Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri
Showing posts with label training center. Show all posts
Showing posts with label training center. Show all posts

Training center menciptakan manager sales

 Semangat pagi buat rekan-rekan, Insya Allah hari ini selalu kemampuan mengenali nikmat yang diberikan Allah dan dimampukan dengan petunjukNya untuk bersyukur dalam meraih rezekiNya. Aamiin

Tulisan saya sebelumnya tentang pengalaman dunia training center dan trainer adalah Membangun training center dari nol, Mengembangkan training center, Menjadikan training center sebagai pusat informasi, Membangun training center sebagai pusat pelatihan, Meneruskan keberadaan training center, Membangun kemampuan trainer, dan Efek kemampuan trainer,  Membuat materi training itu mudah,  Training center untuk Manager dan Direksi, Training center menyelenggarakan Sekolah SPG, Membangun kemampuan Salesmen, Training center menciptakan manager sales.

Alhamdulillah saya masih bisa berbagi pengalaman dalam training center dan trainer, pengalaman yang saya lakukan sendiri dalam perjalanan saya memimpin training center sekitar 20 tahunan. Kali ini saya berbagi pengalaman mendapatkan amanah dengan kedatangan seseorang yang diminta direksi untuk dijadikan manager sales. Seorang sarjana IPB, laki-laki dan memiliki kemampuan komunikasi yang baik, tapi tidak memiliki pengalaman dibidang elektronik (teknis) dan dunia salesnya. Biasa di banyak perusahaan dikenal dengan management trainee. Seseorang direncanakan memimpin team salesmen, diantaranya adalah salesmen yang bangun dari staf OB (tulisan sebelumnya). Awal perkenalan dengan seseorang ini menimbulkan perasaan nyaman dan klik dalam berkomunikasi. 

Training center yang isinya saya dan team, dimana saya diemban khusus untuk menciptakan orang tersebut menjadi manager sales. Sudah diangkat sebagai manager salesnya oleh perusahaan, tapi belum isinya. Amanah ini cukup tidak mudah dan saya seperti biasa sangat welcome dengan amanah baru sekalipun tidak ada kemampuan khusus. Sikap terbuka inilah dan manager sales sangat pembelajar tersebut menjadi amanah ini dapat dilakukan dengan baik. Hari-harinya saya dan manager team lebih banyak bersama sekitar 50%  dari waktu kerja. Hal ini saya lakukan untuk membekali manager sales dengan kemampuan tinggi.

Mengingat beberapa hal untuk menjadi manager sales memiliki kemampuan teknis dari produk yang mesti kuat, komunikasi internal dan eksternal, serta mengelola sumber daya untuk mensukseskan program sales. Entah mengapa manager sales ini sangat disukai oleh direksi. Dari pengalaman manager-menager sebelumnya sering melempem kinerjanya karena tidak mampu beradaptasi dengan PIC penting dalam perusahaan dan tidak mudah juga beradaptasi dengan budaya perusahaan. Ada pengalaman sebelumnya beberapa CEO tidak mampu bertahan lama, ya sekitar 6 - 12 bulan. Dari mereka yang bisa bertahan adalah mereka yang mampu menyerap apa yang diinginkan oleh direksi dan PIC, kemudian mampu memaksimalkan dalam kinerjanya.Ya mungkin banyak orang menyebut "cari muka", tapi diikuti dengan kinerja dan hasil tinggi. Dari pengalaman itu saya bisa mengambil kesimpulan bahwa adaptasi menjadi penting untuk bisa bertahan. Dalam adaptasinya seseorang yang harus mampu mengeskplore diri untuk menghasilkan kinerja positif dan hasil maksimal.

Awalnya saya sangat menekankan kemampuan teknis terhadap produk dan pelayanan menjadi kunci utama. Kemampuan teknis saya lakukan dengan menjelaskan secara detail tentang produk sampai kepada hal terkait dengan produk. Mungkin bagi seorang trainer tidak mudah melakukannya, kalau tidak ada ilmunya pasti fokus kepada sales saja. Sedangkan yang punya ilmunya belum tentu ikhlas memberinya. Di saat itu saya benar-benar mengajari manager sales itu dengan ilmu lengkap dan selalu saya gunakan knowledge management, diantaranya selalu merekam training dan membuat resume. Bahan training ini saya jadikan pula referensi bagi team saya. Saya menggunakan mind mapping dalam training product knowledge dan diskusi  serta role play. Hal ini untuk menyikapi direksi yang suka bertanya produk, dan ternyata persoalan produk dikuasai dengan sangat baik dalam waktu tidak lama 1 bulan. Kemampuannya selalu saya uji dengan team saya atau dengan staf call center dalam komunikasi dengan pelanggan. 

Kemudian kemampuan berikut adalah bagaimana berkomunikasi dan menjadi "partner" yang disukai dengan PIC perusahaan. Saya benar-benar mengenalkan karakter dari PIC perusahaan kepada manager sales agar mampu menjalankan tugas-tugas perusahaan. Bisa aja manager sales itu hebat dalam sales, tapi tidak masalah jika tidak bisa berkomunikasi dengan PIC-PIC perusahaan. Bagi manager sales ini sangat berarti nilainya, diantaranya adalah bagaimana berkomunikasi yang disenangi semua orang dengan karakternya masing-masing, bagaimana mengambil hati saat melakukan kesalahan, bagaimana menjadi pelaksana yang segera dengan perontah/program direksi dan PIC. Waktu itu saya mengajarkan jadilah orang yang selalau "yes men", artinya mampu menyerap perintah dan yang paling melaksanakannya. Biasanya mengatakan tidak yang diikuti dengan pemahaman sendiri dapat menyebakan ketidaknyamanan. Dalam hal ini saya menekankan bahwa yes man menuntut seseorang mengeksplore ilmu dan kemampuannya untuk menjalankan tugas, lebih baik dan lebih cepat dan menghasilkan. Al hasil adalah manager sales ini menjadi seseorang yang sangat disukai direksi dan PIC. 


Dalam mensukseskan manager sales ini, terutama menjadi nyaman di mata direksi dan PIC. Saya selalu mensupportnya dalam menjalankan program sales. Diantara adalah mengajarinya kemampuan untuk menarik di mata dealer. Caranya ? Pelayanan. Pelayanan memberi komunikasi yang inten kepada dealer tentang pemahaman produk, siap selalu menyelesaikan masalah dealer terutama pelayanan after sales service pelanggan, dan yang pasti sangat erat hubungan dengan team sales. Tidak hanya mengajari manager sales ini tapi mensupport dengan tindakan nyatanya. Hasilnya luar biasa, dalam waktu 3 bulan manager sales ini sudah membuktikan dengan hasil yang tadinya penjualan 1 M saja menjadi diatas 4 M. Jadilah si manager sales ini primadona perusahaan dan sangat disanjung oleh direksi dan PIC. Bahkan hal kecil saja diperhatikan direksi dengan membuat SIM mobil dan memberi fasilitas penginapan di apartemen (rumah lumayan jauh dari jakarta).



Legalah saya sebagai trainer, pengajar, sekaligus temen untuk mendampingi manager sales tersebut dalam meraih kinerja maksimal. Ini pengalaman yang tak terlupakan dalam perjalanan karir saya. Inilah semestinya dilakukan oleh training center, yang dikenal dengan meningkatkan Knowledge yang tadinya tidak bisa menjadi mahir, meningkatkan Attitude yang tadinya kurang positif menjadi sangat positif dan sabar, meningkatkan ketrampilan (skill) yang tadinya tidak trampil menjadi sangat trampil dan kreatif. Bukannya saya tidak percaya dengan training center luar yang menawarkan training dengan nilai yang cukup tinggi, tapi training center perusahaan dengan kemampuan trainer yang pembelajar mampu menghasilkan karyawan yang bagus bagi kelangsungan perusahaan. Perusahaan yang memiliki masa depan adalah perusahaan pembelajar. Apa itu ? Perusahaan pembelajar adalah perusahaan yang memiliki budaya belajar dari karyawannya, dan salah satu amanah itu diemban oleh training center. lebih-lebih Training center mampu efektif dalam trainingnya dan sangat efisien bagi perusahaan.

 Insya Allah tulisan ini dapat menjadi inspirasi bagi trainer dan manager training center dalam berkontribusi bagi perusahaan. Ikuti terus kisah pengalaman saya dalam tulisan berikutnya

Munir Hasan Basri

Writer, Trainer, Motivator


Membangun kemampuan salesmen

 Semangat pagi buat rekan-rekan, Insya Allah hari ini yang sedang tidak sehat disehatkan tubuh, pikiran dan hatinya agar mampu bekerja sekaligus beramal saleh. Yang sehat semakin mampu bekerja sekaligus beramal saleh yang produktif.

Tulisan saya sebelumnya tentang pengalaman dunia training center dan trainer adalah Membangun training center dari nol, Mengembangkan training center, Menjadikan training center sebagai pusat informasi, Membangun training center sebagai pusat pelatihan, Meneruskan keberadaan training center, Membangun kemampuan trainer, dan Efek kemampuan trainer,  Membuat materi training itu mudah,  Training center untuk Manager dan Direksi, Training center menyelenggarakan Sekolah SPG, dan Membangun kemampuan Salesmen.

