Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Jumat, Agustus 15, 2025

Ketika Nurani Bertabrakan dengan Perintah Atasan

 Salam bahagia selalu, Insya Allah kita dapat mengatasi masalah demi masalah dan mendapatkan kebaikannya. Aamiin

Hari ini ingin berbagi ada kejadian Mamat yang menghadapi masalah. Masalah memPHK karyawannya. Alasan yang dikemukakan perusahaan adalah perusahaan merugi sehingga tidak mampu membayar lagi. Tapi Mamat sebagai manager tahu bahwa perusahaan tidak rugi-rugi amat, masih ada untung walapun sedikit. Mungkin menginformasikan hal ini menjadi berat bagi Mamat, karena berbohong. Dan ditambah perusahaan tidak mau membayar pesangon besar, hanya ingin membayar di bawah 50%. Karyawan diminta mundur bukan dipecat. Bertambahlah beban Mamat karena tidak sesuai hati nuraninya. 

Tak hanya itu, akibat dari "pengurangan karyawan", berdampak kepada karyawan yang tersisa. Masalahnya lagi ... Karyawan diminta bekerja double untuk mengerjakan karyawan yang di PHK. Sebenarnya nggak masalah, tapi karyawan merasa bekerja lebih banyak dengan gaji tetap. Begitu Mamat sebagai manager menanggung beban berat, stress dan uring-uringan untuk mengeksekusinya. Mamat masih untung masih dikenal baik oleh karyawannya. Ada sih yang protes, kok diminta mengundurkan diri sih ? Kenapa nggak jujur aja. Beberapa karyawan melihat kondisi bos dan pemilik perusahaan menampilkan gaya hidup mewah seperti tidak ada yang salah dengan perusahaan.  Akhirnya Mamat curhat juga sama sahabatnya karena tak kuat menjalaninya sendirian. 


Seperti biasa 3 sahabat nongkrong di Warung Pecel Lele sambil makan malam.
Mamat: (menghela napas panjang)
"Aku bener-bener bingung, Ra, Jang. Bos nyuruh aku PHK karyawan. Katanya perusahaan rugi. Tapi itu nggak sesuai kenyataan, Saya lihat sih nggak rugi. Yang parah lagi, karyawan diminta mengundurkan diri bukan di PHK, rasanya kayak nginjak-injak nurani saya. Perintahnya perusahaan tidak mau bayar pesangon besarm, hanya bisa membayar 40%nya.  
Myra: (menatap Mamat dengan empati)
"Mat, kamu udah kerja keras selama ini. Aku tahu kamu orangnya lurus. Tapi kadang dunia kerja memang nggak ideal. Pertanyaannya, kamu masih bisa bertahan tanpa kehilangan dirimu sendiri nggak?"
Bujang: (menyeruput kopi lalu bersandar santai)
"Mat, jujur aja ya, kalau kamu terus-terusan mikirin idealisme, bisa-bisa kamu dimakan sistem. Tapi aku juga nggak bilang kamu harus ikut-ikutan salah. Cuma... kamu harus pintar main posisi."
Mamat: "Aku udah coba ngomong baik-baik ke Bos. Tapi dia malah bilang aku terlalu idealis. Temen-temen juga nyuruh aku santai aja, katanya semua orang juga ngelakuin itu."
Myra: "Kalau kamu ikut-ikutan, kamu bakal kehilangan rasa hormat ke diri sendiri. Tapi kalau kamu frontal, kamu bisa jadi target. Gimana kalau kamu cari cara elegan buat nolak? Misalnya, kamu tetap meneruskan PHK, tapi kasih catatan bagi karyawan tertentu"
Bujang: "Atau kamu simpan semua bukti. Siapa tahu suatu saat ada audit, kamu bisa tunjukin kalau kamu nggak ikut main kotor. Jangan langsung perang, tapi siapin tameng."
Mamat: (mengangguk pelan)
"Iya, aku juga kepikiran buat nyatet semua kejadian. Tapi kadang aku ngerasa sendirian. Kayak nggak ada yang dukung."
Myra: "Kamu nggak sendirian, Mat. Kita di sini buat dengerin dan bantu mikir. Kamu punya nilai, dan itu mahal. Jangan jual murah cuma karena tekanan."
Bujang: "Betul. Tapi jangan jadi martir juga. Main cerdas. Kalau bisa, cari sekutu di kantor. Siapa tahu ada yang punya prinsip sama kayak kamu."
Mamat: "Terima kasih, kalian. Obrolan ini bikin aku lebih tenang. Aku bakal coba tetap jaga integritas, tapi juga cari cara supaya nggak jadi korban."
Myra: "Good. Ingat, kamu bisa tetap kuat tanpa harus keras. Bijak itu bukan berarti lemah."
Bujang: "Dan kalau suatu saat kamu mutusin buat cabut, pastiin kamu punya tempat baru yang lebih sehat. Jangan bertahan di tempat yang bikin kamu hancur pelan-pelan."
Mamat : Saya melakukan pasti saya juga yang menanggung akibatnya. keadaan yang memaksa, Insya Allah yang Maha Melihat tahu keadaan saya yang sebenarnya. Terima kasih temen, saya mesti memilih yang sebenarny tidak ada pillihan. Kalau saya masalah dikemudian hari, pastilah cara penanganannya juga. Intinya perusahaan tidak mau rugi atau mengeluarkan uang yang seharusnya dikeluarkan.

