Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri
Tampilkan postingan dengan label training center. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label training center. Tampilkan semua postingan

Minggu, Desember 15, 2024

Team trainer as marketing and sales in Road show

 Semangat pagi rekan-rekan, Insya Allah dimudahkan dalam kerja dan mampu meraih apa yang diinginkan. Aamiin

Tulisan saya sebelumnya tentang pengalaman dunia training center dan trainer adalah Membangun training center dari nol, Mengembangkan training center, Menjadikan training center sebagai pusat informasi, Membangun training center sebagai pusat pelatihan, Meneruskan keberadaan training center, Membangun kemampuan trainer, dan Efek kemampuan trainer,  Membuat materi training itu mudah,  Training center untuk Manager dan Direksi, Training center menyelenggarakan Sekolah SPG, Membangun kemampuan Salesmen, Training center menciptakan manager sales, Training Center dibangun oleh pimpinan dan teamnya, New Product Launching by Training Center, Menyemangati trainer terus berkembang, Trainer yang menginspirasi, Menjadi trainer sepanjang masa,Team trainer as marketing and sales in Road show

Saya berkisah pengalaman team trainer merencanakan, melaksanakan Road show. Road show yang dimaksud adalah acara aktivitas marketing, branding, sales, customer service di suatu tempat yang dipilih. Acara ini full dilakukan oleh team training di wilayah yang ramai dengan menjual produk. Mulai persiapan mencari tempat, urusan dengan wilayah setempat, MC, salesmen, aktivitas branding dengan mengundang masyarakat dengan hiburan, pelayanan after sales, dan hal terkait lainnya. Omset yang diperoleh berkisar 100 juta dalam waktu 3 hari, Jum'at - Minggu diakhir atau diawal bulan. Apa saja sih acara dalam road show ini ? 

1. Acara pagi, senam ibu-ibu yang di wilayah setempat. Dibarengi dengan demo masak dan lomba masak dengan produk. Disaat acara berlangsung team trainer memberi penjelasan manfaat produk dan cara penggunaannya. Yang pasti ibu-ibu sangat senang, berolahraga ikut lomba dan dapat hadiah. Dan mereka menjadi teredukasi dengan penjelasan produk yang akhirnya mempunyai pengetahuan dalam membeli produk yang benar sesuai keinginan.

2. Menjelang sore acara hiburan kepada masyarakat dengan oragan tunggal. Acara hiburan ini interaktif dengan masyarakat dan diiringi dengan games-games menarik. 

3. Selama acara berlangsung pasti terjadi penjualan produk yang team trainer melayani sambil mengedukasi merek dan produknya.

4. Di beberapa tempat dilakukan lelang produk.

Acara Road show ini terbilang sukses secara branding merek dan penjualan. Tempat pelaksanaan Road Show ini dilakukan di pinggiran Jakarta, seperti Kebun Jeruk, Tangerang, Jaktim, Bekasi, Karawang sampai Bandung.  Adakalanya  road show ini dilakukan bersama dengan stasiun Radio di Jakarta yang menjadikan cara ini semakin meriah. Ada satu Road Show dengan menyelenggarakan kompetisi futsal di Bandung yang mengundang banyak pengunjung. Acara Road Show berlangsung sepanjang tahun setiap bulan. 

Saya dan team merasakan Acara Roadshow ini sangat bermanfaat bagi team dalam mengembangkan diri tentang banyak hal. Wawasan tentang branding, wawasan tentang marketing, komunikasi dengan masyarakat dengan kebutuhannya, wawasan mengedukasi pelanggan dan tentunya pengalaman dalam menyelenggarakan acara biar sukses. Team melaksanakan acara Roadshow dengan senang dan tidak merasa terbebani, Acara berlangsung telah menyita waktu, tapi team tetap bekerja seperti biasa setelah acara Road show. Yang menarik kemampuan team menjadi terangkat dengan acara Roadshow ini, ada trainer yang mampu menyanyi, ada trainer yang mampu menjadi instruktur senam, ada trainer yang hobi masak dan selalu mengembangkan resep yang banyak diapresiasi tinggi, Hampir semua team mampu membawakan acara sebagai MC atau pemandu acara. Team juga mendapatkan wawasan mengembangkan diri dalam menarik minat masyarakat dengan permainan sulap dan games yang menarik.

Apakah acara Roadshow ini tugas utama team trainer ? Sebenarnya tidak, tapi karena kepercayaan manajemen terhadap team trainer yang sudah bisa membuktikan dalam pelatihan dan acara terkait gathering. Ternyata terbuka dengan pekerjaan yang bukan tugas utama tapi masih terkait menjadi penting dalam karir dan kepercayaan perusahaan. Salah satu kepercayaan itu tumbuh dari training yang berkesan bagi manajemen dimana saya bisa membawakan training untuk direksi (pemilik) dan manager dengan baik dan direspon dengan baik pula oleh manajemen. Team trainer pun selalu siap untuk menjalankan tugas yang diberikan manajemen.

Team SLC yang bertugas utama sebagai trainer, yang mampu mengembang tugas dibidang lain. Artinya semua orang bisa menjadi apa yang diinginkan perusahaan dengan memberi kepercayaan dan mengapresiasi apa yang sudah dilakukan. Bisa jadi seorang salesmen yang berpengalaman dapat ditemukan dan dididik dari seorang Office Boy. Atau bukan saja Office Boy tapi karyawan lainnya. Dari sinilah kami sebagai team trainer bekerja sama dengan HRD untuk mengembangkan karyawan disesuaikan dengan arah kebutuhan pengembangan perusahaan. Dari konsep ini kami pun sudah mampu melakukannya dalam mengembangkan karyawan dengan kemampuan tinggi. Saya dan team tidak hanya senang tapi ada kepuasan batin.

Kemana team Trainer itu berakhir ? Innalillahi wainna ilaihhi rajiun, salah satu trainer wanita kami lebih dulu menghadap Allah, ada trainer yang mencari pengalaman di perusahaan lain, satu trainer diangkat menjadi sales manager, satu trainer menjadi customer service, dan tersisa 1 trainer saja. Saya merasa kangen untuk bersama team lagi. Kenangan manis yang tidak terlupakan.

Munir Hasan Basri

Sahabatmu dalam memberdayakan diri



Kamis, November 14, 2024

Menjadi trainer sepanjang masa

 Semangat pagi rekan-rekan, Insya Allah pekerjaan saat ini menjadi pekerjaan yang langgeng walaupun sudah tidak bekerja di perusahaan dan menjadi sumber amal saleh. Aamiin

Tulisan saya sebelumnya tentang pengalaman dunia training center dan trainer adalah Membangun training center dari nol, Mengembangkan training center, Menjadikan training center sebagai pusat informasi, Membangun training center sebagai pusat pelatihan, Meneruskan keberadaan training center, Membangun kemampuan trainer, dan Efek kemampuan trainer,  Membuat materi training itu mudah,  Training center untuk Manager dan Direksi, Training center menyelenggarakan Sekolah SPG, Membangun kemampuan Salesmen, Training center menciptakan manager sales, Training Center dibangun oleh pimpinan dan teamnya, New Product Launching by Training Center, Menyemangati trainer terus berkembang, Trainer yang menginspirasi, Menjadi trainer sepanjang masa


Judul kali ini kayak serem. Apa iya ingin menjadi trainer sepanjang masa ? Dan ada yang nanya, bagaimana sudah tidak menjadi trainer lagi karena pekerjaan baru ? dan mau bilang, apakah sejalan trainer dengan masa sekarang ? Okelah mari saya mulai. Yang pertama adalah apa sih yang dimaksud dengan trainer ? Istilah trainer dikenal karena orangnya melakukan training. Ada trainer di tempat Gym atau sejenisnya. Tapi trainer yang saya maksud disini adalah orang yang menyampaikan pelatihan (training). Ternyata trainer tidak hanya menyampaikan pelatihan, tapi memiliki tujuan. Tujuan menyampaikan pelatihan itu adalah Change. Bisa jadi change dari chance yang ada, saat menyampaikan kepelatihan. Apa sih yang menjadi tujuan kepelatihan ? Change, merubah peserta kepelatihan yang tidak tahu menjadi tahu, yang tidak paham menjadi paham, yang tidak bisa menjadi bisa, yang tidak mahir menjadi mahir. Dibalik semua change itu menyasar kepada cara bersikap, berilmu dan berketrampilan. Lalu ada pertanyaan, bagaimana kalau peserta setelah kepelatihan tidak paham-paham apa yang disampaikan ? Kepelatihan tersebut disebut gagal. Atau jika saat ingin lebih detail lagi, Apakah cukup peserta kepelatihan itu pintar dengan materinya ? Tidak cukup pintar atau trampil didalam kepelatihan, karena changenya sebatas pada pemahaman saja, tapi tentu pintar dalam menerapkannya dalam pekerjaan yang ditunjukkan oleh memiliki kemampuan tinggi.


Dari tujuan di atas, maka di sisi trainer mestilah menjadi orang yang mampu dan mahir dalam materi dan mampu pula berubah dalam pekerjaannya (trainer yang berubah dan berkembang). Kalau mau dibilang bahwa trainer itu seperti halnya guru (mendidik), maka sikap dan tindakan dalam mendidik itu mesti ada dalam setiap orang, baik memiliki bawahan atau tidak. Tidak ada kata bosan dalam pekerjaan seorang trainer, begitu banyak aspek yang mesti dididik pada dirinya sendiri agar menjadi orang yang berhasil dalam mendidik. Inilah yang menginspirasi trainer untuk terus belajar dan mendidik diri sendiri dan peserta. kemampuan ini terus terpakai apapun amanah yang dipegang. Misalkan menjadi seorang staf saja, mesti memiliki kemampuan mendidik diri sendiri agar menjadi staf yang profesional. Seorang staf seringkali berkoneksi dengan orang lain, maka kemampuan yang dimiliki mesti ditularkan kepada orang lain agar pekerjaan menjadi tersambung dengan baik. Apalagi sudah memiliki jabatan, maka kemampuan mendidik ini mesti disampaikan kepada bawahan. Apakah bawahan mampu mengamalkan apa yang diperintahkan atau disampaikan ? Ini disebut juga "kepelatihan". Atasan adalah trainer dan wajib mengubah (change) bawahannya agar memiliki kemampuan tinggi.

