Salam bahagia selalu dan Insya Allah kita selalu diberikan keluasan pikiran positif untuk meningkatkan hidup yang lebih baik. Aamiin
Setelah 3 tulisan tentang bangun pagi, yang pertama senangnya bangun pagi, kedua bahagianya bangun pagi, ketiga yakinnya bangun pagi. Saya menulis masih tentang bangun pagi ...enaknya bangun pagi. Sebuah pengalaman yang banyak tantangan dan ketakutan yang berakhir dengan kebaikan Allah. Ada bangun pagi, ada telat bangunnya dan ada juga nggak enaknya bangun pagi. Saya bahas dulu enaknya bangun pagi ... bisa jadi saya hanya ingin sekali bangun pagi dengan niat bertemu Allah, menghadap dalam salat Tahajud. Keinginan itu diizinkan Allah, bukan semata karena saya. Saya terbangun bukan karena alarm yang saya siapkan. Sebelumnya waktunya sudah bangun, Subhanallah. Alarm saya pukul 02:15 dan alarm kedua 02:30. Adakalnya saya tidur sempurna dengan wudhu, doa dan zikir, tapi tidur jam 23:00 ... dalam hati ada iya saya bisa bangun. Dan ternyata saya sadar saya dibangunkan Allah tepat pukul 02;10. Saya berpendapat karena Allahlah saya dibangunkan dan Allah menguji saya untuk bersyukur atau tidak. Langsung bangun dan sadar dengan berdoa bangun tidur. Ini saya bayangkan melepas ikatan setan yang pertama. Saya berpikir, jika saya tidak ke kamar mandi dan wudhu. Maka kembali tidur lagi, Saya sudah punya tekad dan semangat untuk berwudhu (bahkan saya mandi pagi). Minum air putih sedikit dan langsung salat. Perjalanan salat ini pun saya bayangkan (seolah) Allah melihat saya salat dan begitu juga dengan doa. Saya berharap dan memohon agar Allah melihat dan mengabulkan doa saya. Saya lanjutkan zikir hingga subuh. Dan Alhamdulillah subuhpun berjamaah di Masjid. Begitu baiknya Allah kepada saya untuk bangun pagi dan "bertemu denganNya", tapi saya mesti mempersiapkan diri dengan baik. Begitulah enaknya bangun pagi. Dan Alhamdulillah ya lagi, semua ketakutan dan kekhawatiran tidak terjadi. Misalkan takut ngantuk, capek dan sebagainya.
Disisi lain, ada hari dimana saya telat bangunnya, tapi bersyukur masih sebelum subuh. Padahal tidurnya sudah dibuat pukul 08:00 malam. Bangunnya jam 04:00 pagi. Dari hal ini saya mengmbil hikmahnya, apa yang saya siapkan belum tentu sesuai apa yang saya harapkan. Allah berkehendak lain (telat bangun pagi) bukannya tidak sayang kepada saya. Tapi saya melihat Allah ingin menunjukkan bahwa keikhlasan dalam berkeinginan. Keinginan yang telah dirahmati Allah dan sangat perlu pasrah dan ikhlas menjalaninya. Allahlah yang berkehendak. Ada hari saya dibangunkan Allah pukul 01:00 pagi, disini saya berlogika mau tidur lagi untuk bangun jam 02:30 pagi. Saya berpikir kalau saya tidur lagi, apa iya bisa bangun lagi. Lalu kalau saya beraktivitas pagi mulai 01:00 pagi, apa nggak ngantuk banget ? Ternyata Allah menguji saya mau tidur lagi atau lanjut ? Dengan bismillah dan pasrah kepada Allah, saya tidak tidur lagi dan terus sampai pagi dan siang. "Nggak ngantuk tuh", Begitulah jika saya percaya kepada Allah dan berserah diri dengan petunjukNya maka semua berjalan dengan daya dan kekuatan dari Allah.