Mamat yang kalem itu dapat bernegosiasi dengan karyawan dan menyelesaikan PHK dengan cara yang perusahaan mau. Dalam hati Mamat,"Insya Allah semua karyawanku segera diberikan pekerjaan yang lebih baik". Ada yang terjadi ? Mamat terlihat stress dan merasa bersalah dengan karyawannya. Tapi hidup mesti jalan terus ... berselang waktu, Mamat dapat bekerja seperti biasa lagi.

Kalau mau jujur, hanya sedikit perusahaan yang fair play dengan karyawan. Terutama perusahaan asing dan perusahaan yang pemimpinnya memiliki integritas tinggi dalam berbisnis. Tapi Mamat juga bertanya kepada temen yang bekerja di perusahaan lain (lokal), ternyata sama juga.

Renungkan Buat bos-bos yang tidak fair dalam mengelola karyawannya  ...
1. Apa iya perusahaan hanya ingin untung saja dari cara "memanfaatkan" kemampuan karyawannya. Apa tidak terpikir oleh pemilik perusahaan suatu saat nanti roda berputar yang bisa menyebabkan perusahaan bener-bener rugi ??
2. Tidak fair dalam mengelola perusahaan bisa mendorong perusahaan tidak memiliki karyawan (sdm) yang berkualitas. karyawan yang cerdas pasti memiiki hati nurani, yang hanya bekerja sebentar saja dan mencari perusahaan lain yang lebih baik. 
3. Di dunia ini masih ada hukum alam. Siapa yang berbuat, dia yang menuai.
4. Karyawan yang bertahan mengikuti kemauan perusahaan adalah karyawan juga bisa berpikir licik, cenderung tidak bekerja produktif. Karyawan mengerjakan apa yang diminta, dan bisa juga mengambil haknya dengan cara yang tidak diketahui Bos. Lingkungan seperti ini terlihat baik tapi bobrok.
5. Apa Bos dan pemilik perusahaan itu tidak memliki hati ??? Tanpa hati pasti perusahaan itu dibangun untuk mengambil untungnya saja dan cenderung keadaan ini dinilai sebagai perusahaan yang dibangun dengan niat "jahat". Memang awalnya terlihat baik dan seiring waktu diketahui karyawan yang punya hati dan pasti meninggalkan perusahaan ini.

Beberapa tahun kemudian, Mamat dan sahabatnya meninggalkan perusahaan itu dan memilih perusahaan yang lebih baik. 3 sahabat ini bersyukur atas semua itu.

Insya Allah kisah di atas dapat menjadi seseorang yang membangun perusahaan memperhatikan aspek karyawan dengan benar. Seorang manager tidak disebut manager kalau tidak punya bawahan. Karyawan memiliki andil saat dia memiliki kemampuan yang diwujdukan dengan kerja ikhlas, berbuah produktivitas. Jadi tidak ada perusahaan yang untung kalau karyawannya tidak ikhlas. Memaksa atau membohongi karyawan menunjukkan karyawan tidak ikhlas alias kerja tidak produktif. Lihatlah karyawan jika perusahaan tidak maju-maju untuk sekian tahun yang sudah dilewati.


Bagi karyawan memiliki  amanah yang mulia untuk bekerja produktif agar memberi kebaikan bagi perusahaan dimana tempat mereka bekerja. Dengan kontribusi ini diharapkan Bos atau pemiliki perusahaan mampu melihatnya sebagai bagian penting perusahaan. Ada kepercayaan dan ada perhatian yang membuat Bos yang punya hati membangun perusahaan dengan membangun karyawannya dengan baik. 

Insya Allah tulisan ini bisa menjadi motivasi diri bagi setiap orang untuk mampu mengharmoniskan hati dalam keputusan kerja. Berdayakan diri dengan mengaplikasi kemampuan dan keberanian agar keputusan yang diambil jadi keputusan yang semakin baik. Jangan lupa bahwa motivasi Islam memberi solusi bagi setiap persoalan yang kita hadapi.

Sahabatmu
Munri Hasan Basri



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured post

Dari Mata turun ke pikiran

 Salam bahagia selalu, merasa bahagia itu penting dan membuat diri kita menjadi semakin bahagia. Insya Allah imajinasi dan apa yang kita lih...