Kali ini  saya berbagi pengalaman dalam membangun kemampuan salesmen. Sebenarnya menjadi salesmen itu bisa dikerjakan oleh semua orang dan kemampuannya sudah ada. Kadang seorang salesmen sudah mahir menjual hanya dengan sedikit tambahan kemampuan. Inilah yang kata orang sudah bakatnya jago ngomong dan mahir menjual. Faktanya hanya sedikit sekali orang yang seperti ini, bisa jadi hanya 5 % saja. Mereka ini sudah tidak ada "malunya" berhadapan dengan banyak orang dan bisa saja dengan komunikasinya menjual dengan baik (pelanggan terhipnotis). Kadang ilmu sales yang dimilikinya lebih tinggi secara kualitas (naluri) dari pada ilmu yang diajarkan. Beruntunglah perusahaan yang memiliki salesmen seperti ini.


Saya teringat pengalaman kerja sebelumnya, saya yang dulunya sebagai manager service diwawancara dengan seseorang sales manager. Katanya manager sales itu "Dia percaya kepada saya untuk jadi manager sales karena sudah memiliki kemampuan teknis dan bisa berkomunikasi dengan benar". Saat itulah saya mulai pede dengan kemampuan saya untuk menjadi seorang salesmen sekaligus pimpinannya. Hal ini terjadi sebelum saya menjadi manager training, SLC. Dalam training center, ilmu salesmen saya berkembang dengan baik, karena saya bisa menjadi salesmen dan juga sekaligus mengajarkan ilmu salesnya kepada salesmen. Keadaan inilah saya membangun kemampuan salesmen yang tidak memiliki bakat jadi salesmen. Salesmen seperti banyak, ya sekitar 95%nya. Ada yang awalnya terpaksa jadi salesmen karena tidak ada pekerjaan lain. Dorongan terbesar mereka adalah uang yang dihasilkan. Inilah motivasi terbesar mereka, dapat kerja dan dapat uang sebagai salesmen. Walaupun orang tersebut tidak memiliki kemampuan sales dan kadang rada malu.


Sekali lagi sebenarnya mereka yang 95% itu memiliki kemampuan sales, tapi terhalang oleh berbagai kepentingan. Karena "malu" jadi tidak mampu mengeluarkan kemampuan salesnya. Karena "terpaksa menjadi salesmen", kemampuan sales nya tak terjangkau oleh pikiran untuk jadi tindakan. Dan banyak sebab lainnya. Oleh karena itu saya berpikir tidak perlu mengajari banyak hal yang bisa dilakukan mereka untuk jadi salesmen. Ini juga menjadi parameter dalam mentraining seseorang. Cara atau resep seseorang tidak pernah bisa ditiru oleh orang lain, maka sebagai trainer hanya bisa membangkitkan kemampuan pada diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Kalau saya memaksakan cara berjualan A, belum tentu bisa dijalankan dengan baik oleh salesmen. Hal ini karena salesmen itu sendiri sudah memiliki kemampuan dan sering terjadi self talk terhadap cara berjualan A itu. Alhasil adalah salesmen tetap menjalani caranaya sendiri.


Langkah membangun kemampuan salesmen adalah fokus utama saya setelah memiliki pengalaman dalam training center. Alhamdulillahnya saya diminta untuk merubah seorang office boy menjadi salesmen. Apa mungkin ? Ya Insya Allah mungkin. Karena saya berpikir semua sudah memiliki kemampuan dasar dalam menjual. Pertama kali yang saya lakukan adalah melakukan apa yang pernah saya buat dalam sekolah SPG. Dalam sekolah SPG, SPG sudah memiliki niat untuk jadi salesmen, sedangkan OB tidak memiliki itu. Hanya OB sering mendengar dan melihat jadi salesmen itu banyak uangnya dan "hebat" lah. Inilah yang mendasari OB ini menjadi salesmen, dengan kata lain "ingin merubah nasib". Diawal saya saya mengajak mereka ngobrol tentang nasib. Apakah nasib mereka yang tentukan ? Sebagian mereka menjawab nasib itu di tangan Allah. Tapi saya mengajak berpikir dan merenungkan, mengapa nasib mereka menjadi OB, apakah Allah yang tentukan ? Mereka sadar ternyata BUKAN Allah yang menentukan nasib mereka jadi OB. Mereka memilih sendir menjadi OB dan patennya lagi pekerjaan OB itu dilakukan terus-menerus (kebiasaan), maka dikenalnya mereka sebagai OB. Untuk merubah nasib mereka, apa yang harus dilakukan ? Ya merubah pilihan dan pasti atas izin Allah. Mereka memilih jadi salesmen dan terbuka kesempatan oleh perusahaan untuk dipercaya dan Allah izinkan itu terjadi sebagai amanah yang mesti dipertanggungjawabkan. Ada 3 hal, memilih, dipercaya dan diizinkan.


Saya meletakkan dasar berpikir menjadi salesmen yang kalau saya sebut sebagai windownya. Sedangkan software mengikuti sistem windownya. Software itu adalah cara berjualannya dan manajemennya. Saya menguatkan mereka tentang 3 hal di atas. Memilih adalah tidak perlu disesali karena memang itu yang diinginkan. kadang memilih itu bisa dipengaruhi oleh pengaruh luar (seperti uang dan imajinasi menjadi salesmen). Sebenarnya Memilih itu tidak hanya memilih pekerjaannya saja menjadi salesmen, tapi memilih seluruh aspek tentang salesmen. Tidak sekedar berpikir sekedar uang dan kehebatannya, aspek belajar pelanggan, belajar manajemen dan berlatih mempraktekkan penjualan dan sebagainya.Apa artinya memilih ? Seperti halnya nikah itu juga memilih, tapi ditengah jalan bisa berpisah. Padahal memilih itu diawal adalah baik dan menjadi baik seterusnya. jangan sampai bilang, "udah tidak jodoh lagi karena beda prinsip". Memilih menjadi seorang salesmen sebagai pilihan, maka konsekuensinya adalah membuktikan bahwa menjadi salesmen itu benar sebagai pekerjaan yang saya tekuni. Apakah nanti bisa berubah memilih yang lain ? Bisa saja asal seorang salesmen sudah membuktikan bahwa jadi salesmen itu benar (dengan kata lain sudah sukses). Sukses itu adalah pembuktian pilihan tersebut. Bagaimana kalau memilih jadi salesmen tapi malas-malas yang bikin target tidak tercapai ? Ini bukan memilih tapi asal memilih alias mumpung ada kesempatan. Menjagak salesmen itu berpikir dan merenungkan tentang memilih saja sudah bisa membangkitkan rasa tanggung jawab atas pilihannya. Disini saya bisa membangkitkan semangat dan motivasinya. Alhasil semua ini bisa mendorong mereka untuk bekerja sebagai salesmen yang bertanggung jawab.

Disisi lain adalah kepercayaan perusahaan untuk mengangkat mereka menjadi salesmen. Kepercayaan itu pasti ada latar belakangnya dan percaya juga dengan  kemampuan Ob dalam menjual. Bagi OB saya hanya mengajak berpikir bahwa tidak mudah mendapatkan kepercayaan itu dan itu adalah kesempatan. kesempatan untuk mengubah nasib. Apa yang harus OB lakukan terhadap kepercayaan itu ? Membuktikan kepercayaan itu bener. Hal ini sangat berarti bagi OB karena dipercaya dan memiliki dorongan dengan mensyukuri kepercayaan itu dengan bekerja maksimal. Lalu hal berikutnya adalah izin Allah. Pasti semua terjadi atas izin Allah. Banyak orang tidak mempercayai hal ini, dan cenderung berpikir karena pilihan mereka saja. Disinilah saya membangun religius mereka untuk menyadari ada Allah dalam peran hidup mereka. Mengapa Allah izinkan ? Bisa jadi Allah memberi amanah karena Allah tahu mereka (OB) itu bisa mempertanggungjawabkannya. Bagaimana bisa mempertanggungjawabkannya ? Apakah mereka mampu ? Apakah mereka sanggup menghadapi semuanya ? Disinilah diingatkan lagi bahwa semua tanggung jawab kepada Allah itu adalah tanggungjawab tertinggi diatas perusahaan. Artinya secara tidak langsung, mereka bekerja menjadi salesmen itu untuk Allah. Dapat diartikan mereka melakukan hal yang baik dan positif jadi salesmen. Dan Allah tidak membiarkan mereka bekerja sendiri, tapi Allah selalu mendampingi mereka asal selalu sadar kepada Allah.

Selanjutnya pasti diajari tentang ilmu dan manajemn salesmen yang memudahkan mereka bekerja sebagai salesmen. Dengan kata lain saya hanya menambahkan ilmu yang mereka miliki dan meluruskan ilmu mereka. Alhasil OB tersebut menjadi salesmen beneran. Walaupun ada beberapa yang tidak performe dengan baik. 60% berhasil dan sekarang mereka menjadi salesmen di berbagai merek. Itulah nasib mereka yang tadinya seorang OB dan sekarang menjadi salesmen ... karena memilih untuk membuktikannya kepada Allah yang telah memberi amanah dan dipercaya oleh perusahaan.

Inilah yang saya lakukan dalam training center untuk membangun kemampuan salesmen, dan ini menjadi pengalaman yang luar biasa. Apa yang terjadi selanjutnya ? Saya menjadi kaya dengan pengalaman ini dan saya mampu melakukannya lagi. Ikuti kisah berikutnya tentang training center dan trainer.

Munir Hasan Basri

Penulis buku, trainer, motivator

Training center menyelenggarakan Sekolah SPG

Semangat pagi semuanya. Insya Allah setiap langkah hidup ini selalu dalam rahmatNya, dan saat lalai selalu pula diingatkan Allah. Jangan sampai lupa dengan sang Pencipta yang Maha rahaman dan rahim, sekecil apapun yang saya sadari dari diri saya adalah milik Allah dan selalu peran Allah. Satu tarikan napas saya adalah milik Allah dan saya mesti bersyukur dengan memanfaatkan tarikan napas itu jadi amalan. Saya membayangkan tarikan napas itu terhenti ... kembali kepada Allah.

