilai diri yang tinggi, bukan sekedar ilmu tinggi. Maka banyaklah menjadi orang yang terus berkarya untuk dipercaya.

Kultum ini sebagai motivasi kita untuk mengukur diri dan memperbaikinya. Pemberdayaan diri selalu menjadi tolak ukur upaya meningkatkan nilai diri dari dorongan internal. Salah satunya adalah terus membaca dan memahami kerja dengan bijak dan selalu menerapkannya.

No comments:

Post a Comment

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...