Trainer tidak hanya membuat materi kepelatihan, ada proses belajar yang terus berkembang dan ada pula change yang ingin dibuat dengan mendorong menerapkan materi kepelatihan. Bayangkan kemampuan ini dimiliki juga oleh seorang staf atau atasan, maka pekerjaan yang dilakukannya menjadi berkelanjutan. kemampuannya terus berubah menjadi semakin produktif. Artinya makna menjadi trainer itu tidak pernah putus dan terus dijalani. 



Seorang trainer mesti pula menjadi orang yang menarik dan sekaligus motivator bagi terlaksananya kepelatihan. Akhirnya mendorong peserta untuk menerapkannya. Bukankah siapa pun dia, mesti menjadi personal yang menarik dan mampu bekerja dengan baik, atau menjadi inspirator orang lain. Amanah ini menjadi penting dari seorang trainer, dan saat kemampuan ini diterapkan oleh seorang karyawan maka jadilah karyawan yang produktif.

Ilmu dan pengalaman seorang trainer sejati adalah terus berkelanjutan sampai usianya. Kalau hanya sebagai trainer saja, biasanya ilmu dan pengalamannya terbatas dan berhenti dalam mengembangkan diri. Apa iya seorang karyawan tidak memiliki kemampuan seperti trainer ini ? Disinilah seseorang dibilang profesional atau seorang yang mahir dibidangnya. 



Bagi saya menjadi trainer di perusahaan atau lembaga itu bisa selesai karena sesuatu. Sebagai trainer perusahaan itu bisa selesai, tapi sesungguh saya masih menjadi trainer dengan jabatan berbeda. Menjadi seorang manager bidang berbeda, saya adalah meneruskan tugas trainer itu bersama jabatan dan orang yang berada di dalamnya. Saya mesti membawa change menjadi semakin mahir team. Kalaupun saya sudah pensiun dalam pekerjaan, menjadi trainer itu tetap terus saya kerjakan, paling tidak untuk temen-temen dekat, keluarga, dan paling utama saya sendiri untuk terus mengembangkan diri. Buat apa ? Saya berbagi kepada siapa saja (terutama menulis buku atau menulis di medsos) dimana saya terus menjadi trainer yang update. Kemampuan menjadi trainer update itu mesti menjadi bagian dari amanah pada siapapun dengan apa yang ditekuninya. 

Sekali lagi dalam diri seorang trainer itu ada proses belajar, terus belajar untuk update, menjadi menarik dan menggugah orang untuk change, merubah sikap, ketrampilan dan ilmu dan sekaligus action, kemampuan yang berkelanjutan, menjadi orang yang menyenangkan dengan perubahan, mendidik, memastikan perubahan terjadi, menjadi ahli, mahir dan profesional, berani menerapkan ilmu baru, menyenangi masalah dan happy untuk menemukan solusi, berpikir kritis pada diri sendiri, dan berpikir kreatif.  Beginilah saya menyakini trainer itu menjadi sepanjang masa,  sampai detik inipun (saat saya menulis ini), amanah menjadi trainer itu selalu ada. Dalam diri seorang karyawan yang produktif ada amanah dalam dirinya sebagai trainer, begitu pula pada diri seorang pimpinan.

Inilah yang saya lakukan dan saya mengalaminya sepanjang tahun, dan saya bersyukur dengan amanah menjadi trainer ini. Saya bisa melanglang buana dari satu bidang ke bidang lain, dari satu daerah ke daerah lain, dari satu ilmu menjadi berbagai ilmu, dari satu buku ke buku yang banyak, dari satu pelatihan menjadi pelatihan yang banyak. Semua ini karena Allah yang izinkan dan karena pertolongan Allah. Ikuti terus tulisan saya berikutnya ....

Munir Hasan Basri

Writer, trainer, motivator


Rabu, November 13, 2024

Trainer yang menginspirasi

Semangat pagi rekan-rekan, Insya Allah apapun yang dilakukan dapat mengantarkan kepada keikhlasan. Aamiin

Tulisan saya sebelumnya tentang pengalaman dunia training center dan trainer adalah Membangun training center dari nol, Mengembangkan training center, Menjadikan training center sebagai pusat informasi, Membangun training center sebagai pusat pelatihan, Meneruskan keberadaan training center, Membangun kemampuan trainer, dan Efek kemampuan trainer,  Membuat materi training itu mudah,  Training center untuk Manager dan Direksi, Training center menyelenggarakan Sekolah SPG, Membangun kemampuan Salesmen, Training center menciptakan manager sales, Training Center dibangun oleh pimpinan dan teamnya, New Product Launching by Training Center, Menyemangati trainer terus berkembang, Trainer yang menginspirasi

Kali berbagi menjadi trainer yang menginspirasi. Bisa jadi banyak orang memberikan training atau kepelatihan sebagai sebuah tugas yang diamanahkan sehingga selesai training maka selesailah tugasnya. Tetapi saya berhasil mengembangkan diri untuk menjadi trainer yang menginspirasi. Apa sih yang saya maksud menginspirasi ? Apa yang saya deliver dalam training memberi dampak baik bagi peserta training dan bahkan mereka bisa menerapkannya. Makna ini terasa tidak mudah untuk dijalankan, tapi saya berusaha dalam setiap training atau komunikasi dengan siapapun. Bahkan inspirasi itu berbalik juga kepada diri saya sendiri, yang membuat saya menjadi semakin baik. 

Contoh sederhana, saya memberikan motivasi kerja dengan tema hendaklah selalu mencari kerja, kerja-kerja yang bertambah kualitas dan kuantitasnya. Hal ini saya buat agar setiap tidak terlalu fokus untuk mencari uang dalam pekerjaannya, tapi lebih sibuk untuk menemukan kerja-kerja baru atau mengembangkan kerja dari sebelumnya yang tidak dibatasi oleh batasan kerja tertentu. Yang saya lakukan terlebih dahulu adalah saya menerapkannya pada diri sendiri. Saya sebagai trainer, tidak hanya mengerjakan hal yang berhubungan dengan trainer saja, tapi mau belajar untuk jadi salesmen dan mempraktekkannya. Secara job desc menjadi salesmen itu bukan yang harus saya kerjakan. Tapi saya semakin paham dan bisa berempati sebagai trainer dalam memotivasi salesmen. Saya pun mendapatkan pengalaman berharga sebagai salesmen saat menghadapi berbagai pertanyaan dunia sales.  Apa yang saya lakukan ini adalah untuk memberi gambaran bagi peserta training bahwa training yang saya bawakan itu bukan sekedar teori saja tapi benar-benar pengalaman berharga untuk diikuti (menginspirasi). Bayangkan saat training itu saya juga mengajak seorang salesmen yang tugas hanya berjualan saja, mesti mau mencari kerja-kerja lain untuk memperkuat kemampuannya. Misalkan bagaimana seorang salesmen mesti mahir dalam administrasi, memiliki catatan stok produk, atau bagaimana seorang salesmen mesti memahami perilaku orang, belajar komunikasi dan mungkin belajar jadi "pelawak (orang yang menarik) dan sebagainya. Tidak lain training ini mengajak peserta (salesmen) dapat menginpirasinya agar pekerjaannya menjadi mudah dan memiliki kemampuan tinggi. Pasti ada yang tidak setuju dengan mencari kerja seperti ini, buat apa bagi mereka ? Hanya menghabiskan waktu dan sebagainya. Langkah saya merespon seperti ini adalah membuat role play untuk memperlihatkan kepada salesmen perbedaan seorang salesmen dengan salesmen yang mencari kerja. Setelah mereka mendapatkan inspirasinya, saya mengajak mereka membayangkan menjadi seorang salesmen yang bekerja dengan mudah dalam menjual, lalu secara sadar untuk melakukannya.


Langkah awal untuk menginspirasi  itu sudah saya lakukan, tapi ada kalanya apa yang ingin saya sampaikan itu tidak memungkinkan saya mempraktekkannya, maka saya berusaha memahami trainingnya dengan sangat baik. Sebelum training, saya memprediksi sebanyak-banyak kemungkinan yang bisa terjadi dari training, seperti keadaan yang tidak menyenangkan atau pertanyaan yang bisa muncul. Saya berusaha mengantisipasi semuanya sesuai dengan pikiran saya. Agar antisipasi ini mendekati kepada situasi yang sebenarnya, saya berusaha menyampaikan materi training saya kepada staf atau siapa saja agar mendapatkan feedbacknya. Training kecil kepada staf itu menjadi bekal untuk menggugah (menginspirasi) kepada training yang sebenarnya. Biasanya saya menambahkan materi training dengan pesan-pesan yang menyentuh "hati" agar merasakan bahwa training itu bagus, inspiratif dan nggak salah untuk diiikuti dalam pekerjaan.


Training yang menginspirasi itu tidak sekedar menyampaikan materi yang dibawakan, tapi dalam diri trainer selalu ada cara untuk mengukur penerimaan materinya. Mengukurnya dapat dilakukan dengan berbagai pertanyaan dan bisa saja quiz atau saya suka menantang peserta training dengan hadiah bila mereka mampu meningkatkan penjualan karena sudah menerapkan materi training. Langkah ini menjadi wajib dilakukan selama training, agar saya bisa mengantisipasi dan mengoreksi training yang membawa peserta dapat memahami dan mendapatkan inspirasinya. Salah satu cara agar peserta dapat memahami dan mendapatkan inspirasinya, saya senang untuk mengulang-ngulang point penting dari materi training yang saya lakukan sendiri atau mengajak peserta mengulangnya. Ada kalanya saya mengajak peserta menulis kembali materi dan langkah penting untuk menerapkannya di board atau melemparkan pertanyaan untuk peserta agar mereka paham. 