Tulisan saya sebelumnya tentang pengalaman dunia training center dan trainer adalah Membangun training center dari nol, Mengembangkan training center, Menjadikan training center sebagai pusat informasi, Membangun training center sebagai pusat pelatihan, Meneruskan keberadaan training center, Membangun kemampuan trainer, dan Efek kemampuan trainer,  Membuat materi training itu mudah,  Training center untuk Manager dan Direksi, dan Training center menyelenggarakan Sekolah SPG 

Dari berbagai hal yang sudah saya lakukan tentang training bersama team, saya terpikir saat itu, mengapa saya tidak "membangun sekolah ?" Sekolah apa ya ? Saya masih bermimpi saat itu dan mulailah saya mengumpulkan beberapa training yang sudah saya lakukan, seperti motivasi, informasi produk dan perusahaan, training salesmanship dan training problem solving, training komunikasi dan lainnya. Saya merasa sudah cukup materi tersebut untuk membuat seorang SPG dari nol.

Awalnya saya mulai untuk menerima SPG-SPG baru yang diterima oleh perusahaan untuk dipekerjakan. Saya membekali mereka dengan motivasi kerja. Apa itu motivasi kerja ? Saya mengajak mereka untuk menyadari bahwa kerja bukan cari uang. Dan mereka heran, kok begitu. Mereka cari kerja untuk dapat uang. Betul begitu, setelah ajak mereka merenungkan lebih dalam. Ternyata hidup itu cari kerja walaupun sudah kerja. Diterimanya sebagai SPG adalah cari tempat kerja, lalu setelah masuk mereka harus benar-benar cari kerjaannya. Apa itu kerjaannya SPG ? Ya mengetahui produk, merek, perusahaan dan berani menawarkan produk agar calon pelanggan memutuskan untuk membeli. Jika kerjaan itu tidak dijalani dengan benar, maka tidak terjadi penjualan alias SPG tidak dapat uang. Setelah SPG menyadari apa yang mesti mereka cari (kerjaan), maka uang pun sepadan dengan apa yang mereka kerjaan. Saya bilang kepada SPG, "mau gaji gede, jual yang banyak. Jual yang banyak itu kerja yang banyak dan berkualitas". Disinilah saya membangun SPG dengan dasar yang kuat, bukan mengajari SPG dengan mimpi uang banyak dan fokus kepada menjual saja.

Langkah awal membangun sekolah SPG ini tidak hanya teori saja, tapi juga ada porsi prakteknya. Saat mereka saya ajari hal di atas, saya minta mereka mulai menjual (praktek). Apa yang mereka dapatkan dijelaskan kembali di kelas sekolah. Misalkan mereka bisa menjual 4 unit produk dan terjadi kegagalan 10 kali. Maka Mereka mesti mengambil hikmahnya, bahwa mereka mesti tahu penjualan itu terjadi tidak 100%, dalam hal ini SPG hanya bisa menjual 4 dari 14 kali aktivitas. Katakan saja jika uang yang didapat 100.000. Maka untuk mendapatkan uang 200.000, mereka harus cari kerja sebanyak 28 aktivitas.  Efeknya SPG menjadi sabar dan memahami rezeki Allah lewat kerja. Kadang bagus dan kadang belum dapat aja penjualan. 

Untuk melatih cara berkomunikasi dengan calon pelanggan, saya menerjunkan mereka dalam praktek setiap hari. Apa itu ? Mereka terjun di dunia call center, dimana mereka dapat menguji ilmu komunikasinya. Dan saya melatih mereka untuk presentasi kepada karyawan, selain melatih kepada calon pelanggan. Sekolah ini dibangun tanpa ada biaya yang berarti karena mereka mendapatkan ilmu gratis, praktek langsung gratis dan perusahaan mendapatkan hasil yang luar biasa. Dalam perjalanan sekolah SPG ini tidak semua berhasil. Dari 10 orang yang menjadi SPG hanya 6 orang dan sisanya kalah karena butuh uang (mencari pekerjaan lain yang langsung menghasilkan uang).

Ujian praktek tentang produk secara teknis dan non teknis, saya menerapkan role play atau diskusi produk. Dimana saya dan tean yang sangat paham teknis, benar-benar menguji jawaban yang pas sebagai SPG dalam berjualan. Misalkan jangan bilang produk ini hemat listrik, sedangkan calon pelanggan melihat data produk wattnya besar. Disini SPG diajari makna hemat, yang secara teknis adalah tergantung watt dan waktu. Berapa lama pemakaian atau fungsi produk itu berlangsung menjadi penentu hasil yang didapat ? Dalam hal setrika, mana yang hemat setrika dengan watt 250 watt dengan 350 watt ? Calon pelanggan cenderung memilih 250 watt dan lebih murah lagi. Tapi ternyata SPG mesti bisa menjelaskan bahwa watt 350 itu lebih hemat. Mengapa ? Lebih cepat panas dan hasil setrikaan rapi dengan waktu pemakaian lebih cepat dibanding setrika 250 watt (karena watt yang rendah memberi waktu pemanasan lebih lama). Hal kecil seperti ini mesti menjadi pengetahuan SPG untuk mengedukasi pelanggan. Selama ini SPG hanya dididik cara menjual dan triknya saja. 

Alhamdulillah saya dan team dapat mengembangkan training center sebagai "sekolah SPG". Berapa lama saya menjadikan SPG bersekolah ? Sebenarnya secara kelas bisa berlangsung 1 - 2 bulan, dan setelah mereka di kontrak sebagai SPG, maka training terus berlanjut di dalam training center. Saya dan team mendapatkan banyak pengalaman dan kemampuan baru (ilmu dan ketrampilan). Didalam dunia salesmen, banyak merek sangat ingin merekrut SPG dari merek yang saya training. Kata mereka bisa langsung pakai dan ilmunya canggih. Jadi deh SPG didikan training center waktu itu bisa jual mahal (minta gaji lebih tinggi) . Hal yang membanggakan saya dan team adalah di saat kami berada di mall sering ditegur SPG yang pernah kami didik, "selamat siang pak". Ternyata SPG tersebut sudah pindah ke merek lain, dimana kami tidak mengenalnya lagi. Beberapa alumni SPG sudah ada yang jadi supervisor sales dan bahkan manager toko.

Disinilah saya yang membekali trainee dengan ilmu carilah kerjaan, maka uang mengikutinya. Saya sudah paham betul dan menerapkannya. Saya selalu mencari kerjaan baru atau mengambil inisiatif kerjaan orang lain untuk dikerjakan. Disinilah saya membuktikan dan mendapatkan kepercayaan. Ingin tahu lebih banyak tentang training center dan trainer ? Ikuti terus tulisan saya berikutnya.

Training center untuk Manager dan Direksi

 Semangat pagi, Insya Allah tulisan yang saya share tentang training center dan trainer menjadi inspirasi dan membangkitkan siapa pun yang ingin meningkatkan kemampuan semakin tinggi.

Tulisan saya sebelumnya tentang pengalaman dunia training center dan trainer adalah Membangun training center dari nol, Mengembangkan training center, Menjadikan training center sebagai pusat informasi, Membangun training center sebagai pusat pelatihan, Meneruskan keberadaan training center, Membangun kemampuan trainer, dan Efek kemampuan trainer,  Membuat materi training itu mudah, dan Training center untuk Manager dan Direksi (tulisan saat ini)

Saya berkecimpung dalam training center sejak 2003 sampai sekarang. Saat ini saya tetap produktif dalam mencreate training dan mendelivernya untuk mereka yang merasa sudah produktif tapi nyatanya belum. Dalam sharing saya tentang training center dan trainer, perjalanan pengalaman berharga bagi saya. Dari tahun ke tahun saya terus mengembangkan diri menjadi "Trainer Profesional" dan yang pasti mengembangkan training center itu sendiri. Sebagai trainer saya memimpikan training center sebagai pusat pelatihan sudah terwujud waktu itu, dan satu lagi yang saya inginkan adalah training center untuk manager dan direksi. Saya berimajinasi, saya menjadi trainer bagi manager dan direksi. 

Ternyata dalam perjalanan training center yang sudah diakui oleh perusahaan mengantarkan saya benar-benar menjadi trainer yang memberi training kepada manager sales, branch manager dan direksi. Training untuk direksi dilakukan bersamaan waktunya dengan meeting tahunan nasional. Seperti biasa saya merespon ini dengan rasa senang dan banyak khawatir, apakah saya bisa ? Yang ada dalam gambaran saya, seorang trainer profesional di luar sana begitu menyakinkan dalam menyampaikan dalam trainingnya. Apa yang bisa saya lakukan ? Bersiap dengan bener, walaupun dalam pikiran saya pasti tidak ada yang bener dan sempurna.

Dari mulai mencari materi yang sederhana saja, seperti biasanya setiap tahun bos dan manager selalu meeting dan yang menarik adalah membicarakan hal yang sama dan solusi yang sama. Tema ini menjadi bagus menurut saya untuk disampaikan kepada direksi dan manager. Membicarakan yang sama menunjukkan adanya program yang tidak mampu dijalankan, bisa karena memang kemampuan orang yang menjalankannya tidak mumpuni atau memang program itu hanya di atas kertas tanpa adanya tindakan lanjutan untuk mempersiapkan segala hal bisa terjadi. Banyak bos bilang semua harus berubah, tapi pada kenyataannya bos sendiri tidak berubah. Kembali kepada rutinitas. Bos selalu minta omset, kalau tidak capai target dianggap gagal. Sehingga yang terjadi adalah semua manager berusaha berbagai cara untuk memenuhi target, cenderung tidak berorientasi kepada masa depan (cara yang kreatif). Perubahan disikapi sebagai bertambahnya omset BUKAN pengalaman baru yang bisa menambah kemampuan manager yang dapat merubah semua team untuk meningkatkan omset. 

