Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Semangat dan harapan

Selamat pagi semua, Insya Allah hari ini diberikan kemampuan untuk terus bekerja dan berkarya bagi banyak orang. Rasa syukur itu karena kita dapat merasakan kebaikan (potensi atau nikmat) yang Allah berikan kepada kita. Semakin besar wawasan dan hati dapat melihat nikmat Allah, maka hanya pujian untukMu ya Allah. 

e-Book "Semangat Kerja yang Konsisten", kami tulis dari pengalaman menemukan semangat yang sebenarnya. Awal sebagai karyawan, kerja selalu ada semangat. Semangat karena ingin mendapatkan sesuatu (keinginan). Maka sikap ingin tahu dan belajar terus menjadi bagian dalam kerja. Terkadang untuk proses meningkatkan kemampuan ini mesti mengeluarkan biaya sendiri. Tak mengapa. yang penting terus melakukan sehingga kemampuan saya siap untuk menerima amanah yang lebih besar/hebat.

Keadaan di atas menumbuhkan harapan agar bisa terwujud. Kemampuan atau keinginan kita adalah tujuan yang ingin dicapai. Harapan atau berharap adalah bagaimana saya memohon kepada Allah tujuan yang ingin dicapai dapat terjadi. kemampuan atau keinginan itu adalah rezeki yang Allah berikan kepada siapa yang Dia kehendaki. Jadi mengapa saya mesti berharap kepada Allah karena Allah yang mengizinkan dan meridhainya. 

Apa yang terjadi dengan harapan saya ? Saya menciptakan tujuan yang saya inginkan. Bisa saja Allah mengabulkan harapan saya. Tapi yang menjadi pertanyaan adalah 

1. Apakah tujuan yang saya inginkan itu sesuai dengan keinginan Allah ?

2. Saat saat memiliki tujuan, maka saya merencanakan kerja tertentu. Nah kerja yang sudah saya rencanakan itu juga, apakah sesuai dengan aturan Allah ?

kedua hal inilah yang bisa membuat kita sering bertanya, kok doa dengan berharap kepada Allah belum dikabulkan ? Bisa karena alasan apapun, tapi jika mau introspeksi diri ... maka periksa tujuan dan kerja kita, apakah sesuai dengan kehendak Allah atau apakah Allah meridhaiNya ? Bayangkan jika tujuan dan kerja yang ingin saya lakukan itu diridhai Allah, maka harapan itu lebih dekat menjadi nyata.

Hati-hati sebuah keinginan (nafsu) cenderung kepada kejahatan (keburukan) kecuali keinginan yang dirahmati Allah (QS Yusuf, 12 : 53). Ada hikmah yang dapat saya ambil :

1. Keinginan yang tidak diridhai Allah (karena nafsu ... pengen karena melihat orang lain punya dan sebagainya). 

2. Akibat dari point 1, membawa dampak kepada kerja (tindakan) yang buruk.

3. Sebaliknya jika Allah meridhai keinginan saya, Insya Allah saya dibimbing untuk meraihnya dengan kerja yang baik.



Tulisan ingin mengingatkan saya sendiri untuk selalu memahami petunjuk Allah dan menerapkannya dalam kehidupan nyata. Semangat adalah motivasi yang mendorong saya untuk bergerak meraih apa yang saya inginkan.

Saat saya memiliki keinginan, maka sepantasnya saya mesti melihat referensi Al Qur'an untuk menguji apakah keinginan saya sesuai petunjuk Allah. Atau keinginan saya itu saya sampaikan kepada Allah dalam doa saya. 

"Ya Allah, sesuai ilmu dan pemahaman saya sampai saat ini. Saya memiliki keinginan A. Saya mohon kepadaMu jika keinginan A saya ini Engkau rahmati berilah kepada saya petunjuk berupa kemudahan dan jika Engkau tidak merahmati keinginan A saya maka berilah petunjuk kepada saya agar dilupakan atau disusahkan. Jika Engkau berkenan berilah saya petunjuk menuju keinginan terbaik dari sisiMu untuk saya dan lancarkan saya untuk menjalaninya"

Insya Allah kita selalu diberi hati yang mampu memahami petunjuk Allah dan mampu menjalaniNya. Aamiin

Semangat dan logika ilmu pasti

Saat ini kita masih dominan berpikir logis untuk pekerjaan apapun, apalagi untuk urusan kerja. Misalkan untuk meningkatkan pendapatan, apa yang dibenak pikiran kita ? Yang pasti kerja keras, kerja cerdas ... kalau kita karyawan, maka kita kerja yang mencapai target dan disenangi atasan (mengerjakan apa yang diperintahkan). Tanpa itu semua secara logika tidak mudah meningkatkan pendapatan. Gaji (pendapatan) = kualitas dan kuantitas kerja.

Apakah sudah kita lakukan ? Kita bilang,”saya sudah kerja luar biasa, tapi hasilnya tidak menggembirakan”. Apakah benar sudah kerja luar biasa ? Banyak orang masih menunjukkan dia terlihat kerja luar biasa ... tapi kenyataannya belum. Ingat lagi saat kita berpikir logis mengatakan,”kerja keras pasti ada hasilnya”. Artinya pendapatan kita yang belum meningkat menunjukkan kita belum kerja yang benar, bisa jadi kerjanya belum banyak (konsisten) atau kerja kita yang belum berkualitas atau kerja kita yang tidak dengan dasar ilmu yang benar. Sudahkah kita melakukan perubahan dalam kerja ? Untuk tahu itu semua, mari kita tanya diri kita sendiri tentang “Sudah belajar ilmu baru ? atau sudah pernah mengukur dan mengevaluasi ?”

Sudah berapa lama kita mengerjakan hal di atas ? Anda bisa jadi sudah bekerja sampai 5 bahkan 10 tahun lebih ... apa hasilnya ? Ungkapan menyenangkan hati adalah bersyukur aja. Bagaimana jika ternyata Anda berhasil meningkatkan pendapatan ? Bisa jadi Anda mau bilang begini,”semua itu terjadi karena saya kerja keras dan sebagainya”. Begitulah perilaku kita sebagai manusia.

Apakah kita tetap berrpikir secara logis untuk urusan pendapatan ini ? Semua orang melakukan hal yang sama. Berapa banyak orang yang berhasil ? Faktanya hanya sedikit, dalam satu perusahaan hanya ada 1 –  5 orang yang berhasil. Lalu ? Mari pertanyakan beberapa hal ini :

1.       Berpikir logis, kerja A dapat maksimal A. Tanpa kerja A maka hasilnya tidak mendapatkan A.

2.       Saat kita berpikir logis,”kerja A hasil A”. Siapa yang menjamin hasil A itu didapat dengan kerja A ? Bukankah kita berpikir seperti itu berarti kitalah yang menentukannya. Tapi mengapa kita belum juga mendapatkan hasil A, padahal sudah kerja A ?

3.       Kerja A itu kita ciptakan sendiri. Kok kita begitu yakin dengan kerja A itu ?

4.       Pola berpikir logis ...

a.       ternyata tidak selalu benar kerja A menghasilkan A.

b.       Bisa jadi mereka yang tidak kerja A mendapatkan A.

c.       Bisa jadi mereka yang kerja A mendapatkan hasil bukan A

d.       Dan banyak kemungkinan yang bisa terjadi

5.       Masihkah kita berpegang 100% dan yakin dengan pola berpikir logis ?

Apakah ada yang bisa memberikan cara berpikir yang lebih baik ? Bukankah kita ini makhluk yang diciptakan Allah ? Artinya Allah pasti TAHU tentang kita dan Allah juga memberikan petunjuk (kerja) yang benar agar kita mendapatkan hasil yang baik buat diri kita sendiri. Berpikir memahami dengan iman, percaya dan yakin kepada Allah yang meridhai hasil dari apa yang kita kerjakan. Apa yang kita kerjakan adalah amal saleh yang Allah beri petunjuk sebagai cara kita kerja. Allah menjanjikan dengan pasti, bahwa jika kita kerja A maka Allah balas lebih baik dari hasil A. Rumus “berpikir” Allah itu mutlak kebenarannya. Mengapa kita masih mencari jalan lain ?

Semua kembali kepada Allah, saat kita meninggal dunia ... kita kembali kepada Allah. Sehari-hari kita kerja dan mengalami lelah. Malam hari kita tidur ... kita dipaksa untuk kembali kepada Allah (suka atau tidak suka). Saat kita mengalami kesulitan/musibah/keadaan terpuruk dan sejenisnya ... kita kembali juga kepada Allah dengan memohon doa (pertolongan). Apakah kita bisa hidup tanpa daya dan kekuatan dari Allah ?

Insya Allah kita selalu diberi hidayah agar ingat kepada Allah, Alangkah indahnya kita memulai dari Allah, kerja bersama Allah dan menghadirkan Allah dalam setiap langkah, akhirnya kita pun selalu bertawakkal kepada Allah.



Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...