Trainer yang  menginspirasi tidak sekedar menyampaikan pesan atau bahkan "perintah", tapi jadilah trainer yang benar-benar memberi inspirasi kepada peserta training. Yang pertama pasti Trainer sendiri dengan sadar mampu menjadikan training itu inspirasi bagi trainer sendiri. Langkah ini selalu memotivasi diri saya untuk terus mengembangkan diri dan materi yang saya bawakan. Untuk materi training yang sama bagi beberapa kelas, saya mampu menyampaikan materi yang tidak sama persis dan selalu ada pengembangan. Staf saya yang juga trainer bilang, "kok beda pak trainingnya, padahal temanya sama". Bagi saya trainer yang menginspirasi itu mengantarkan saya untuk selalu menampilkan yang terbaik (menghindari juga trainernya bosan menyampaikan hal yang sama), mendorong saya selalu mengembangkan diri untuk menjadi trainer yang semakin baik, bisa dengan mengembangkan materi yang lebih menarik dan luas atau mengembangkan diri dalam menyampaikan materi training.  Saya merasa tak habis materi yang mau dideliver. Semua itu sangat didukung oleh sikap menjadi pembelajar secara otodidak dari berbagai sumber. Jadilah saya sebagai trainer (manager training) bisa memegang amanah lain dibidang lain.

Alhamdulillah dari berbagai pengalaman di atas, saya pun bisa membawakan pula training Spiritual Motivation bagi umum atau kalangan tertentu. Secara teknis lebih mudah untuk menggugah peserta berubah dan merasakan materi sangat bermanfaat. Saya menamai training ini dengan "Kesadaran spiritual untuk meningkatkan produktivitas dengan Tafakkur dan Tadharru".  Training ini sangat inspiratif yang outputnya di atas 50% sadar dan berubah. Ada peserta dari kantor/perusahaan, ada dari kalangan komunitas, ada keluarga besar, ada pengajian, ada jamaah masjid, ada sekolah, ada guru dan banyak lagi. Biasanya training ini memerlukan waktu paling sedikit 1 hari. Sudah hampir lebih dari 50 batch saya laksanakan. Saya juga ingin berbagi training ini secara gratis bagi mereka yang ada di Bandung atau diluar Bandung hanya perlu biasa transport saja. Training ini sangat inspiratif yang saya buat sendiri.


Apa lagi yang saya lakukan ? Insya Allah saya berbagi pengalaman yang positif yang memotivasi dan memberdayakan diri untuk semakin berkualitas dalam berkarya. Ikuti tulisan selanjutnya


Munir Hasan Basri

Writer, Trainer, Motivator


Kamis, November 07, 2024

Menyemangati trainer terus berkembang

 Semangat pagi rekan-rekan, Insya Allah persoalan yang dihadapi hari ini diberikan solusi dengan terus menambah ilmu dan menerapkannya. Aamiin

Tulisan saya sebelumnya tentang pengalaman dunia training center dan trainer adalah Membangun training center dari nol, Mengembangkan training center, Menjadikan training center sebagai pusat informasi, Membangun training center sebagai pusat pelatihan, Meneruskan keberadaan training center, Membangun kemampuan trainer, dan Efek kemampuan trainer,  Membuat materi training itu mudah,  Training center untuk Manager dan Direksi, Training center menyelenggarakan Sekolah SPG, Membangun kemampuan Salesmen, Training center menciptakan manager sales, Training Center dibangun oleh pimpinan dan teamnya, New Product Launching by Training Center, Menyemangati trainer terus berkembang

Kali ini saya berbagi bagaimana mengembangkan team yang terdiri dari trainer untuk terus bersama meraih tujuan bersama. Dalam dunia bisnis sekarang ini yang kompetitif membuat setiap karyawan, juga termasuk trainer selalu ada godaan untuk pindah perusahaan dengan gaji yang lebih tinggi. Hal ini pasti ditrigger oleh kebutuhan keluarga yang tak bisa ditahan alias meningkat. Saat itu, saya dan team bisa dibilang tidak memiliki gaji yang tinggi. Saya sendiri mengalami dimana kebutuhan itu bisa mendorong untuk berpikir di tempat lain, tapi saya berpikir kalau saya sendiri bermasalah bagaimana dengan team (trainer) ?? Berantakan deh team yang sudah dibangun dan tidak mudah untuk membangun team baru sekalipun bisa. Butuh waktu dan proses kebersamaan yang menghabiskan waktu lama. Oleh karena itu, saya memutuskan menjadi motivator dan pemberi solusi bagi trainer dalam menghadapi permasalahan mereka.



Apakah bisa saya menyemangati trainer ? Bisa, tapi saya mesti menjadi motivator bagi diri sendiri. Motivator diri menuntut saya untuk terus belajar dengan visi ke depan jelas dan menjanjikan. Disinilah saya setiap malam belajar dengan membaca hal ringan untuk didalami agar menjadi inspirasi, inspirasi inilah yang memberi harapan saya untuk melakukan banyak hal untuk visi saya. Lebih jauh motivasi diri ini lebih saya terjemahkan sebagai pemberdayaan diri saya, dengan benar-benar menerapkan ilmu yang sudah saya miliki sehingga tercipta pengalaman yang menjanjikan. Saya terus menggali ilmu-ilmu baru dan pengalaman-pengalaman baru yang semakin memperkaya kemampuan saya, dan tak lupa sangat pun meningkatkan nilai ibadah saya kepada Allah. Alhamdulillah saya mampu menjadi motivator bagi diri saya sendiri, Saya ikhlas tetap bertahan di perusahaan dengan selalu berpikir selalu ada ilmu yang bisa saya raih dan saya pun saya mendapatkan ilmu dalam berbagi kepada team dan karyawan lainnya. Apa yang terjadi selanjutnya ? Saya memiliki berkemampuan tinggi yang menyebabkan saya dipercaya yang tadinya hanya sebagai manager training, lalu menangani call center, customer care, service center, dan berbagai program-program tertentu. Dengan amanah yang bertambah tersebut menjadi saya dipercaya menjadi GM dan akhirnya menjadi Direktur. Jabatan akhir ini menjadi kebanggaan saya di perusahaan karena semua itu diraih dengan perjalanan yang panjang 1997 - 2010. Saya mengabdi di perusahaan sekitar 27 tahun lamanya. Tak sia-sia juga apa yang saya lakukan, Allah mengizinkan dengan memberi gaji (rezeki) yang baik.



Berbekal diri yang produktif menjadi bekal saya menyemangati team saya (trainer) untuk terus berkarya bersama saya. Yang pertama saya selalu mengingatkan bahwa suasana team dan pengembangannya tidak pernah di dapat di perusahaan lain. Ada kebersamaan, ada ilmu dan wawasan, ada kepercayaan dan karya yang terus berkembang. Boleh saja mereka mau keluar dari perusahaan, tapi setelah itu mereka menjadi kangen dengan suasana team yang seperti saat itu. Ada sih satu trainer pindah perusahaan dan bisa meraih gaji lebih baik dan perusahaan yang lebih baik. Alhamdulillah apa yang sudah saya didik dapat digunakan. Kedua saya mengarahkan trainer dengan visi yang jelas untuk masa depan mereka dan juga saya. Dan ketiga saya terus mendampingi mereka dalam menjalani visi tersebut dengan banyak melakukan karya untuk karyawan dan siapapun yang membutuhkan. keempat saya mengajak mereka berpikir sebagai hamba Allah yang memiliki bos besar yaitu Allah, dimana trainer bekerja untuk bos besar. kerja sebagai amal saleh yang ikhlas mesti diwujudkan kepada bos besar (Allah), Insya Allah Allah memenuhi kebutuhan hambaNya. Saat itu saya membayar semua trainer untuk mengikuti training ESQ, hasilnya berdampak positif bagi mereka dalam bekerja.



Saya yang tadinya memiliki trainer 4 orang, satu trainer berpindah perusahaan asing. Saya menambah 1 trainer baru yang awalnya hanya sebagai merchandizer. Team baru ini benar-benar menjadi trainer hebat dalam membawakan training, dan sering menjadi partner MC bagi saya dalam acara-acara penting perusahaan seperti launching dan lainnya. 1 trainer wanita meninggal karena sakit kanker otak, orangnya periang dan selalu menjadi pembeda dalam melakukan training. 1 Trainer lagi menjadi manager sales. Tersisa 2 trainer, satu trainer wanita menjadi spesialis dalam demo masak. Semua anggota team saya mampu mengembangkan diri dengan baik dan menjadi "trainer" berkemampuan tinggi. Itulah yang saya lakukan menyemangati trainer untuk menjadi karyawan berkualitas. Tidak sekedar menyemangati saja, tapi mendidik dan mengembangkan diri mereka menjadi trainer plus-plus. Tidak hanya sebagai trainer, kemampuan mereka bisa adaptasi dengan pekerjaan-pekerjaan lain. Alhamdulillah saya merasakan kegembiraan dan juga merasa kehilangan dengan team karena beberapa tidak bersama lagi.


Menyemangati trainer lebih efektif dengan memberi teladan, contoh baik yang terus-menerus. Untuk itu, jadilah motivator yang update dengan visi masa depan yang bagus yang sekaligus menjadi pemberdaya diri sendiri. Tugas ini mesti tersemat juga bagi siapa saja yang menjadi pemimpin dan manager dan memiliki staf atau anak buah. Sekali lagi, ini ada pengalaman yang tak terlupakan bagi kehidupan saya, kadang ingin mengulanginya lagi. Saya sangat berkeyakinan dengan kemampuan saya, yang memiliki dimensi teknis dan religius, untuk selalu bisa menciptakan banyak hal, seperti menciptakan salesmen, manager sales, trainer profesional, karyawan produktif.     

Ada pengalaman lainnya ? Insya Allah saya berbagi lagi tentang pengalaman yang baik untuk dijadikan referensi dan inspirasi bagi produktivitas kerja. 

Munir Hasan Basri

Writer, Trainer, Motivator                                                                                                                                                                                                                                                                                             

Rabu, November 06, 2024

New Product Launching by Training Center

 Semangat pagi rekan-rekan, Insya Allah tidak hari tanpa kerja produktif menjadi kebiasaan yang terus dikembangkan menjadi nyata dan bermanfaat. Aamiin

Tulisan saya sebelumnya tentang pengalaman dunia training center dan trainer adalah Membangun training center dari nol, Mengembangkan training center, Menjadikan training center sebagai pusat informasi, Membangun training center sebagai pusat pelatihan, Meneruskan keberadaan training center, Membangun kemampuan trainer, dan Efek kemampuan trainer,  Membuat materi training itu mudah,  Training center untuk Manager dan Direksi, Training center menyelenggarakan Sekolah SPG, Membangun kemampuan Salesmen, Training center menciptakan manager sales, Training Center dibangun oleh pimpinan dan teamnya, dan New Product Launching by Training Center

Jumpa lagi dengan berbagi pengalaman yang dapat dijadikan inspirasi dan referensi dalam mengembangkan training center dan kemampuan trainer. Ini pengalaman yang tidak mudah, tidak ingin menjadi multitasking, tapi keadaan yang mendorong untuk bisa menguasai berbagai aspek dalam pekerjaan. Yang pasti semua ini terjadi usaha maksimal untuk mengembangkan diri semakin baik dan diizinkan Allah. Pengalaman ini adalah saya dan team training SLC yang tak terlupakan, yaitu melakukan New Product Launching dan team training menjadi team utama. Saya membayangkan acara yang tidak mudah dan memakan waktu dan tenaga, berhadapan dengan bos-bos dealer seluruh Indonesia, wartawan dan pimpinan perusahaan. Ada artis, ada para engineer Jepang dan banyak pihak yang terkait. Saya juga mempersiapkan press release untuk media dan menghadapi wartawan yang diperkirakan banyak pertanyaan yang tidak terduga.

Mulailah saya dan team membuat video (presentasi) tentang produksi produk dan aspek teknis lainnya. Saya melakukan interview kepada team pabrik tentang produksi dan hal teknis terkait. Bermodal HP yang cameranya bagus, pembuatan Video berlangsung lancar. Ada proses editing sendiri dan penambahan music, jadilah Video yang bisa dibanggakan. Ini peran pertama yang saya dan team lakukan untuk acara besar New Product Launching. Untuk Video ini, saya dan team juga menyediakan kit untuk presentasi di saat acara, dan ada beberapa hal yang perlu disiapkan terutama untuk kebutuhan Launching. 

Peran lain yang diamanahkan kepada saya dan team adalah mempersiapkan materi presentasi dengan mensinkronkannya dengan audio sistem. Tidak hanya ada presentasi saja, ada team dancer yang ikut menyemarakkan acara puncak Launching. Tak hanya itu saja, Saya menjadi MCnya. Kebayang deh "deg-degan"nya, yang tak terbayangkan begitu "sibuk" mengkoordinasikan dengan artis, dancer, operator sound sistem  dan tentu yang BOS yang pengarah acara dibalik layar. Dari pengalaman sebagai trainer sangat membantu saya untuk menjadi MC. Tidak hanya MC formal, tapi juga mesti entertaimen agar suasana acara menarik. MC juga memandu acara di panggung dan acara di luar panggung seperti tour guide ke bagian produksi, penjelasan produk yang disiapkan di ruangan show room, dan juga mengantarkan peserta untuk bermain dengan permainan yang sudah disiapkan. Alhamdulillahnya semua team saya berperan baik dalam acara tersebut. 

Acara Launching dilakukan beberapa kali untuk berbagai dealer yang dikelompokkan dalam wilayah atau jenis dealernya. Dari beberapa kali acara launching ini semakin menguatkan diri saya dan team bahwa acara besar itu bisa dikerjakan. Selepas acara launching di Jakarta, saya dan team berkeliling Indonesia untuk melakukan untuk seluruh dealer masing-masing Cabang yang tentu semua dealer kecil bisa merasakan acara launching di daerah. Ilmu yang menarik adalah bagaimana saya dan team meramu memarketing produk yang awalnya teknis dan bisa diterima (disampaikan) dengan bahasa pelanggan. Tidak mudah, kalau ngototnya orang teknis yang meminta hal teknisnya dijadikan referensi, sedangkan disisi pelanggan "tidak mau tahu" atau tidak ingin tahu masalah teknis dengan bahasa teknisnya. Saya dan team menciptakan bahasa gaul yang mudah dimengerti oleh pelanggan. Pengalaman ini menjadi nyata setelah saya melakukannya, dan semua itu menjadi referensi saya dan team untuk dideliveri bagi acara marketing dan training kepada team salesmen. 



Ada persiapan kecil yang mesti juga saya dan team perhatikan, diantaranya penampilan diri. Ada mesti melakukan beberapa kali latihan, pakaian yang menarik dengan warna "norak", serta suara yang bisa "menarik" bagi audien. Soal pakaian yang warna yang norak yang banyak orang kurang menyukainya, tapi bagi saya hal mesti menyenangkan bagi saya. Bagian yang mesti dilakukan yang juga membuat saya semakin pede. Yang namanya persiapan pastilah dirancang dengan "sempurna", tapi dalam acara yang sesungguhnya, ada saja "keseleo" lisan dan "kesalahan" sistem videp" yang tidak berfungsi dengan baik. Disinilah saya berlatih juga mengantisipasi acara tetap berjalan dengan plan-plan yang sudah disiapkan maupun spontan. Ada kejadian yang saya sport jantung, saya berangkat ke tempat acara tidak membawa sepatu dan tidak memungkinkan untuk balik mengambil sepatu. Akhirnya saya membeli sepatu baru dan cukup mendebarkan selama menunggu toko sepatunya buka. Dalam acara launching seperti ini, peran saya dan team selalu mendekat diri kepada dealer untuk "dirayu" untuk memasarkan produk. Disini saya dan team mampu mengeksplore semua kemampuan untuk mensukseskan acara dengan lancar dan juga mampu memikat dealer menjual produk.



Pengalaman launching Produk menjadi pengalaman yang ternilai, apa iya training center menjadi team utamanya ? Disinilah terasanya bahwa mengembangkan kemampuan tidak hanya di bidang yang ditugasi saja sebagai trainer, juga perlu mengembangkan diri dilain bidang. Semakin kaya kemampuan yang dimiliki semakin menguatkan nilai sebagai trainer dan training center. Ada pengetahuan humas dan public speaking yang memperlancar cara dan berkomunikasi dengan banyak orang (wartawan dan orang-orang sales yang tidak begitu suka dengan bahasa teknsi), marketing yang membuat saya mampu menciptakan (bahasa teknis menjadi bahasa pelanggan) pemasaran produk, ilmu salesnya yang nyata-nyata menjadi kemampuan utama sebagai trainer, ilmu yang terkait dengan presentasi yang berhubungan video, audio dan presentasi menarik dan hal-hal lainnya. Semua pengembangan kemampuan itu tidak instan jadi, tapi dilakukan secara kontinu yang semakin hari semakin meningkat. Yang pasti saya dan team memiliki keberanian untuk action dan memiliki sikap untuk terus memperbaiki diri.



Inilah kisah pengalaman bukan ingin menjadikan training center menjadi team product management atau team marketing atau EO. Tapi beruntunglah saya dan team mengambil peran tersebut, yang benar-benar menjadikan saya dan team memiliki kemampuan tersebut dan saya dan team siap untuk itu. Apakah semua orang bisa menjadi seperti itu ? Semua orang memiliki pilihan dan boleh menjadi seperti atau juga bisa tidak menjadi seperti itu. Kalau bahasa orang berduit, apapun bisa dibayar kepada profesional. Iya kalau ada uangnya, kadang uang ada tapi kadang acara tidak serasa milik (karena profesional itu tidak menjiwai produk dan perusahaannya). kadang ada teamnya tapi tidak ada kesempatannya, atau yang paling realistik adalah memberdayakan karyawan menjadi profesional dan biaya pun sangat minimalis. 

Munir Hasan Basri

Book Writer, Trainer, Motivator

 

Minggu, November 03, 2024

Training Center dibangun oleh pimpinan dan teamnya

  Semangat pagi rekan-rekan, Insya Allah hari ini selalu petunjuk untuk terus kreatif dalam menyikapi dan menjalani hidup ini. Nggak salah untuk berdoa agar mendapatkan petunjuk dengan mempersiapkan diri untuk menerimanya. Jadilah pelaksana bagi ide kreatif diri sendiri. Insya Allah jadi pengalaman dan amal saleh.

Tulisan saya sebelumnya tentang pengalaman dunia training center dan trainer adalah Membangun training center dari nol, Mengembangkan training center, Menjadikan training center sebagai pusat informasi, Membangun training center sebagai pusat pelatihan, Meneruskan keberadaan training center, Membangun kemampuan trainer, dan Efek kemampuan trainer,  Membuat materi training itu mudah,  Training center untuk Manager dan Direksi, Training center menyelenggarakan Sekolah SPG, Membangun kemampuan Salesmen, Training center menciptakan manager sales, dan Training Center dibangun oleh pimpinan dan teamnya.

Kali ini saya ingin berbagi pengalaman membangun Training Center dengan usaha sendiri sebagai pimpinan dan team tanpa banyak campur tangan dari manajemen. Alhamdulillah saya berada di Training Center dengan kewenangan yang penuh, mau diapain itu Training Center terserah. Mungkin manajemen tidak memahami peran Training Center atau memang tidak punya waktu untuk itu. Manajemen hanya bilang, bagus dan kembangkan terus. Hasilnya baik dari Training Center menjadi nilai positif bagi manajemen. Atas kondisi di atas, saya sebagai manager Training Center saya merasa terpancing untuk mengembangkan sendiri Training Center menjadi semakin berarti. Bayangkan untuk menciptakan Sekolah SPG, saya tidak perlu izin kepada manajemen. Saya hanya ciptakan sekolah SPG dengan kerja bareng manager sales dan dijalankan, dan syukurnya tidak ada biaya yang berarti untuk menjalankan program sekolah SPG tersebut. Alhasil manajemen hanya melihat dan menikmati hasilnya (penjualan dan kesediaan SPG).

Untuk mengembangkan diri, saya bersyukur memiliki kemampuan belajar otodidak yang tinggi disamping itu saya mengikuti berbagai pelatihan dasar yang diperlukan. Saya pernah mengikuti pelatihan hypnosis, menembus batas dan beberapa pelatihan spiritual  dengan biaya sendiri. Kok saya mau ? Hal ini saya lakukan karena saya sendiri ingin berkembang tanpa perlu mengharapkan bantuan manajemen. Kebijakan ini disukai semua manajemen, tapi bagi saya adalah saya penentu masa depan saya sendiri. Dari sini saya menerapkan apa yang saya pelajari untuk diberikan kepada perusahaan yaitu membangun Training Center yang berkemajuan. Bahkan saya menyicil membeli peralatan presentasi untuk diri sendiri dan digunakan juga di dalam Training Center, seperti Infocus, peralatan sound system. Saya membeli semua itu bertahap dari satu peralatan ke peralatan lainnya. Setelah itu saya sudah siap melakukan training dengan peralatan yang lengkap (video dan audio system). Salah satu penerapan dari pengembangan diri saya tersebut adalah saya membuat materi training sendiri, seperti manajemen emosi, hypnoselling, dan lainnya. Yang terjadi adalah perspesi tentang hypnosis menjadi keahlian saya. Banyak yang berpikir seperti halnya di TV. Bahkan ada beberapa manajemen yang "khawatir" dengan saya, karena takut di hipnotis. Padahal kekhawatiran tersebut terjadi karena lemahnya pengetahuan mereka tentang hipnotis. Dalam setiap training saya menggunakan ilmu hipnotis dengan NLP sehingga training berjalan dengan baik.

Beberapa kebijakan lain yang saya jalankan seperti membeli buku setiap bulan. Saya dan team saya diminta untuk berkunjung satu kali dalam sebulan ke toko buku agar mengupdate pengetahuan walaupun hanya baca atau bi juga membeli buku. Kebijakan ini sangat berarti bagi Training Center, karena terbangun kemampuan yang update dari trainernya yang tentunya berdampak positif bagi kelangsungan training yang dilakukan. Apakah program ini didukung oleh manajemen ? Saya jalankan saja tanpa perlu persetujuan, tapi hasilnya positif bagi Training Center dan perusahaan. Saya berpegang hanya perlu biaya sedikit saja, tapi hasil besar. Apa yang terjadi setelah sekian tahun, buku semakin banyak. Buku-buku yang dikumpulkan dijadikan perpustakaan kecil di kantor. Lalu saya pun menghimbau manager atau direksi untuk menyumbangkan buku-buku bagi perpusatakaan dan mereka merespon dengan positif, semakin banyaklah  bukunya. Perpustakaan tersbut saya buka untuk karyawan, ada yang pinjam dan baca diperbolehkan. Salah satu buku favorit pernah dijadikan materi training dari Training Center adalah "Who Moved my Cheese", "Pemburu dan Petani", "QBQ", buku-buku dari Rheynald Kasali, bukunya Mario Teguh, bukunya Sandy Mc Gregor dan lainnya. Materi training saya buat dengan menarik dimana memaksimalkan Microsoft Power Point dan tentunya gaya masing-masing trainer dalam menyampaikan materi. 


Trainig Center juga mengembangkan persoalan yang dihadapi karyawan seperti kemampuan SPG, kemampuan admin, dan karyawan lainnya. Saya dan team selalu menerima masukan apa yang mereka inginkan. Ada yang bilang, "motivasi dong biar semangat kerja" dan ada juga yang bilang, "manajemen stress", "biar disukai semua orang", dan banyak lagi. Awalnya masukan tersebut cukup merepotkan saya dan team. Membayangkan kerja rutin saja sudah sibuk, apalagi untuk merancang sebuah training. Dengan sikap terbuka yang kami miliki, ternyata kami pun siap mengakomodir semuanya dengan baik. Mulai dari masukan sampai terbentuknya materi training sekitar 1 bulan. Alhamdulillah apa yang saya dan team kerjakan memberi respon positif kepada karyawan selain sales. Setiap tahun sudah pasti ada pertemuan manager dan adminnya, saya dan team selalu memberikan pembekalan dalam pekerjaan mereka. Apakah program ini diminta oleh manajemen ? Ya nggak juga dan tidak ada juga peran langsung manajemen. Yang pasti manajemen senang karena semua sudah saya dan team kerjakan. Yang menarik pasti semua ini terlaksana karena trainer yang senang belajar otodidak, support perpusatakaan, selalu ingin membuat Training Center lebih maju, tanpa ada biaya yang besar. 


Dalam perjalanannya, saya dan team sudah melakukan out bound bagi karyawan sendiri dan karyawan dari luar perusahaan yang menjadi dealer atau distributor. Hal ini pun saya lakukan tanpa perlu didukung manajemen secara langsung. Acara berlangsung di hari Sabtu dan Minggu, dan Seninnya sudah bekerja seperti biasanya. Apakah ada biaya ? Biaya dibebankan kepada team sales penyelenggara (biasanya sales) sehingga Training Center tidak mengeluarkan biaya. Apakah biayanya besar ? Outbound bisa berlangsung dengan biaya rendah 5 jutaan. Bayangkan bila menggunakan jasa luar, out bound yang dihitung perorang bisa di atas 20 jutaan. Program out bound ini berisi tentang salesmansip, motivasi dan produk yang dikemas dalam permainan di alam terbuka. Hampir 99% peserta menyatakan positif dan bermanfaat bagi mereka (dealer) dalam menjual produk. Ada kedekatan penjual (dealer) dengan pusat info produk, tidak ada kekhawatiran atas pelayanan dan mereka pun merasa nyaman. Bahkan ada beberapa dealer menjadi langganan setiap tahun untuk dijadikan gathering bagi mereka sendiri. Bagi sales menjadi menarik karena mereka bisa membuat program sales dengan outbound dapat meminta nilai penjualan tertentu. Alhasil program ini berhasil tanpa banyak keterlibatan manajemen, yang biasa malah bikin ribet. Program outbound ini pun terlaksana untuk karyawan seperti grup salesmen, grup SPG, grup service center. Sangat menarik dan menambah banyak pengalaman yang luar biasa.

Apa sih yang terjadi selama ini tanpa keterlibatan manajemen dalam mengembangkan Training center ? Saya sih merasa oke-oke saja dan bagi saya semua itu adalah pembuktian kualitas siapa saya. Bisa membangun dan memberi kontribusi positif bagi perusahaan berupa produktivitas kerja karyawan. Tentu dalam pengembangannya, saya mesti mampu menyerap situasi dan kondisi perusahaan. Dan akhirnya apa yang saya alami menjadi pengalaman berharga sampai sekarang, terutama kemampuan saya dalam mengembangkan materi atau issue yang diperlukan. Keterbatasan yang saya alami adalah uang. Saya membayangkan apa yang saya lakukan mendapatkan dukungan penuh dari manajemen, maka hasilnya menjadi lebih kaya dalam kemampuan dan hasilnya menjadi lebih cepat dan yang pasti berdampak positif bagi karyawan.


Kesimpulannya adalah Training center ditentukan oleh pelaku di dalamnya. Lihatlah apa  yang dihasilkannya dan apa yang ada didalamnya. Oleh sebab itu sangat menentukan keberlangsungan Training center dari sisi kemampuan pelaku di dalamnya dan kemampuan untuk mengembangkan diri. Lakukan hal sederhana dalam training dengan "minimal biaya" dan selalu buktikan hasilnya. Karena hasilnyalah yang memberi penilaian terhadap Training center. Hindari kerja yang seperti sibuk tapi tidak memberikan kontribusi yang update.

Mau tahu cerita lainnya, ikuti saja tulisan saya berikutnya.

Munir Hasan Basri

Writer, Trainer, Motivator

Kamis, Oktober 31, 2024

Training center menciptakan manager sales

 Semangat pagi buat rekan-rekan, Insya Allah hari ini selalu kemampuan mengenali nikmat yang diberikan Allah dan dimampukan dengan petunjukNya untuk bersyukur dalam meraih rezekiNya. Aamiin

Tulisan saya sebelumnya tentang pengalaman dunia training center dan trainer adalah Membangun training center dari nol, Mengembangkan training center, Menjadikan training center sebagai pusat informasi, Membangun training center sebagai pusat pelatihan, Meneruskan keberadaan training center, Membangun kemampuan trainer, dan Efek kemampuan trainer,  Membuat materi training itu mudah,  Training center untuk Manager dan Direksi, Training center menyelenggarakan Sekolah SPG, Membangun kemampuan Salesmen, Training center menciptakan manager sales.

Alhamdulillah saya masih bisa berbagi pengalaman dalam training center dan trainer, pengalaman yang saya lakukan sendiri dalam perjalanan saya memimpin training center sekitar 20 tahunan. Kali ini saya berbagi pengalaman mendapatkan amanah dengan kedatangan seseorang yang diminta direksi untuk dijadikan manager sales. Seorang sarjana IPB, laki-laki dan memiliki kemampuan komunikasi yang baik, tapi tidak memiliki pengalaman dibidang elektronik (teknis) dan dunia salesnya. Biasa di banyak perusahaan dikenal dengan management trainee. Seseorang direncanakan memimpin team salesmen, diantaranya adalah salesmen yang bangun dari staf OB (tulisan sebelumnya). Awal perkenalan dengan seseorang ini menimbulkan perasaan nyaman dan klik dalam berkomunikasi. 

Training center yang isinya saya dan team, dimana saya diemban khusus untuk menciptakan orang tersebut menjadi manager sales. Sudah diangkat sebagai manager salesnya oleh perusahaan, tapi belum isinya. Amanah ini cukup tidak mudah dan saya seperti biasa sangat welcome dengan amanah baru sekalipun tidak ada kemampuan khusus. Sikap terbuka inilah dan manager sales sangat pembelajar tersebut menjadi amanah ini dapat dilakukan dengan baik. Hari-harinya saya dan manager team lebih banyak bersama sekitar 50%  dari waktu kerja. Hal ini saya lakukan untuk membekali manager sales dengan kemampuan tinggi.

Mengingat beberapa hal untuk menjadi manager sales memiliki kemampuan teknis dari produk yang mesti kuat, komunikasi internal dan eksternal, serta mengelola sumber daya untuk mensukseskan program sales. Entah mengapa manager sales ini sangat disukai oleh direksi. Dari pengalaman manager-menager sebelumnya sering melempem kinerjanya karena tidak mampu beradaptasi dengan PIC penting dalam perusahaan dan tidak mudah juga beradaptasi dengan budaya perusahaan. Ada pengalaman sebelumnya beberapa CEO tidak mampu bertahan lama, ya sekitar 6 - 12 bulan. Dari mereka yang bisa bertahan adalah mereka yang mampu menyerap apa yang diinginkan oleh direksi dan PIC, kemudian mampu memaksimalkan dalam kinerjanya.Ya mungkin banyak orang menyebut "cari muka", tapi diikuti dengan kinerja dan hasil tinggi. Dari pengalaman itu saya bisa mengambil kesimpulan bahwa adaptasi menjadi penting untuk bisa bertahan. Dalam adaptasinya seseorang yang harus mampu mengeskplore diri untuk menghasilkan kinerja positif dan hasil maksimal.