Waktu itu, Saya mengajak semua orang berubah dengan rumus sederhana. Perubahan = potensi x action, saat action itu sama dari tahun ke tahun maka hasil cenderung sama. Action adalah perwujudan potensi yang sama pula. perubahan itu memang harus dimulai dari pikiran setiap orang untuk mampu melihat dengan ilmu agar menjadi potensi yang lebih baik.  Kalau seseorang ilmunya sama dari tahun ke tahun, maka kemampuan orang itu tidak bisa melihat peluang dari apa yang dimilikinya. Efeknya actionnya juga sama. Bagaimana hasilnya ? Maksimal bisa sama dan besar kemungkinan tidak sama. Kok bisa ? karena kompetisi diluar perusahaan berubah dan "menghambat" saya. Dalam keadaan seperti ini banyak bos dan manager panik dengan menyelesaikan dengan kondisi stress. Apa yang dilakukan, "marah-marah kalau belum capai omset". Manager hanya "yes-man" dan berusaha mencapai omset. Mereka kalau ada omset lebih ditahan untuk belum berikutnya, dan cenderung meminta program sales dan macem-macem sebagai alasan untuk bisa mencapai omset.


Sekali lagi dalam rumus yang saya sampaikan, dua hal yang bisa dilakukan untuk berubah. Itulah yang saya sampaikan kepada bos dan manager dalam trainingnya. Saya mengemukakan bahwa penting buat semua orang berubah lewat 2 cara berikut :

1. Kondisi yang nyaman dan tidak stress. Kondisi yang dibutuhkan untuk mampu berpikir positif, bukan stress dan tertekan yang memang menghadirkan pola pikir emosional. Kondisi nyaman ini bisa diciptakan sendiri atau dibentuk oleh team, tapi peran diri sendiri sangat menentukan. Apa yang terjadi ? Pikiran dengan mudah mengelana untuk hal yang sudah ada dalam pikiran dan terbuka untuk pikiran baru. Artinya jika hal ini dilakukan, maka potensi menjadi bertambah. Potensi yang bertambah mengantarkan diri untuk actionpun jadi lebih. perubahan ? Pasti terjadi, dan mesti harus konsisten.

2. Untuk meningkatkan potensi dapat pula dilakukan dengan menambah ilmu. Memahami ilmu dengan benar, tidak perlu banyak tapi sedikit tapi benar-benar paham. Misalkan ilmu networking, bila dijalani dengan ilmu bener, maka penambahan jaringan sedikit demi sedikit menjadi penting untuk menambah omset. Ilmu yang dipahami dapat membuka action mengikutinya sehingga perkalian potensi x action menjadi berlipat.

Tentunya dalam training itu saya tunjukkan perubahan itu melalui permainan sulap. Saya sudah mempersiapkan peralatan sulapnya untuk semua orang. Misalkan dengan permainan kartu saja, seorang manager dapat memberi kejutan kepada dealer dalam mengembangkan keakraban yang berujung kepada penjualan. Ilmu barunya ilmu sulap, actionnya bermain sulap, hasilnya semakin akrab dan penjualan yang meningkat. Saya minta manager itu membayangkan dilakukan 10 dealer, 20 dealer dan seterusnya ... mereka berubah dan berubah pula hasil yang proporsional.

Setelah training tersebut,Training center benar-benar telah menjadi pusat pelatihan seperti konsultan training. Perbedaan training center sendiri  pasti tahu keadaan perusahaan dengan baik dan memberikan solusi dengan "ikhlas". Bagaimana dengan konsultan training di luar perusahaan ... semua berujung uang dan apa yang diberikan belum tentu pas dengan keadaan manager dan persoalannya. Alhamdulillah setiap ada pelatihan bagi manager dan supervisor nasional, Training center menjadi pengisi acara. Terpenuhi sudah apa yang saya impikan, yang meningkatkan kemampuan training saya.

Manager dan direksi sangat respek dengan apa yang saya berikan, dan ternyata mereka merasakan hal baru yang belum pernah dialami sebelumnya. Dalam satu kesempatan saya pun training untuk manager dan direksi perusahaan lain, semua terpesona dan angkat jempolnya. Tersanjung deh saya, dan selanjutnya kemampuan ini membekali saya untuk memberanikan training untuk "publik". Ikuti terus pengalaman saya dalam training center dan trainer dari blog ini.

Membuat materi training itu mudah

Semangat pagi rekan-rekan. Insya Allah hari selalu ada keberkahan dari sisi Allah dan dimampukan untuk mensyukurinya. 

Tulisan saya sebelumnya tentang pengalaman dunia training center dan trainer adalah Membangun training center dari nol, Mengembangkan training center, Menjadikan training center sebagai pusat informasi, Membangun training center sebagai pusat pelatihan, Meneruskan keberadaan training center, Membangun kemampuan trainer, dan Efek kemampuan trainer, dan Membuat materi training itu mudah.

Berdoa selalu ada dalam diri manusia dengan menghadirkan harapan untuk mencapai tujuan. Harapan kepada Allah mendorong semua orang masih melakukan banyak hal dalam hidup ini. Harapan itu jalan menuju tujuan. 

Selalu menarik untuk berbincang training center, ada banyak ilmu dam ketrampilan di dalam training center. Yang utama adalah teamnya mesti selalu mencari ilmu-ilmu baru agar mampu meramunya dalam training yang disampaikan. Saat memasuki dunia kerja, pasti ada banyak masalah. Mengapa terjadi ? Terlalu fokus kepada masalah itu sendiri, sedangkan pikiran tidak dibuka untuk melihat banyak peluang untuk melewati masalah tersebut. Yang dibayangkan oleh seorang trainer adalah membuat training yang hebat dan membuat orang terpukau. Gampang nggak sih ? Bisa aja ATM BCA dengan training yang ada. Tapi kan jadi follower ? Disinilah masalahnya, hanya sedikit orang yang memiliki kemampuan mencreate training yang pas buat orang lain. Dalam perjalanannya, trainer begitu kesulitan dan tak mampu melakukannya. Lalu apa yang mesti trainer lakukan ?

Berpikirlah sederhana dan lihat peluang agar mampu dikembangkan menjadi materi training yang menarik. Saya lebih suka membahas yang kecil yang dianggap banyak orang tidak menjadi penting. Kalau bisa detail pembahasan yang kecil itu belum pernah dipikirkan banyak orang, hanya tahu kulitnya saja. Atau bahkan kalau ditanya bahasan kecil itu, mereka tidak bisa menjawab dengan benar. Saya kasih contoh, saya menemukan "Masalah" menjadi materi training yang menarik. Awali bertanya kepada trainee, apakah mereka tahu tentang arti masalah ? Ada yang jawab masalah ya kesulitan atau tidak tercapainya keinginan. Hanya sebatas itu. Mereka memahaminya kalau ada masalah, bagamana ? Hadapi saja. Selesai nggak ? Umumnya tidak selesai masalahnya. Lalu saya mengajak trainee untuk mendalami apa yang mereka sampaikan ...

Kata kesulitan, apa sih artinya ? Apa ya. Beberapa saat ruangan training menjadi hening dan seperti bingung untuk menjawab arti kesulitan. lalu saya lempar pernyataan,"bukankah kesulitan itu kemampuan yang tidak cukup menghadapi keinginan ?" Trainee mengangguk tanda setuju. Bagaimana cara mengatasi kesulitan ? Begitu banyak jawaban dan bahkan masih bingung mau ngapain. Saya aja mereka untuk memahami kata kesulitan tadi yang artinya kemamampuan yang tidak cukup, maka kesulitan itu bisa dilewati dengan cara menambah kemampuan (belajar). Tapi ada yang nyeletuk, kesulitan itu seringkali selesai setelah didiemin. Saya beranikan diri untuk menjelaskannya saat menghadapi kesulitan sering membuat mereka yang mengalaminya seperti tertekan,"kok sulit ya ?" Kondisi mereka tidak mampu berpikir sehat karena tertekan (stress), lalu kesulitan itu dapat diselesaikan selang beberapa waktu karena kondisinya relax yang mampu membukan pikiran sehat hadir. Dan ternyata kesulitan itu mudah kok untuk dilewati, "Mengapa kemarin saya tidak melakukannya". Begitulah kesulitan itu mudah untuk diselesaikan dengan menambah ilmu dalam keadaan relax. Ada kata kesulitan - ada kata kemampuan, lalu saya sambungkan dengan kata masalah yang juga memiliki padanan keinginan yang tidak tercapai, alias keinginan yang tidak diiringi dengan kemampuan yang menyebabkan tidak tercapai. Materi ini sederhana dikemas secara interaktif dua arah yang menyebabkan kondisi training menjadi menarik dan bisa berlangsung 2 jam. Jadi saya dan team tidak perlu mempersiapkan materi yang heboh, tapi cukup materi sederhana yang dikembangkan lebih detail dan biasanya dibalut dengan judul emosional, "Masalah itu enteng" dan dikaitkan lagi dengan "Masalah kerjamu ada dipikiranmu"

Seperti biasa proses knowledge management terus saya lakukan dengan mencatat hal yang mesti dilakukan dan juga ditambah dengan keterkaitan materi ini banyak pihak. Ditampilkan dengan power point yang menarik lewat gambar dan animasi. Apakah ada kesulitan dalam membuat training ? Kalaulah masih terasa sulit, maka ciptakan relaksasi bagi diri dengan membaca buku atau sejenisnya. Kalau pun belum mendapatkannya, mulailah mencoret-coret tulisan tangan dengan menuangkan ide, dan berdoalah. 



Era digital banyak terbantukan oleh AI, Mudah tapi tidak orisinil dan tidak memberi nilai tambah bagi trainer. Bisa saja dengan mind mapping semakin mudah untuk mengembangkan materi training. Dengan terus-menerus membuat materi training "baru" membuat semakin mahir dan kemampuan pun semakin tinggi. Apa efeknya ? Terkadang saya dan team diminta membahas suatu masalah, baik yang hadir lewat pertanyaan atau terlintas dalam pikiran. Tidak ada dalam rencana training, tapi mesti siap menghadapi semua itu. Karena terbiasa mengembangkan satu kata menjadi lebih bermakna, maka saya dan team pun mampu mengolah masalah dan selalu mengkoneksikan dengan banyak hal atau kejadian saat itu. Alhamdulillah kemampuan yang dikembangkan sebelumnya lebih mudah diingat karena dibuat sendiri dan dialami sendiri. Bayangkan AI yang memudahkan banyak orang tapi mesti dihafal dan dipahami, kan lebih mudah mengcreate sendiri. 

Hari demi hari begitu  banyak materi yang sudah dibuat, lalu saya pun membaca ulang dan biasanya selalu ada pembaharuan materi. Saya terus melakukan revisi materi dan mengembangkan materi sebelumnya semakin luas. Kemampuan ini menjadi modal bagi saya dan team untuk selalu update dalam memberikan training kepada siapapun. Ada trainee bilang,"kok materinya nggak habis-habis untuk training dari waktu ke waktu sepanjang tahun" atau "selalu ada aja materi baru yang lebih menarik  saat training".  

Apa yang hikmahnya ? Karena membuat materi training itu mudah, maka saya pun semakin kritis terhadap diri saya sendiri. Saya memilih materi yang berhubungan dengan hidup dan kerja saya. Bayangkan saat saya mengembangkan materi yang berhubungan langsung dengan saya, alangkah indahnya materi training bisa menyelesaikan persoalan hidup saya. Inilah materi training yang membumi bagi trainer, yang mampu selalu memotivasi diri dan juga memberi inspirasi bagi banyak orang. Nggak lucu dong, trainer (motivator) kok ngga bisa motivasi sendiri. Nggak lucu dong, trainer (memberi ilmu) kok tidak mampu menyelesaikan dirinya sendiri.

Apa yang saya jelaskan di atas adalah pola membuat materi training yang mudah, tapi sekaligus materi yang benar-benar dikuasai sendiri dengan baik dan dapat dilakukan banyak orang. Training center yang saya bangun dan kembangkan memberi saya banyak inspirasi untuk menjadi semakin baik. Dan yang tak terbayangkan oleh saya hari ini  adalah saya sudah mampu membuat materi dengan baik dan saya juga sudah mampu menulis buku dan menerbitkannya. Ada 3 buku yang telah terbit, dan beberapa lagi dalam bentuk ebook yang berkualitas. Judulnya "Semangat kerja yang konsisten", "kerja bahagia dengan BUS Way", "keyakinan memperkaya kerja produktif", dan buku berikutnya "7 langkah manajemen syukur".

Menjadi pengalaman yang menarik sebagai trainer dan manager training. Ada banyak tulisan lagi tentang training center dan trainer selanjutnya. Ikuti terus sharing saya.


Efek kemampuan trainer jadi EO

Semangat pagi rekan-rekan, Insya Allah hati yang terbuka selalu membuka diri untuk bersyukur karena mampu melihat nikmat Allah. 

Alhamdulillah saya masih diberi kemampuan untuk bercerita pengalaman dunia training center yang saya alami dan pengalaman tersebut menjadi menarik. Menarik ? Iya. Banyak pengalaman baru pada saat itu dan hasilnya sukses. Pengalaman demi pengalaman yang sukses memberi semangat yang tinggi untuk menciptakan hal baru. Kesuksesan itu menambah keyakinan saya untuk terus berkarya dalam training center yang benar-benar menjadi tempat pelatihan, khususnya team dan stack holder lainnya.

Tulisan saya sebelumnya tentang pengalaman dunia training center dan trainer adalah Membangun training center dari nol, Mengembangkan training center, Menjadikan training center sebagai pusat informasi, Membangun training center sebagai pusat pelatihan, Meneruskan keberadaan training center, dan Membangun kemampuan trainer, dan Efek kemampuan trainer.

Kali ini saya ingin berbagi training center yang terus berkembang dikarenakan saya dan team trainer yang juga terus mengembangkan diri menjadi terbaik. Yang memang awalnya, semua dimulai dari nol dan semua mengalami semua aktivitas dan perubahannya. Saya yang awal tidak begitu baik dalam berkomunikasi menjadi semakin ahli dalam deliver kepelatihan, tadi kuran trampil dalam memimpin (lead) sebuah team menjadi semakin memahami makna lead dengan ilmu dan pengalaman yang semakin baik, awalnya hanya mengerti teknis saja dan menjadi trainer dan manager yang kaya dengan wawasan yang lebih luas dan menjadi semakin bijak. Team saya yang tadinya tidak paham training menjadi semakin mahir dalam training, tadinya kaku menjadi trainer dan telah berubah menjadi trainer yang dikangenin, ilmu dan ketrampilan yang semakin banyak. Tambah lagi saya dan team semakin sabar untuk terus memperbaiki kualitas diri dan semakin pede.

Sebelum ini saya berbagi pengalaman menjadi semakin lebar pengetahuan saya yang berhubungan dengan hal teknis, marketing dan sales. Sekarang saya berbagi menjadi EO dan pelaksana (pengisi) acara gathering dealer di cabang-cabang. kalaupun ada artis dan pengisi acara lainnya, saya dan team selalu menjadi team utamanya, terutama untuk acara nasional. Membayangkan amanah ini yang sebelumnya tidak terpikirkan. Memang untuk dicabang, saya dan team melakukan product knowlegde untuk para dealer sebagai acara utama yang dihadiri para bos dealer. Tidak menarik kalau hanya acara pengenalan poduct knowledge, maka ada inisiatif saya dan team untuk mengemasnya menjadi lebih lengkap. Gathering party ! Bersama BM dan team cabang, saya menyusun acara dan persiapannya. Saya sebut sebagai EO karena saya dan team merancang acara yang berisi product konwledge, ada games/sulap, ada musik, ada MCnya, ada demo product dan display produk, bahkan saya dan team ikut mensukseskan penjualan dengan tawar-menawar produk. Dari melihat lokasi gathering dan mendesain tata letak, lalu menata produk dan mempersiapkan live demo produk. MC ? ya saya dan team. Kalaupun ada beberapa acara saya mendampingi MC lokal. Semua ini dapat saya dan team jalani karena memang kemampuan itu sudah dikuasai semua team. Saya dan team menjalani semua rangkaian acara itu yang dimulai sore hari ini sampai larut malam. Terasalah pegal dan lelah, tapi semua itu memberi kesan baik karena memang saya dan team lakukan dengan senang hati. Saya dan team pun berbaur dengan staf cabang agar acara gathering selesai tuntas. 

Dari gathering cabang ke cabang berikutnya dan berkeliling seluruh Indonesia. Ada kisah trainer saya berasal dari Betawi yang belum pernah naik pesawat, pengalaman berkeliling ini menjadikan dia merasa mewah. katenye, "gue naik besi terbang" dan menjadi kebanggaan bagi keluarganya. Waktu trainer ini cerita tentang besi terbang ini bikin tertawa semua team. Lokasi Acara gathering lebih sering di hotel, yang menarik adalah ada beberapa chef hotel terkesan dengan demo masak team. Masakan yang didemokan menjadi menarik chef hotel, "masakannya enak" dan terkagum dengan alat masak yang sederhana berupa active jar. Team juruk masak SLC pun semakin terdorong untuk mengembangkan resep-resep yang digemari masyarakat. Ada resep khusus yang terinspirasi dari pacar cina  Thalang di Riau, membuat kolak yang dicampur nangka dan bahan-bahan lain. Resep ini dibawakan di cabang lain, ternyata responnya sangat antusias. Saya salut dengan team demo masak ini karena mereka melakukannya dengan senang hati, yang bisa menambah nikmat masakannya. Kata orang, resep boleh sama, tapi menjadi enak dan maknyus tergantung yang masak.


Yang menarik semua team mampu menjadi MC layaknya MC profesional. Tentunya saya dan team membawakan acara sangat kuat nuansa merek dan perusahaannya karena memang itu penguasaan kami, Bayangkan MC luar yang hanya tahu sedikit setelah dibriefing sehingga membawakan acara tidak maksimal dalam promo produk, merek dan perusahaannya. Tidak hanya bisa menjadi MC, team pun mampu membawakan permainan (ada sulapnya juga) untuk membuat acara menarik. Menjadi MC menuntut team juga mengembangkan asesoris dan atribut yang menarik. Saya merasa bahwa sebagai trainer yang bener telah memiliki kemampuan yang dapat diterapkan di bidang lain, diantaranya saya mengelola acara besar di cabang dari disain sampai selesainya acaranya. Pengalaman yang sangat berharga ini karena dilakukan berulang dari satu cabang ke cabang lain, kedekatan dengan BM dan team cabang menjadi akrab dan kedekatan dengan bos dealer yang memudahkan komunikasi pelayanan produk dan service perusahaan.