Berikut ini saya berbagi memanjemenkan bangun pagi jam
1. Yang pertama adalah buatlah diri saya senang, yaitu perasaan saya. Kita sih bilang "mood" atau sejenisnya. Bayangkan kalau perasaan saya tidak mood, maka semua berantakan alias gagal.
2. Mood atau perasaan yang menyenangkan hanya bisa diciptakan dengan keinginan yang sesuai apa yang saya cita-citakan. Misalkan bangun pagi itu bisa memulai lebih awal dan awalnya bersama Allah. Kondisi ini bisa berpengaruh pada aktivitas saya di siang hari. Seperti tulisan pertama, alangkah senangnya saya bisa mengikuti kebiasaan bangun pagi para CEO dunia. Tak hanya itu saja Perasaan saya juga dipengaruhi oleh kesehatan, maka dari itu saya buat diri saya sehat dengan mencukupkan vitamin dan makanan sehat. Terakhir saya menciptakan suasana hati yang menyenangkan saat tidur.
3. Saya membuat catatan kecil tentang hambatan atau pikiran yang berlawanan dengan keinginan saya. Memori yang tersimpan yang mengkhawatirkan saya tidak bisa bangun pagi. Disini saya membaca dan membuat afirmasi tentang hal positif dengan bangun pagi. Pada tulisan kedua dan ketiga, saya menjawab kekhawatiran itu dengan kebaikan dari bangun pagi dan dalil Al Qur'an dan hadist. Dibaca berulang pun sudah menjadi afirmasi dan semakin mendalami maksud Al Qur'an dan hadist semakin menambah yakin saya bisa bangun pagi bersama Allah.
4. Setelah pemahaman semua itu saya mesti menjadi orang yang paling kuat untuk mewujudkannya. Mulai menciptakan suasana menjelang tidur yang relax (nyaman), berdoa dan zikir, dan memohon kepada Allah untuk membangunkan saya di pagi hari. Yang menentukan adalah Bangunnya. Jam berapa pun bangunnya, patut saya syukuri :
a. Saya diberi kesempatan bertemu Allah di sepertiga malam dan menyampaikan doa kepada Allah serta mempersembahkan salat yang terbaik. Ada banyak orang dibangunkan di pagi hari, tapi diteruskan dengan tidur lagi, dan ada juga orang yang tak diberi kesempatan Allah dengan tidur yang lelap.
b. Kekuatan dari petunjuk Allah yang memberi janji dengan melakukan aktivitas pagi yang baik (salat, ngaji dan zikir, belajar dan sebagainya). Saya ingin pula membuktikan saya bisa mengalahkan musuh saya, yaitu setan yang mengikatnya. Saya bangun lepaskan ikatan pertama, saya wudhu lepas pula ikatan yang kedua dan akhirnya saya salat untuk melepaskan ikatan setan yang ketiga. Hanya karena Allah lah saya mampu melepaskan ikatan setan tersebut dan saya pun beraktivitas yang baik sepanjang pagi.
5. Yang terakhir ini saya mesti terus berterima kasih dan bersyukur atas bangun pagi. Tidak sombong sekalipun ada di hati, untuk itu saya terus ikuti hati saya dengan beristighfar. Saya bersyukur untuk terus memperbaiki kualitas bangun pagi saya dari hari ke hari, maka saya pun mesti banyak membaca petunjuk Allah (Al Qur'an) dan ilmu pengetahuan lainnya.
Ayat berikut ini patut menjadi renungan :
Surah Al-Ma'idah (5): Ayat 2
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُحِلُّوا شَعَائِرَ اللَّهِ وَلَا الشَّهْرَ الْحَرَامَ وَلَا الْهَدْيَ وَلَا الْقَلَائِدَ وَلَا آمِّينَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِّن رَّبِّهِمْ وَرِضْوَانًا ۚ وَإِذَا حَلَلْتُمْ فَاصْطَادُوا ۚ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ أَن صَدُّوكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَن تَعْتَدُوا ۘ وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu melanggar syi’ar-syi’ar Allah, jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan mengganggu hewan kurban dan kalung-kalungnya, dan jangan pula mengganggu orang-orang yang menuju Baitullah untuk mencari karunia dan keridaan Tuhannya. Tetapi apabila kamu telah menyelesaikan ihram, maka bolehlah kamu berburu. Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum karena mereka menghalang-halangimu dari Masjidil Haram, mendorongmu berbuat melampaui batas. Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaan-Nya."