Awalnya saya sangat menekankan kemampuan teknis terhadap produk dan pelayanan menjadi kunci utama. Kemampuan teknis saya lakukan dengan menjelaskan secara detail tentang produk sampai kepada hal terkait dengan produk. Mungkin bagi seorang trainer tidak mudah melakukannya, kalau tidak ada ilmunya pasti fokus kepada sales saja. Sedangkan yang punya ilmunya belum tentu ikhlas memberinya. Di saat itu saya benar-benar mengajari manager sales itu dengan ilmu lengkap dan selalu saya gunakan knowledge management, diantaranya selalu merekam training dan membuat resume. Bahan training ini saya jadikan pula referensi bagi team saya. Saya menggunakan mind mapping dalam training product knowledge dan diskusi  serta role play. Hal ini untuk menyikapi direksi yang suka bertanya produk, dan ternyata persoalan produk dikuasai dengan sangat baik dalam waktu tidak lama 1 bulan. Kemampuannya selalu saya uji dengan team saya atau dengan staf call center dalam komunikasi dengan pelanggan. 

Kemudian kemampuan berikut adalah bagaimana berkomunikasi dan menjadi "partner" yang disukai dengan PIC perusahaan. Saya benar-benar mengenalkan karakter dari PIC perusahaan kepada manager sales agar mampu menjalankan tugas-tugas perusahaan. Bisa aja manager sales itu hebat dalam sales, tapi tidak masalah jika tidak bisa berkomunikasi dengan PIC-PIC perusahaan. Bagi manager sales ini sangat berarti nilainya, diantaranya adalah bagaimana berkomunikasi yang disenangi semua orang dengan karakternya masing-masing, bagaimana mengambil hati saat melakukan kesalahan, bagaimana menjadi pelaksana yang segera dengan perontah/program direksi dan PIC. Waktu itu saya mengajarkan jadilah orang yang selalau "yes men", artinya mampu menyerap perintah dan yang paling melaksanakannya. Biasanya mengatakan tidak yang diikuti dengan pemahaman sendiri dapat menyebakan ketidaknyamanan. Dalam hal ini saya menekankan bahwa yes man menuntut seseorang mengeksplore ilmu dan kemampuannya untuk menjalankan tugas, lebih baik dan lebih cepat dan menghasilkan. Al hasil adalah manager sales ini menjadi seseorang yang sangat disukai direksi dan PIC. 


Dalam mensukseskan manager sales ini, terutama menjadi nyaman di mata direksi dan PIC. Saya selalu mensupportnya dalam menjalankan program sales. Diantara adalah mengajarinya kemampuan untuk menarik di mata dealer. Caranya ? Pelayanan. Pelayanan memberi komunikasi yang inten kepada dealer tentang pemahaman produk, siap selalu menyelesaikan masalah dealer terutama pelayanan after sales service pelanggan, dan yang pasti sangat erat hubungan dengan team sales. Tidak hanya mengajari manager sales ini tapi mensupport dengan tindakan nyatanya. Hasilnya luar biasa, dalam waktu 3 bulan manager sales ini sudah membuktikan dengan hasil yang tadinya penjualan 1 M saja menjadi diatas 4 M. Jadilah si manager sales ini primadona perusahaan dan sangat disanjung oleh direksi dan PIC. Bahkan hal kecil saja diperhatikan direksi dengan membuat SIM mobil dan memberi fasilitas penginapan di apartemen (rumah lumayan jauh dari jakarta).



Legalah saya sebagai trainer, pengajar, sekaligus temen untuk mendampingi manager sales tersebut dalam meraih kinerja maksimal. Ini pengalaman yang tak terlupakan dalam perjalanan karir saya. Inilah semestinya dilakukan oleh training center, yang dikenal dengan meningkatkan Knowledge yang tadinya tidak bisa menjadi mahir, meningkatkan Attitude yang tadinya kurang positif menjadi sangat positif dan sabar, meningkatkan ketrampilan (skill) yang tadinya tidak trampil menjadi sangat trampil dan kreatif. Bukannya saya tidak percaya dengan training center luar yang menawarkan training dengan nilai yang cukup tinggi, tapi training center perusahaan dengan kemampuan trainer yang pembelajar mampu menghasilkan karyawan yang bagus bagi kelangsungan perusahaan. Perusahaan yang memiliki masa depan adalah perusahaan pembelajar. Apa itu ? Perusahaan pembelajar adalah perusahaan yang memiliki budaya belajar dari karyawannya, dan salah satu amanah itu diemban oleh training center. lebih-lebih Training center mampu efektif dalam trainingnya dan sangat efisien bagi perusahaan.

 Insya Allah tulisan ini dapat menjadi inspirasi bagi trainer dan manager training center dalam berkontribusi bagi perusahaan. Ikuti terus kisah pengalaman saya dalam tulisan berikutnya

Munir Hasan Basri

Writer, Trainer, Motivator


Senin, Oktober 28, 2024

Membangun kemampuan salesmen

 Semangat pagi buat rekan-rekan, Insya Allah hari ini yang sedang tidak sehat disehatkan tubuh, pikiran dan hatinya agar mampu bekerja sekaligus beramal saleh. Yang sehat semakin mampu bekerja sekaligus beramal saleh yang produktif.

Tulisan saya sebelumnya tentang pengalaman dunia training center dan trainer adalah Membangun training center dari nol, Mengembangkan training center, Menjadikan training center sebagai pusat informasi, Membangun training center sebagai pusat pelatihan, Meneruskan keberadaan training center, Membangun kemampuan trainer, dan Efek kemampuan trainer,  Membuat materi training itu mudah,  Training center untuk Manager dan Direksi, Training center menyelenggarakan Sekolah SPG, dan Membangun kemampuan Salesmen.

Kali ini  saya berbagi pengalaman dalam membangun kemampuan salesmen. Sebenarnya menjadi salesmen itu bisa dikerjakan oleh semua orang dan kemampuannya sudah ada. Kadang seorang salesmen sudah mahir menjual hanya dengan sedikit tambahan kemampuan. Inilah yang kata orang sudah bakatnya jago ngomong dan mahir menjual. Faktanya hanya sedikit sekali orang yang seperti ini, bisa jadi hanya 5 % saja. Mereka ini sudah tidak ada "malunya" berhadapan dengan banyak orang dan bisa saja dengan komunikasinya menjual dengan baik (pelanggan terhipnotis). Kadang ilmu sales yang dimilikinya lebih tinggi secara kualitas (naluri) dari pada ilmu yang diajarkan. Beruntunglah perusahaan yang memiliki salesmen seperti ini.


Saya teringat pengalaman kerja sebelumnya, saya yang dulunya sebagai manager service diwawancara dengan seseorang sales manager. Katanya manager sales itu "Dia percaya kepada saya untuk jadi manager sales karena sudah memiliki kemampuan teknis dan bisa berkomunikasi dengan benar". Saat itulah saya mulai pede dengan kemampuan saya untuk menjadi seorang salesmen sekaligus pimpinannya. Hal ini terjadi sebelum saya menjadi manager training, SLC. Dalam training center, ilmu salesmen saya berkembang dengan baik, karena saya bisa menjadi salesmen dan juga sekaligus mengajarkan ilmu salesnya kepada salesmen. Keadaan inilah saya membangun kemampuan salesmen yang tidak memiliki bakat jadi salesmen. Salesmen seperti banyak, ya sekitar 95%nya. Ada yang awalnya terpaksa jadi salesmen karena tidak ada pekerjaan lain. Dorongan terbesar mereka adalah uang yang dihasilkan. Inilah motivasi terbesar mereka, dapat kerja dan dapat uang sebagai salesmen. Walaupun orang tersebut tidak memiliki kemampuan sales dan kadang rada malu.


Sekali lagi sebenarnya mereka yang 95% itu memiliki kemampuan sales, tapi terhalang oleh berbagai kepentingan. Karena "malu" jadi tidak mampu mengeluarkan kemampuan salesnya. Karena "terpaksa menjadi salesmen", kemampuan sales nya tak terjangkau oleh pikiran untuk jadi tindakan. Dan banyak sebab lainnya. Oleh karena itu saya berpikir tidak perlu mengajari banyak hal yang bisa dilakukan mereka untuk jadi salesmen. Ini juga menjadi parameter dalam mentraining seseorang. Cara atau resep seseorang tidak pernah bisa ditiru oleh orang lain, maka sebagai trainer hanya bisa membangkitkan kemampuan pada diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Kalau saya memaksakan cara berjualan A, belum tentu bisa dijalankan dengan baik oleh salesmen. Hal ini karena salesmen itu sendiri sudah memiliki kemampuan dan sering terjadi self talk terhadap cara berjualan A itu. Alhasil adalah salesmen tetap menjalani caranaya sendiri.


Langkah membangun kemampuan salesmen adalah fokus utama saya setelah memiliki pengalaman dalam training center. Alhamdulillahnya saya diminta untuk merubah seorang office boy menjadi salesmen. Apa mungkin ? Ya Insya Allah mungkin. Karena saya berpikir semua sudah memiliki kemampuan dasar dalam menjual. Pertama kali yang saya lakukan adalah melakukan apa yang pernah saya buat dalam sekolah SPG. Dalam sekolah SPG, SPG sudah memiliki niat untuk jadi salesmen, sedangkan OB tidak memiliki itu. Hanya OB sering mendengar dan melihat jadi salesmen itu banyak uangnya dan "hebat" lah. Inilah yang mendasari OB ini menjadi salesmen, dengan kata lain "ingin merubah nasib". Diawal saya saya mengajak mereka ngobrol tentang nasib. Apakah nasib mereka yang tentukan ? Sebagian mereka menjawab nasib itu di tangan Allah. Tapi saya mengajak berpikir dan merenungkan, mengapa nasib mereka menjadi OB, apakah Allah yang tentukan ? Mereka sadar ternyata BUKAN Allah yang menentukan nasib mereka jadi OB. Mereka memilih sendir menjadi OB dan patennya lagi pekerjaan OB itu dilakukan terus-menerus (kebiasaan), maka dikenalnya mereka sebagai OB. Untuk merubah nasib mereka, apa yang harus dilakukan ? Ya merubah pilihan dan pasti atas izin Allah. Mereka memilih jadi salesmen dan terbuka kesempatan oleh perusahaan untuk dipercaya dan Allah izinkan itu terjadi sebagai amanah yang mesti dipertanggungjawabkan. Ada 3 hal, memilih, dipercaya dan diizinkan.