Dalam perjalanan gathering di cabang, saya dan team juga melakukan branding dengan kemasan demo masak di tempat umum atau event senam bersama. Media ini menjadikan saya dan team benar-benar memanfaatkan "cuci otak" calon pelanggan dengan produk dan merek. "Seeing is believing", demo masak dan demo produk lainnya yang menunjukkan kelebihan fitur produk membuat calon pelanggan tertarik membeli. Apalagi mereka merasakan hasil dari demonya (berupa makanan enak). Calon pelanggan yang tertarik pun selalu meminta resep yang didemokan, saya dan team sudah menyiapkan one pagenya. Aktivitas ini benar-benar aktivitas marketing dan sales yang langsung kepada calon pelanggan dan terbukti hasilnya. Permintaan event ini lebih banyak diminta dealer di cabang sehingga semakin banyak yang mesti saya dan team lakukan. Saya berupaya untuk menjadikan semua team bisa melakukan aktivitas tersebut dengan sendiri atau paling banyak berdua. Ternyata berhasil tanpa harus menambah team baru.

Yang tak kalah menariknya, pengalaman di atas membuat saya dan team bisa bertemu chef terkenal, artis seperti Titik Kamal dan Citra Kirana. Pengalaman yang menarik saya dan team yang mesti mampu brieifing tentang produk dan merek kepada orang terkenal. Bisa bersama dalam satu acara adalah yang tidak terbayangkan. 

EO ? MC ? "Entertainer" ? Tak terbayangkan yang awalnya hanya sebagai trainer. Itulah perjalanan saya merasakan efek kemampuan trainer jadi EO. Sepertinya tidak mungkin, tapi terjadi. Jalani saja perjalanan hidup ini, kalau apa yang saya mau pastilah hasilnya berbeda. Menerima dengan senang hati amanah yang diramu dengan sikap mau belajar telah membuka diri saya kepada dunia yang lebih luas. Yang tidak baik bagi saya, ternyata baik di mata Allah. Dan pandangan baik di mata Allah itu adalah skenario Allah buat saya menjadi berkemampuan baik. Terima kasih Allah, hanya kepadaMulah segala pujian.


Membangun kemampuan diri trainer

 Semangat pagi rekan-rekan. Alangkah baiknya pengalaman yang berharga itu dituliskan dalam kisah perjalanan kerja yang bisa menjadi hikmah bagi banyak orang. Selalu ada yang baik dan yang tidak baik ... Orang baik selalu melihat dengan kacamata yang baik.

Tulisan saya sebelumnya tentang dunia training center dan trainer Membangun training center dari Nol, Mengembangkan training center, Menjadikan training sebagai pusat informasi, Membangun training center sebagai pusat pelatihan, Meneruskan keberadaan training center, membangun kemampuan diri trainer

Cerita tentang dunia training center dan trainer bisa menjadi sebuah knowledge management yang berharga untuk dikaji lebih lanjut, sebagai cerita  sukses, referensi untuk mengembangkan hal baru dan inspirasi untuk bidang lain. Kali ini  saya berkisah tentang kemampuan saya dan team trainer yang tadinya tidak memiliki kemampuan training menjadi sosok trainer sekaligus trainer lebih. Kok ada kata lebihnya ? Kata lebih dari trainer itu dikarenakan adanya sikap pembelajar team untuk berkembang.

Saya mulai dari saya sendiri sebagai manager training dan trainer, dengan latar belakang teknis (hanya S1 elektro) dari lulusan institut terkenal di negeri ini. Ada semacam sugesti percaya diri yang tinggi dalam bekerja, apapun jenis pekerjaannya. Menjadi trainer itu tidak langsung berhubungan dengan latar belakang.  dan produknya juga memang produk elektronik rumah tangga. Di awalnya kemampuan saya lebih fokus kepada hal teknis saja dan karena keterhubungannya saya dengan berbagai bidang lain seperti salesmen, kualitas produk, marketing, service menjadikan saya semakin menguasai materi dibidang tersebut. Yang menarik kemampuan saya itu menjadi lebih "tahu" karena saya meramu (menggabungkan dan mengembangkan) materi training dengan bisang terkait.  Jadilah saya yang kaya kalau bicara produk dan disukai oleh banyak pihak (pimpinan perusahaan) dan pihak luar karena penjelasan yang saya sampaikan mudah dimengerti.

Karena kemampuan diri saya yang tahu teknis (produk) dan memahami bidang terkait, saya dipercaya sebagai orang yang berperan dalam pembuatan fitur produk. Saya diminta komentar dan menggali fitur produk yang lebih kaya dengan bahasa yang pas bagi pelanggan. Tugas ini sebenarnya dibebankan kepada product manager dan marketing manager, Alhamdulillah saya dipercaya mengambil peran. Saya berhak mengganti atau menambah kalimat yang ada di material brosur dan media iklan lainnya. Karena tugas ini saya memiliki kemampuan menciptakan istilah dari sebuah fitur produk dan juga tema produk. Pada zamannya, saya dan team mengembangkan produk yang sudah dipasarkan Active Jar dengan panci stainless steel. bersama team demo masak (trainer wanita) , saya menciptakan alat masak Active Jar dengan kemampuan 6 in 1. Yang utama adalah panci stainless steelnya dapat digunakan untuk menggorreng dan menumis.  Hadirlah wawasan alat masak yang aman, karena siapa saja bisa memasak dengan Active Jar stainless steel dan jenis masakan menjadi lebih kaya  karena bisa bikin kolak, sayuran dan tumisan. Bagi anak kos sangat berharga. Itulah kisah mengembangkan produk Active Jar menjadi berharga bagi pelanggan. Selanjutnya semua anggota team bisa masak karena tuntutan trainer mesti mendemokan produk. mengapa hal ini bisa terjadi ? Saya dan team yang biasa mendeliver pengetahuan produk kepada toko mesti mengikuti fitur-fitur dan pengetahuan dari produknya. Bayangkan Saya dan team sering mengalami ketidakcocokan apa yang disampaikan (teknis) dan fitur yang ada yang menyebabkan calon pelanggan tidak percaya kepada produk. kepercayaan perusahaan terhadap kemampuan saya dan team sangat membantu memarketingkan produk. 

Setelah hal di atas terjadi, saya mendapatkan kepercayaan untuk mencoba, memainkan, mengevaluasi dan fitur produk yang segera dijual. Sebenarnya tugas ini sudah dilakukan di pabrik, tapi menjadi tantangan bagi saya untuk menjadi kaya terhadap evaluator produk. Bersamaan dengan kepercayaan ini pula, saya selalu mengusulkan produk sejenis untuk dibandingkan dari berbagai merek. Al hasil saya dan team menjadi sangat kaya tentang produk dan isi dalamnya, dan bahkan sangat tahu kelemahan dan kelebihan dari berbagai merek. Kepcercayaan ini menjadi sangat berharga dimana saya selalu menerima dengan pekerjaan baru. Dalam perjalanannya, Saya dan tema juga mampu membandingkan produk terkenal untuk dievaluasi dicarikan kelemahannya (real teknis) bukan diakali. Hal ini bisa berasal dari keluhan salesmen yang tidak mudah menjual produk atau secara produk memang terlalu umum. Masukan ini menjadi bahan untuk saya mengolah produk itu dengan tema dan fitur yang baik "baru" yang membantu salesmen mudah menjualnya. 




Ada menarik lagi, saya dipercaya untuk memberi nama produk baru. Saat itu saya menciptakan nama Pladisk dan Spoony, dimana produk tersebut menjadi booming di pasaran. Saya merasa sudah bukan lagi sebagai trainer, tapi trainer lebih. Saya bekerja lintas bidang pekerjaan, bukan sebagai teoritis tapi sudah benar-benar terapan.

Dengan awalnya berlatar belakang teknis, lalu keterkaitan dengan bidang terkait yang membawa saya dan team menjadi kaya dengan knowlegde lebih. Saya bukan saja sekedar tahu dunia training, tapi bisa berbicara dengan nuansa sales, marketing, teknis, kualitas, iklan dan lainnya. Inilah yang saya sebut trainer lebih. Atau sebaliknya saya bisa menjadi marketer dengan nuansa background dunia training. Awalnya memang saya hanya mengandalkan karyawan pembelajar dan selalu menerima pekerjaan baru yang diluar pekerjaan utama. Dalam hal ini saya tidak muluk-muluk dengan teori-teori yang ada, yang penting saya mengerjakannya dan mengalaminya (pengalaman). Ini sudah menjadi saya menerapkan yang real dalam pekerjaan.

Alhamdulillah saya bisa menjadi seperti di atas (trainer lebih) karena Allah. Semua milik Allah, tubuh saya, pikiran saya, team saya, kepercayaan (amanah Allah), ilmu saya dan apapun, Saya hanya  pelaksana saja. Saya wajib berterima kasih dan bersyukur. Bayangkan kalau semua itu bukan saya tapi orang lain, maka saya tidak bersyukur dan tidak mendapatkan amalan yang diizinkan Allah. Bekerjalah dan lakukan dengan sungguh-sungguh.  

Meneruskan keberadaan Training center

 Semangat pagi rekan-rekan dan Insya Allah selalu dapat merasakan nikmat Allah dan mengikutinya dengan bersyukur

Tulisan saya sebelumnya adalah Membangun training center dari nol, Mengembangkan training centermenjadikan training center sebagai pusat informasi, dan Menjadikan training center sebagai pusat pelatihan

Pengalaman yang menarik dalam mengelola training center atau apapun adalah keberlanjutan atau continously atau konsisten atau istiqamah. Dalam perjalanan membangun dan mengembangkan training center, selalu ada kebanggaan saat berhasil dan ada pula sebaliknya "menurunnya motivasi" yang berdampak kepada keberlangsung training center itu sendiri. Ini menjadi concern saya meneruskan keberadaan training center. Karena isi training center itu manusianya, ya trainernya ... sudah sepantasnya saya berfokus kepada orangnya (teamnya). 

Apa yang menjadi persoalan team, diantaranya adalah gaji. Keinginan semua orang memiliki gaji yang tinggi dan semakin tidak mudah setelah dihadapkan dengan persoalan ekonomi keluarga. Solusi singkat bagi team adalah mencari gaji tinggi dengan melirik perusahaan lain. Tidak mudah menahan team SLC, dan 1 trainer mengundurkan diri. Hanya persoalan gaji. Sebelumnya saya selalu mengedepankan "masa depan" dengan menjadi trainer yang berkualitas. Memang dengan kualitas trainer saya sudah melebihi dari trainer standard dan memang laku di perusahaan lain. Saya selalu mengajak team untuk berpikir bahwa jika pindah atau keluar dari team, apakah ada jaminan trainer bisa berkembang ? Didalam team, saya menekankan untuk melihat masa depan yang cerah dengan melakukannya. Saya memberanikan memberi janji bahwa "kalau team sudah menjadi diatas ekspektasi perusahaan, mestinya perusahaan pun tidak mau kehilangan sdmnya". Janji ini selalu saya buktikan dengan selalu memberi ilmu baru agar kemampuan trainer menjadi semakin berkualitas. Saya tidak hanya mengajarkan ilmu training, tapi membuka opsi pengetahuan yang dibutuhkan seperti ilmu komunikasi yang baik, ilmu pikiran (alam bawah sadar), NLP, memahami bidang lain seperti menjadi MC, menjadi EO dan bahkan dibangkitkan nilai agamanya.  Dengan ilmu yang saya berikan membuat trainer jadi "terbuai" untuk bertahan atau meneruskan training center. Saya menekankan bukan sekedar uang (gaji), tapi perlu membangun diri terhadap lead masa depan dan ilmu yang terus bertambah. Alhamdulillah saya masih bisa meneruskan training center dengan 3 team, dan saya memutuskan menambah 1 team baru.

Alhamdulillah saya mendapatkan 1 team trainer yang tanpa pengalaman, hanya mengandalkan pintar komunikasi dan humoris. Trainer baru inipun menjadi contoh bagi team yang ada bahwa saya bisa menciptakan trainer dari nol. Trainer baru ini tidak memiliki kemampuan pengetahuan yang sesuai produk. Mulailah saya mendidik dan mengajarkan produk dan tentang training. Tak lama juga dalam waktu 1 tahun, trainer baru sudah siap menjadi team baru. Gaya humorisnya membuat training menarik dan di awal saya mendampingi dari aspek teknis produk dan trainingnya. Beberapa peserta lebih tertarik dengan trainer baru yang lebih humoris, dan team yang ada kurang humoris. Tetapi bila digabung, maka team SLC ini menjadi sempurna. 

Tentu tidak sekedar menglead masa depan dan ilmu untuk meneruskan keberadaan training center, saya juga mengembangkan produk training center yang lebih kaya. Ada kebutuhan saat itu adalah bagaimana bisa menjual dan menarik bagi calon pelanggan ? Saya berpikir Calon pembeli cenderung percaya dengan apa yang dilihat dan dijelaskan tentang produk. Terpikirlah saat itu menjadikan terutama trainer wanita untuk mendemokan produk dengan "masakan". Trainer wanitanya juga seneng masak. Jadilah saya mengembangkan produk dengan masakan. Active jar yang berbahan panci stainless diperkaya bisa masak dengan menggoreng. Hal yang berbeda dari biasanya. Satu alat bisa masak semuanya. Tidak hanya demo masak saja, tapi team mengembangkan resep-resep yang disukai banyak orang dan akhirnya menjadi training center juga menjadi "cooking class". Tidak hanya active jar, tapi team juga mengembangkan demo untuk dispenser dengan menyajikan minuman dan hal praktis lainnya. Program ini disambut baik oleh team salesmen dan semakin meningkatkan penjualan. Team trainer menjadi bersemangat dengan program ini karena trainernya bisa tampil di tempat umum dan juga bersama brand ambasador merek. Jadilah terkenal deh. Bagi saya meneruskan keberadaan training center itu menjadi penting yang penuh dengan inovasi. Puncak program demo ini adalah masak bersama 100 ibu-ibu yang disupport menteri wanita saat itu. Sangat berkesan bagi team dan menjadi dikenal program demo masaknya. 



Saya merasa lega ... sesuatu yang tidak terpikirkan sebelumnya dapat saya jalani. Menjalani langkah demi langkah menjadi kunci saya dalam meneruskan keberadaan training center yang semakin berkualitas. Satu langkah dapat membuka jendela tentang banyak hal yang bisa saya lakukan. Saya pun bisa demo masak. Beberapa event demo masak, saya dan team menjadi konsultan produk dan demo masak bagi chef untuk tampil di TV. Yang pasti knowledge managementnya saya jalankan dengan membuat buku resep praktis masak dengan active jar, dengan dispenser dan microwave oven. Dan tak lupa pula video demi video dibuatkan untuk menjadi petunjuk bagi team salesmen. 


Inilah pengalaman dalam menjalankan training center menjadi semakin kaya dan berkualitas. Tidak mungkin setelah membangun training center dan tidak menjadikannya apa-apa. Kata kuncinya memang sikap pembelajar yang terus-menerus sehingga mampu meneruskan keberadaan training center. Satu hal yang mesti bersaing dengan "uang" karena semua orang butuh, tapi jauh lebih bermakna untuk memahami dan menuju masa depan dengan bertambahnya ilmu. Lead tentang masa depan itu adalah berbuat hari ini. Saya terus menulis berbagi pengalaman sebagai pimpinan training center dan sebagai trainer profesional. Ikuti tulisan saya berikutnya


Membangun Training center sebagai pusat pelatihan

 Semangat pagi rekan-rekan dan Insya Allah hari ini dimampukan berbuat kemanfaatan.

Tulisan saya sebelumnya adalah Membangun training center dari nol, Mengembangkan training center dan menjadikan training center sebagai pusat informasi

Saya melanjutkan tulisan tentang pengalaman memimpin training center yang sebenarnya. Yang sangat berharga adalah pengalaman yang merupakan akumulasi kebiasaan-kebiasaan terbaik dan juga tindakan yang tidak tepat juga. Segala sesuatu terjadi karena tindakan. Tapi tidak semua orang melakukan tindakan, yang menjadi pengalaman baik dan menumbuhkan ilmu dan wawasan baru yang lebih luas. Mengapa saya menekankan tindakan dan pengalaman dalam training ? Karena ada beberapa orang yang pintar dan paham apa itu training, trainer, atau training center , tapi belum mampu menjadikan apa yang dipahami menjadi kebiasaan. Mungkin iya, sudah bertindak. Tindakan 1 bulan saja belum mampu untuk memberi pengalaman yang terbaik dengan berhadapan banyak persoalan. Saya dan team SLC melakukan tindakan itu selama lebih dari 15 tahun dan menjadi sangat berpengalaman dalam menangani training center dengan segala aspeknya.

Terpikir oleh saya bahwa begitu banyak pelatihan manajemen dan motivasi yang menggoda banyak perusahaan untuk mengikuti pelatihannya. Pusat-pusat kepelatihan atau trainernya banyak menawarkan kesuksesan setelah mengikuti pelatihan mereka. Bahkan judulnya menarik agar karyawan atau perusahaan memilihnya. Saya sendiri pernah mengikuti pelatihan mereka, dan hanya merasakan saat pelatihan begitu antusias dan bersemangat dengan ilmu baru dan berencana menerapkannya. Tapi semua itu hanya bertahan hanya sampai 3 bulan, dan saya kembali kepada kehidupan rutin di kantor. Dalam hati kecil saya, dengan materi yang diberikan dalam pelatihan itu, "saya juga bisa dan bisa lebih baik". Berawal dari hal inilah saya berkeinginan saat itu menjadikan training center SLC itu sebagai pusat kepelatihan. 



keinginan itu menjadi nyata setelah saya dan team menyedikan buku-buku motivasi dan manajemen. Sikap pembelajar membuat saya haus ilmu dan ingin menguasainya. Lalu saya merumuskannya isi buku menjadi sebuah pelatihan. Langkah pertama saya adalah mendeliver training yang berbeda dari biasanya :

Melakukan training product knowledge dengan berbagai aspek teknis dan salesmanshipnya. Saya menambahkan training ini dengan motivasi membangun diri sebagai salesmen, dan memberi motivasi untuk menjual produk.

Apa yang terjadi ? Training yang saya berikan memakan waktu lebih dari 2 jam, padahal untuk training yang sejenis dari berbagai merek hanya sekitar 30 menit dan membosankan. Ternyata training SLC itu menarik bagi peserta dan tidak terasa waktu yang 2 jam terasa singkat. 

Kepada siapa saja training diterapkan ? Kepada team salesmen sendiri dan juga kepada dealer (toko tradisional dan toko modern). Training ini semakin diminati banyak toko dan team salesmen. Saya dan team sangat sibuk melakukan training dan sangat sibuk pula dalam mengupdate materi training.  Dengan tindakan yang tidak hanya 1 bulan tapi sampai sepanjang tahun, maka terbentuklah pengalaman dan kemampuan yang semakin baik dalam training. Salah satu yang menarik adalah saya dan team mampu memberikan pelatihan outbound yang terpadu dengan training salemanship dan motivasi. Biasanya training outbound ini berlangsung di satu tempat yang nyawan dengan durasi sampai 2 hari dan berlangsung di outdoor. Peralatan games, saya dan team membuatnya sendiri. Jadilah training yang luas biasa dan sangat berdampak bagi team salesmen. Puncak training outbound ini adalah saya dan team sebagai pelaksana bagi Gathering seluruh karyawan selama 1 hari penuh. Dalam gathering ini kami menjadi EO sekaligus pelaksana outboundnya).  Pengalaman yang luar biasa dari merencanakan acara, mengelead semua karyawan yang lebih dari 200 orang lebih untuk dapat mengikuti acara dengan baik. Tidak hanya karyawan yang ikut, tapi semua manager dan direktur sebagai pemilik perusahaan. Semua orang menikmatinya. Menjadikan perjalanan sejak berangkat dari kantor menuju lokasi dan kembali lagi yang juga diisi dengan atraksi yang menghibur. Saya dan team juga mampu melaksanakan training outbound di dalam indoor. 

Sejak itu saya dan team dipercaya untuk melaksanakan training "outbound" bagi karyawan. Training center SLC telah bertumbuh menjadi bukan sekedar training saja, tapi sudah melengkapi trainingnya dengan training yang luar biasa. Dari bulan ke bulan, saya dan team melaksanakan outbound ini untuk dealer-dealer. Inilah pengalaman yang sesungguhnya, sudah menjadi kebiasaan dan sangat berarti menumbuhkan kemampuan saya. Apa artinya buat saya ? Saya mampu menciptakan training-training bermanfaat dan berkualitas, dengan kata lain sekalipun saya tidak memiliki team lagi, maka saya dapat membangun team baru lagi sekalipun belum berpengalaman. Trainingnya ? Saya mampu mengupdate trainingnya sesuai kebutuhan dan zamannya. Bahkan team saya pun mampu melakukan apa yang saya lakukan, sangat bergantung kepada latar belakang anggota team.

Inilah langkah-langkah saya dalam membangun training center yang berkualitas dan berwawasan luas. Mengawali perjalanan membangun training center dengan sebuah penugasan yang seperti coba-coba, disinilah kekuatan personal untuk membangun diri dan team yang kuat. Semua itu dapat dilewati dengan tidak mudah. Selanjutnya tahulah bahwa setiap perusahaan tidak ingin mengeluarkan biaya yang banyak, disinilah saya sekali lagi membangun training center bener-bener dengan sebagian modal sendiri. Saya mengikuti berbagai pelatihan dasar yang dibutuhkan dengan biaya sendiri agar saya pun siap dengan ilmu yang memadai untuk mengembangkan training center.  Alhamdulillah dengan sikap ingin membuktikan lebih dulu hasil menjadi kunci keberhasilan dalam training center, dan bukan meminta-minta berbagai fasilitas kepada perusahaan.

Apa cerita selanjutnya ... saya ingin berbagi pengalaman tentang efek dari kemampuan-kemampuan yang saya miliki dalam training center dapat meluaskan bidang pekerjaan lain yang dipercaya.



Menjadikan training center sebagai pusat informasi

 Semangat pagi semua ... Insya Allah aktivitas kerja hari ini semakin bermakna

Sebelumnya saya sudah menulis pengalaman saya dalam bidang training center dari nol. Pertama saya menulis pengalaman Membangun training center dari nol dan mengembangkan training center dan kali ini saya meneruskan tulisan dari pengalaman masih seputar training center yaitu Menjadikan training center sebagai pusat informasi. Informasi tentang apa ? Informasi tentang perusahaan dan brandnya, kapan berdirinya dan siapa pendirinya serta apa visi dan misi perusahaan. Inilah langkah pertama menjadikan training center sebagai pusat informasi. Informasi tentang perusahaan dan brandnya sering tidak banyak diketahui oleh seluruh karyawan dan yang pasti sangat berharga bagi informasi yang penting bagi pelanggan.

Pusat informasi tentang perusahaan dan brand perlu adanya bahasa yang baku agar tidak semua orang mempersepsikan menurut mereka sendiri. Inisiatif ini saya ambil sebagai tugas untuk training center. Dampaknya juga baik, karena sebagai pusat informasi ini menjadi referensi yang positif dan juga sebagai "iklan" bagi yang membutuhkannya. Informasi tentang perusahaan dan brand dapat digunakan oleh call center, referensi bagi marketing dan sales, dan yang pasti informasi tentang perusahaan dan brand ini menjadi materi baku bagi karyawan baru. Semakin dikenal membuat orang semakin sayang. 


Tak hanya sekedar informasi perusahaan dan brand, saya dan team juga memberanikan diri mengumpulkan materi promosi produk dari berbagai jaringan penjualan dan juga mengumpulkan aktivitas perusahaan dalam mempromosikan produk kepada calon pelanggan. Sebagai contoh, karyawan atau pelanggan bisa tahu promosi apa yang sedang berlangsung di toko atau modern outlet, produk apa yang dipromosikan dan juga tahu berapa harga promonya. Ada juga informasi tentang Pameran atau aktivitas marketing yang sedang berlangsung. Sekali lagi informasi ini kami titipkan di call center. Call center sangat menghargai pusat informasi ini karena dapat membantu call center untuk memberikan tentang aktivitas promo atau menjawab dengan mudah apa yang ditanyakan oleh calon pelanggan. 




Setelah saya dan team training center menjadikan pusat informasi perusahaan dan brand, dan yang tidak kalah pentingnya karena saya dan team menguasai produk dengan kelebihan dan hal teknis lainnya. Maka saya memutuskan menjadikan training center sebagai pusat informasi produk baik teknis maupun non teknis. Saya dan team mengumpulkan brosur, info produk dan hal terkait sejak perusahaan mulai memasarkan produknya. Apapun produk yang pernah dijual sejak awal dapat saya kumpulkan. Saya dan team menjadi konsultan produk yang benar-benar menguasai product knowledge dengan baik dan lengkap. Tidak sekedar tahu teknis, tapi mampu memberi saran dan tip kepada calon pelanggan dalam memilih, menggunakan, merawat produk dengan baik. Misalkan pelanggan yang membeli mesin cuci, maka saya dan team menguasai betul tentang cara mencuci yang benar, memilih deterjen yang bagus, penggunaan ari dalam mencuci (kualitas air dan jumlahnya) dan mendapatkan hasil mencuci yang optimal. Bahkan memberi inspirasi bagi pelanggan untuk berbisnis laundry dengan produknya.


Inilah yang saya lakukan agar training center menjadi berharga bagi semua orang, baik karyawan atau pelanggan untuk mendapatkan informasi yang baku dan benar. Ada kalanya seorang salesmen "mengatakan yang tidak tepat tentang produk", maka saya dan team training center dapat meluruskan apa yang disampaikan salesmen. Training center telah menjadi pusat informasi tentang :

1. Perusahaan dan brand

2. Aktivitas promosi dan brandingnya

3. Product Knowledge lengkap

Semua itu sudah saya jalankan dan bekerja dengan baik. Tidak lupa semua materi pusat informasi itu menggunakan knowledge management agar benar-benar menjadi pusat informasi yang terorganisasi dengan rapi dan terus update, serta dapat bermanfaat bagi semua pihak terkait.

Dalam menjalankan program training center di atas, ternyata berdampak kepada kemampuan trainer yang semakin luas pengetahuannya dan juga semakin mahir dalam menyampaikan informasinya. Hal ini juga disupport oleh perpustakaan yang semakin kaya dengan materi buku, majalah dan artikel yang terkait. Apa yang saya rasakan ? Saya tidak sekedar menjadi trainer saja, tapi sudah menguasai bidang salesmen, marketing dan juga mampu menjadi "humas" perusahaan atau dikenal dengan public relation. Kalau di beberapa perusahaan, training center diperlukan untuk mengorganize training atau pelatihan (fasilitator pelatihan) , Disini saya dan team sudah melebihi dengan menjadi konsultan kepelatihan.

Begitu pengalaman yang saya alami dalam membangun training center dari nol. Dalam pikiran saya waktu itu, inilah waktu yang membuktikan bahwa saya bisa berada di bidang yang sebelumnya saya tidak kuasai. Belajar dan menjadi karyawan pembelajar adalah kuncinya. Belajar otodidak dari berbagai sumber yang sudah tersedia di berbagai sumber seperti youtube dan internet. Dalam proses belajar ini hanya terjadi jika saya dapat menerapkannya.

Pengalaman ini telah menjadikan saya sebagai manager training center, tidak hanya memiliki konsep tapi juga mampu menerapkannya. Sebagai pimpinan yang mampu mengelead bawahan (trainer)  dan sangat menguasai dalam mendeliver trainingnya. Apakah saya perlu trainer profesional ? Tidak perlu karena saya bisa menciptakannya. Hal kecil yang terjadi selama menjadi trainer adalah saya mampu menjadi orang yang menarik (bukan pelawak tapi bisa membuat peserta training tertawa dan menyenangkan). 

Apa yang saya ingin tuliskan berikutnya ? Insya Allah saya ingin berbagi tentang pengalaman sebagai trainer bagi rekan selevel manager, GM, direksi dan pemilik perusahaan.

Featured post

Training center menciptakan manager sales

  Semangat pagi buat rekan-rekan, Insya Allah hari ini selalu kemampuan mengenali nikmat yang diberikan Allah dan dimampukan dengan petunjuk...