Tafsir dan Kandungan Makna:
- Menjaga Syi’ar Allah
- Larangan untuk meremehkan atau melanggar hal-hal yang dimuliakan Allah, seperti ibadah haji, bulan haram, dan hewan kurban.
- Menghormati Bulan Haram, Bulan-bulan haram (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab) adalah waktu yang dimuliakan, di mana peperangan dan kekerasan dilarang.
- Larangan Melampaui Batas karena Kebencian, Meskipun kaum musyrik pernah menghalangi kaum Muslimin dari Masjidil Haram, Allah melarang membalas dengan kezaliman. Islam mengajarkan keadilan bahkan terhadap musuh.
- Prinsip Tolong-Menolong. “Tolong-menolonglah dalam kebaikan dan takwa”: ajakan untuk bekerja sama dalam hal yang membawa manfaat dan mendekatkan diri kepada Allah. “Jangan tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan”: larangan keras untuk bersekongkol dalam kejahatan atau permusuhan.
- Takwa dan Ancaman Allah. Ayat ditutup dengan peringatan agar bertakwa, karena Allah sangat keras siksa-Nya bagi yang melanggar.
🌅Pagi Hari (Setelah Subuh)
Shalat Subuh berjamaah
Dzikir dan membaca Al-Qur’an
Menghadiri majelis ilmu bersama gurunya (seperti Ibn Jarir al-Tabari)
Menulis dan mencatat pelajaran dari kitab tafsir, hadis, atau fikih
🕰️ Siang Hari
Shalat Dhuha (jika dilakukan)
Mengajar murid atau berdiskusi ilmiah
Mengkaji kitab-kitab klasik atau menyalin manuskrip
Shalat Zuhur dan istirahat ringan
🌇 Sore Hari
Shalat Ashar
Melanjutkan kajian atau menulis
Bersosialisasi dengan ulama lain atau masyarakat
Membaca atau menyusun karya ilmiah
🌃 Malam Hari
Shalat Maghrib dan Isya
Tahajud atau ibadah malam
Merevisi tulisan atau hafalan
Tidur lebih awal untuk bangun pagi
Rasulullah bersabda :
ما من يومٍ يُصبحُ العبادُ فيه إلا ملكانِ ينزلانِ، فيقولُ أحدُهما: اللهم أعطِ منفقًا خلفًا، ويقولُ الآخرُ: اللهم أعطِ ممسكًا تلفًا
Diriwayatkan oleh: Imam al-Bukhari dalam Shahih al-Bukhari, no. 1442 Imam Muslim dalam Shahih Muslim, no. 1010
Hadis ini menunjukkan bahwa setiap pagi adalah waktu yang penuh berkah, dan malaikat mendoakan manusia sesuai dengan amalnya. Sedekah di pagi hari mendapat doa khusus dari malaikat agar diberi balasan dan keberkahan. Sebaliknya, orang yang kikir atau menahan hartanya mendapat doa agar hartanya rusak atau hilang.
Bangun pagi adalah waktu penuh berkah, baik untuk orang dewasa maupun anak-anak. Rasulullah ﷺ mendoakan umatnya agar diberkahi di waktu pagi.Membangunkan anak dengan cara yang lembut dan penuh cinta adalah bagian dari sunnah dalam mendidik mereka.
Saya membuat parameter dari bangun pagi. Bangun pagi menjadi acuan aktivitas kita yang semakin baik.