Saya meletakkan dasar berpikir menjadi salesmen yang kalau saya sebut sebagai windownya. Sedangkan software mengikuti sistem windownya. Software itu adalah cara berjualannya dan manajemennya. Saya menguatkan mereka tentang 3 hal di atas. Memilih adalah tidak perlu disesali karena memang itu yang diinginkan. kadang memilih itu bisa dipengaruhi oleh pengaruh luar (seperti uang dan imajinasi menjadi salesmen). Sebenarnya Memilih itu tidak hanya memilih pekerjaannya saja menjadi salesmen, tapi memilih seluruh aspek tentang salesmen. Tidak sekedar berpikir sekedar uang dan kehebatannya, aspek belajar pelanggan, belajar manajemen dan berlatih mempraktekkan penjualan dan sebagainya.Apa artinya memilih ? Seperti halnya nikah itu juga memilih, tapi ditengah jalan bisa berpisah. Padahal memilih itu diawal adalah baik dan menjadi baik seterusnya. jangan sampai bilang, "udah tidak jodoh lagi karena beda prinsip". Memilih menjadi seorang salesmen sebagai pilihan, maka konsekuensinya adalah membuktikan bahwa menjadi salesmen itu benar sebagai pekerjaan yang saya tekuni. Apakah nanti bisa berubah memilih yang lain ? Bisa saja asal seorang salesmen sudah membuktikan bahwa jadi salesmen itu benar (dengan kata lain sudah sukses). Sukses itu adalah pembuktian pilihan tersebut. Bagaimana kalau memilih jadi salesmen tapi malas-malas yang bikin target tidak tercapai ? Ini bukan memilih tapi asal memilih alias mumpung ada kesempatan. Menjagak salesmen itu berpikir dan merenungkan tentang memilih saja sudah bisa membangkitkan rasa tanggung jawab atas pilihannya. Disini saya bisa membangkitkan semangat dan motivasinya. Alhasil semua ini bisa mendorong mereka untuk bekerja sebagai salesmen yang bertanggung jawab.

Disisi lain adalah kepercayaan perusahaan untuk mengangkat mereka menjadi salesmen. Kepercayaan itu pasti ada latar belakangnya dan percaya juga dengan  kemampuan Ob dalam menjual. Bagi OB saya hanya mengajak berpikir bahwa tidak mudah mendapatkan kepercayaan itu dan itu adalah kesempatan. kesempatan untuk mengubah nasib. Apa yang harus OB lakukan terhadap kepercayaan itu ? Membuktikan kepercayaan itu bener. Hal ini sangat berarti bagi OB karena dipercaya dan memiliki dorongan dengan mensyukuri kepercayaan itu dengan bekerja maksimal. Lalu hal berikutnya adalah izin Allah. Pasti semua terjadi atas izin Allah. Banyak orang tidak mempercayai hal ini, dan cenderung berpikir karena pilihan mereka saja. Disinilah saya membangun religius mereka untuk menyadari ada Allah dalam peran hidup mereka. Mengapa Allah izinkan ? Bisa jadi Allah memberi amanah karena Allah tahu mereka (OB) itu bisa mempertanggungjawabkannya. Bagaimana bisa mempertanggungjawabkannya ? Apakah mereka mampu ? Apakah mereka sanggup menghadapi semuanya ? Disinilah diingatkan lagi bahwa semua tanggung jawab kepada Allah itu adalah tanggungjawab tertinggi diatas perusahaan. Artinya secara tidak langsung, mereka bekerja menjadi salesmen itu untuk Allah. Dapat diartikan mereka melakukan hal yang baik dan positif jadi salesmen. Dan Allah tidak membiarkan mereka bekerja sendiri, tapi Allah selalu mendampingi mereka asal selalu sadar kepada Allah.

Selanjutnya pasti diajari tentang ilmu dan manajemn salesmen yang memudahkan mereka bekerja sebagai salesmen. Dengan kata lain saya hanya menambahkan ilmu yang mereka miliki dan meluruskan ilmu mereka. Alhasil OB tersebut menjadi salesmen beneran. Walaupun ada beberapa yang tidak performe dengan baik. 60% berhasil dan sekarang mereka menjadi salesmen di berbagai merek. Itulah nasib mereka yang tadinya seorang OB dan sekarang menjadi salesmen ... karena memilih untuk membuktikannya kepada Allah yang telah memberi amanah dan dipercaya oleh perusahaan.

Inilah yang saya lakukan dalam training center untuk membangun kemampuan salesmen, dan ini menjadi pengalaman yang luar biasa. Apa yang terjadi selanjutnya ? Saya menjadi kaya dengan pengalaman ini dan saya mampu melakukannya lagi. Ikuti kisah berikutnya tentang training center dan trainer.

Munir Hasan Basri

Penulis buku, trainer, motivator

Kamis, Oktober 24, 2024

Training center menyelenggarakan Sekolah SPG

Semangat pagi semuanya. Insya Allah setiap langkah hidup ini selalu dalam rahmatNya, dan saat lalai selalu pula diingatkan Allah. Jangan sampai lupa dengan sang Pencipta yang Maha rahaman dan rahim, sekecil apapun yang saya sadari dari diri saya adalah milik Allah dan selalu peran Allah. Satu tarikan napas saya adalah milik Allah dan saya mesti bersyukur dengan memanfaatkan tarikan napas itu jadi amalan. Saya membayangkan tarikan napas itu terhenti ... kembali kepada Allah.

Tulisan saya sebelumnya tentang pengalaman dunia training center dan trainer adalah Membangun training center dari nol, Mengembangkan training center, Menjadikan training center sebagai pusat informasi, Membangun training center sebagai pusat pelatihan, Meneruskan keberadaan training center, Membangun kemampuan trainer, dan Efek kemampuan trainer,  Membuat materi training itu mudah,  Training center untuk Manager dan Direksi, dan Training center menyelenggarakan Sekolah SPG 

Dari berbagai hal yang sudah saya lakukan tentang training bersama team, saya terpikir saat itu, mengapa saya tidak "membangun sekolah ?" Sekolah apa ya ? Saya masih bermimpi saat itu dan mulailah saya mengumpulkan beberapa training yang sudah saya lakukan, seperti motivasi, informasi produk dan perusahaan, training salesmanship dan training problem solving, training komunikasi dan lainnya. Saya merasa sudah cukup materi tersebut untuk membuat seorang SPG dari nol.

Awalnya saya mulai untuk menerima SPG-SPG baru yang diterima oleh perusahaan untuk dipekerjakan. Saya membekali mereka dengan motivasi kerja. Apa itu motivasi kerja ? Saya mengajak mereka untuk menyadari bahwa kerja bukan cari uang. Dan mereka heran, kok begitu. Mereka cari kerja untuk dapat uang. Betul begitu, setelah ajak mereka merenungkan lebih dalam. Ternyata hidup itu cari kerja walaupun sudah kerja. Diterimanya sebagai SPG adalah cari tempat kerja, lalu setelah masuk mereka harus benar-benar cari kerjaannya. Apa itu kerjaannya SPG ? Ya mengetahui produk, merek, perusahaan dan berani menawarkan produk agar calon pelanggan memutuskan untuk membeli. Jika kerjaan itu tidak dijalani dengan benar, maka tidak terjadi penjualan alias SPG tidak dapat uang. Setelah SPG menyadari apa yang mesti mereka cari (kerjaan), maka uang pun sepadan dengan apa yang mereka kerjaan. Saya bilang kepada SPG, "mau gaji gede, jual yang banyak. Jual yang banyak itu kerja yang banyak dan berkualitas". Disinilah saya membangun SPG dengan dasar yang kuat, bukan mengajari SPG dengan mimpi uang banyak dan fokus kepada menjual saja.

Langkah awal membangun sekolah SPG ini tidak hanya teori saja, tapi juga ada porsi prakteknya. Saat mereka saya ajari hal di atas, saya minta mereka mulai menjual (praktek). Apa yang mereka dapatkan dijelaskan kembali di kelas sekolah. Misalkan mereka bisa menjual 4 unit produk dan terjadi kegagalan 10 kali. Maka Mereka mesti mengambil hikmahnya, bahwa mereka mesti tahu penjualan itu terjadi tidak 100%, dalam hal ini SPG hanya bisa menjual 4 dari 14 kali aktivitas. Katakan saja jika uang yang didapat 100.000. Maka untuk mendapatkan uang 200.000, mereka harus cari kerja sebanyak 28 aktivitas.  Efeknya SPG menjadi sabar dan memahami rezeki Allah lewat kerja. Kadang bagus dan kadang belum dapat aja penjualan. 

Untuk melatih cara berkomunikasi dengan calon pelanggan, saya menerjunkan mereka dalam praktek setiap hari. Apa itu ? Mereka terjun di dunia call center, dimana mereka dapat menguji ilmu komunikasinya. Dan saya melatih mereka untuk presentasi kepada karyawan, selain melatih kepada calon pelanggan. Sekolah ini dibangun tanpa ada biaya yang berarti karena mereka mendapatkan ilmu gratis, praktek langsung gratis dan perusahaan mendapatkan hasil yang luar biasa. Dalam perjalanan sekolah SPG ini tidak semua berhasil. Dari 10 orang yang menjadi SPG hanya 6 orang dan sisanya kalah karena butuh uang (mencari pekerjaan lain yang langsung menghasilkan uang).

Ujian praktek tentang produk secara teknis dan non teknis, saya menerapkan role play atau diskusi produk. Dimana saya dan tean yang sangat paham teknis, benar-benar menguji jawaban yang pas sebagai SPG dalam berjualan. Misalkan jangan bilang produk ini hemat listrik, sedangkan calon pelanggan melihat data produk wattnya besar. Disini SPG diajari makna hemat, yang secara teknis adalah tergantung watt dan waktu. Berapa lama pemakaian atau fungsi produk itu berlangsung menjadi penentu hasil yang didapat ? Dalam hal setrika, mana yang hemat setrika dengan watt 250 watt dengan 350 watt ? Calon pelanggan cenderung memilih 250 watt dan lebih murah lagi. Tapi ternyata SPG mesti bisa menjelaskan bahwa watt 350 itu lebih hemat. Mengapa ? Lebih cepat panas dan hasil setrikaan rapi dengan waktu pemakaian lebih cepat dibanding setrika 250 watt (karena watt yang rendah memberi waktu pemanasan lebih lama). Hal kecil seperti ini mesti menjadi pengetahuan SPG untuk mengedukasi pelanggan. Selama ini SPG hanya dididik cara menjual dan triknya saja. 

Alhamdulillah saya dan team dapat mengembangkan training center sebagai "sekolah SPG". Berapa lama saya menjadikan SPG bersekolah ? Sebenarnya secara kelas bisa berlangsung 1 - 2 bulan, dan setelah mereka di kontrak sebagai SPG, maka training terus berlanjut di dalam training center. Saya dan team mendapatkan banyak pengalaman dan kemampuan baru (ilmu dan ketrampilan). Didalam dunia salesmen, banyak merek sangat ingin merekrut SPG dari merek yang saya training. Kata mereka bisa langsung pakai dan ilmunya canggih. Jadi deh SPG didikan training center waktu itu bisa jual mahal (minta gaji lebih tinggi) . Hal yang membanggakan saya dan team adalah di saat kami berada di mall sering ditegur SPG yang pernah kami didik, "selamat siang pak". Ternyata SPG tersebut sudah pindah ke merek lain, dimana kami tidak mengenalnya lagi. Beberapa alumni SPG sudah ada yang jadi supervisor sales dan bahkan manager toko.

Disinilah saya yang membekali trainee dengan ilmu carilah kerjaan, maka uang mengikutinya. Saya sudah paham betul dan menerapkannya. Saya selalu mencari kerjaan baru atau mengambil inisiatif kerjaan orang lain untuk dikerjakan. Disinilah saya membuktikan dan mendapatkan kepercayaan. Ingin tahu lebih banyak tentang training center dan trainer ? Ikuti terus tulisan saya berikutnya.

Rabu, Oktober 23, 2024

Training center untuk Manager dan Direksi

 Semangat pagi, Insya Allah tulisan yang saya share tentang training center dan trainer menjadi inspirasi dan membangkitkan siapa pun yang ingin meningkatkan kemampuan semakin tinggi.

Tulisan saya sebelumnya tentang pengalaman dunia training center dan trainer adalah Membangun training center dari nol, Mengembangkan training center, Menjadikan training center sebagai pusat informasi, Membangun training center sebagai pusat pelatihan, Meneruskan keberadaan training center, Membangun kemampuan trainer, dan Efek kemampuan trainer,  Membuat materi training itu mudah, dan Training center untuk Manager dan Direksi (tulisan saat ini)

Saya berkecimpung dalam training center sejak 2003 sampai sekarang. Saat ini saya tetap produktif dalam mencreate training dan mendelivernya untuk mereka yang merasa sudah produktif tapi nyatanya belum. Dalam sharing saya tentang training center dan trainer, perjalanan pengalaman berharga bagi saya. Dari tahun ke tahun saya terus mengembangkan diri menjadi "Trainer Profesional" dan yang pasti mengembangkan training center itu sendiri. Sebagai trainer saya memimpikan training center sebagai pusat pelatihan sudah terwujud waktu itu, dan satu lagi yang saya inginkan adalah training center untuk manager dan direksi. Saya berimajinasi, saya menjadi trainer bagi manager dan direksi. 

Ternyata dalam perjalanan training center yang sudah diakui oleh perusahaan mengantarkan saya benar-benar menjadi trainer yang memberi training kepada manager sales, branch manager dan direksi. Training untuk direksi dilakukan bersamaan waktunya dengan meeting tahunan nasional. Seperti biasa saya merespon ini dengan rasa senang dan banyak khawatir, apakah saya bisa ? Yang ada dalam gambaran saya, seorang trainer profesional di luar sana begitu menyakinkan dalam menyampaikan dalam trainingnya. Apa yang bisa saya lakukan ? Bersiap dengan bener, walaupun dalam pikiran saya pasti tidak ada yang bener dan sempurna.

Dari mulai mencari materi yang sederhana saja, seperti biasanya setiap tahun bos dan manager selalu meeting dan yang menarik adalah membicarakan hal yang sama dan solusi yang sama. Tema ini menjadi bagus menurut saya untuk disampaikan kepada direksi dan manager. Membicarakan yang sama menunjukkan adanya program yang tidak mampu dijalankan, bisa karena memang kemampuan orang yang menjalankannya tidak mumpuni atau memang program itu hanya di atas kertas tanpa adanya tindakan lanjutan untuk mempersiapkan segala hal bisa terjadi. Banyak bos bilang semua harus berubah, tapi pada kenyataannya bos sendiri tidak berubah. Kembali kepada rutinitas. Bos selalu minta omset, kalau tidak capai target dianggap gagal. Sehingga yang terjadi adalah semua manager berusaha berbagai cara untuk memenuhi target, cenderung tidak berorientasi kepada masa depan (cara yang kreatif). Perubahan disikapi sebagai bertambahnya omset BUKAN pengalaman baru yang bisa menambah kemampuan manager yang dapat merubah semua team untuk meningkatkan omset. 

Waktu itu, Saya mengajak semua orang berubah dengan rumus sederhana. Perubahan = potensi x action, saat action itu sama dari tahun ke tahun maka hasil cenderung sama. Action adalah perwujudan potensi yang sama pula. perubahan itu memang harus dimulai dari pikiran setiap orang untuk mampu melihat dengan ilmu agar menjadi potensi yang lebih baik.  Kalau seseorang ilmunya sama dari tahun ke tahun, maka kemampuan orang itu tidak bisa melihat peluang dari apa yang dimilikinya. Efeknya actionnya juga sama. Bagaimana hasilnya ? Maksimal bisa sama dan besar kemungkinan tidak sama. Kok bisa ? karena kompetisi diluar perusahaan berubah dan "menghambat" saya. Dalam keadaan seperti ini banyak bos dan manager panik dengan menyelesaikan dengan kondisi stress. Apa yang dilakukan, "marah-marah kalau belum capai omset". Manager hanya "yes-man" dan berusaha mencapai omset. Mereka kalau ada omset lebih ditahan untuk belum berikutnya, dan cenderung meminta program sales dan macem-macem sebagai alasan untuk bisa mencapai omset.


Sekali lagi dalam rumus yang saya sampaikan, dua hal yang bisa dilakukan untuk berubah. Itulah yang saya sampaikan kepada bos dan manager dalam trainingnya. Saya mengemukakan bahwa penting buat semua orang berubah lewat 2 cara berikut :

1. Kondisi yang nyaman dan tidak stress. Kondisi yang dibutuhkan untuk mampu berpikir positif, bukan stress dan tertekan yang memang menghadirkan pola pikir emosional. Kondisi nyaman ini bisa diciptakan sendiri atau dibentuk oleh team, tapi peran diri sendiri sangat menentukan. Apa yang terjadi ? Pikiran dengan mudah mengelana untuk hal yang sudah ada dalam pikiran dan terbuka untuk pikiran baru. Artinya jika hal ini dilakukan, maka potensi menjadi bertambah. Potensi yang bertambah mengantarkan diri untuk actionpun jadi lebih. perubahan ? Pasti terjadi, dan mesti harus konsisten.

2. Untuk meningkatkan potensi dapat pula dilakukan dengan menambah ilmu. Memahami ilmu dengan benar, tidak perlu banyak tapi sedikit tapi benar-benar paham. Misalkan ilmu networking, bila dijalani dengan ilmu bener, maka penambahan jaringan sedikit demi sedikit menjadi penting untuk menambah omset. Ilmu yang dipahami dapat membuka action mengikutinya sehingga perkalian potensi x action menjadi berlipat.

Tentunya dalam training itu saya tunjukkan perubahan itu melalui permainan sulap. Saya sudah mempersiapkan peralatan sulapnya untuk semua orang. Misalkan dengan permainan kartu saja, seorang manager dapat memberi kejutan kepada dealer dalam mengembangkan keakraban yang berujung kepada penjualan. Ilmu barunya ilmu sulap, actionnya bermain sulap, hasilnya semakin akrab dan penjualan yang meningkat. Saya minta manager itu membayangkan dilakukan 10 dealer, 20 dealer dan seterusnya ... mereka berubah dan berubah pula hasil yang proporsional.

Setelah training tersebut,Training center benar-benar telah menjadi pusat pelatihan seperti konsultan training. Perbedaan training center sendiri  pasti tahu keadaan perusahaan dengan baik dan memberikan solusi dengan "ikhlas". Bagaimana dengan konsultan training di luar perusahaan ... semua berujung uang dan apa yang diberikan belum tentu pas dengan keadaan manager dan persoalannya. Alhamdulillah setiap ada pelatihan bagi manager dan supervisor nasional, Training center menjadi pengisi acara. Terpenuhi sudah apa yang saya impikan, yang meningkatkan kemampuan training saya.

Manager dan direksi sangat respek dengan apa yang saya berikan, dan ternyata mereka merasakan hal baru yang belum pernah dialami sebelumnya. Dalam satu kesempatan saya pun training untuk manager dan direksi perusahaan lain, semua terpesona dan angkat jempolnya. Tersanjung deh saya, dan selanjutnya kemampuan ini membekali saya untuk memberanikan training untuk "publik". Ikuti terus pengalaman saya dalam training center dan trainer dari blog ini.

Featured post

Dari Mata turun ke pikiran

 Salam bahagia selalu, merasa bahagia itu penting dan membuat diri kita menjadi semakin bahagia. Insya Allah imajinasi dan apa yang kita lih...