- Apakah kita benar-benar menyenangkan untuk istirahat tidur di malam hari ?
- Apakah kita meneladani kebiasaan nabi Muhammad saw sebagai bentuk ketaatan dan bukan keterpaksaan atau bahkan berniat untuk meraih kehidupan dunia yang kita harapkan ?
- Apakah kita berpasrah dan ikhlas kepada Allah dalam tidur kita ?
- Apakah saat bangun kita menjadi lebih nyaman dan sehat ?
- Apakah kita juga taat meneladani kebiasaan Nabi Muhammad saw bangun bagi ??
- Apakah kita merasakan kehadiran Allah dalam setiap aktivitas bangun pagi kita, seperti bangun, wudhu, salat, zikir dan berdoa ?? Yang menyebabkan kita dapat melakukan semuanya dengan "khusyuk" ??? Apakah kita merasakan salat Tahajud dilihat oleh yang Maha Melihat, Maha Mendengar, Maha Mengetahui dan Maha Mengabulkan ??? Begitu juga saat berdoa "memanggil dengan zikir" kita dapat merasakan Allah Mendengar dan Mengabulkan doa kita ??
- Apakah kita ikut salat berjamaah Subuh di Masjid ??
- Apakah dengan bangun pagi kita selalu terdorong melakukan aktivitas lainnya setelah menjadi semakin baik (beramal saleh) ?? Kalau tidak, maka kita mesti memperbaiki kualitas bangun paginya !!
- Apakah kita terus fokus dan memperbaiki kualitas bangun pagi kita ?? Semakin rutinitas (cenderung bosan) atau semakin banyak hal baru
Insya Allah 9 hal di atas mampu mengukur kualitas dan dampak bangun pagi kita.
[Suasana malam yang tenang, bintang bertaburan di langit. Tiga sahabat duduk di tikar halaman rumah, ditemani teh hangat dan suara jangkrik.]
Myra: Kalian pernah nggak sih ngerasa bangun pagi itu kayak hadiah dari Allah? Bukan cuma soal waktu, tapi rasanya kayak... disapa langsung sama Allah
Mamat: Wah, gue relate banget, Myra. Apalagi kalau bangunnya sebelum alarm bunyi. Rasanya kayak Allah bilang, “Ayo, Aku tunggu kamu.” Dan pas bisa langsung wudhu, salat, zikir... itu damai banget.
Bujang: Iya, iya... gue juga pernah tuh. Bangun jam 2 pagi, padahal tidur cuma bentar. Mau tidur lagi, tapi hati bilang, “Coba deh salat dulu.” Eh, malah kuat sampai Subuh. Nggak ngantuk sama sekali. Kayak dikasih energi dari langit.
Myra: Itu dia... kadang kita takut capek, takut ngantuk, tapi ternyata semua itu cuma bisikan. Kalau niatnya karena Allah, Allah yang bantuin kita kuat.
Mamat: Dan yang paling gue syukuri, bangun pagi bikin gue lebih tenang seharian. Nggak gampang marah, lebih fokus kerja, dan kayak ada cahaya yang nemenin terus.
Bujang: Gue jadi mikir, jangan-jangan bangun pagi itu bukan cuma soal waktu, tapi soal siapa yang kita temui pertama kali. Kalau Allah yang pertama, ya hari kita pasti berkah.
Myra:Masya Allah, Bujang... itu dalam banget. Makanya gue sekarang belajar untuk tidur dengan niat. Bukan cuma istirahat, tapi pasrah. Biar Allah yang bangunin.
Mamat: Dan kalau pun telat bangun, jangan nyalahin diri. Mungkin Allah lagi ngajarin kita ikhlas. Yang penting tetap syukur dan terus perbaiki niat.
Bujang: Setuju. Yuk, kita saling ingetin terus. Biar bangun pagi kita bukan cuma rutinitas, tapi jadi jalan ketemu Allah setiap hari.
Myra & Mamat: Aamiin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar