Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Kok dia hebat ya

Dalam hidup sehari-hari kita sering melihat orang lain dan sangat sedikit melihat diri kita sendiri. Mata melihat ke depan dan tidak bisa melihat ke dalam. Bahkan otak kita yang berpikir pun selalu memikirkan apa yang kita lihat sehingga jarang kita merenung untuk melihat keadaan kita sendiri dan berpikir tentang diri kita sendiri. Yang kita lihat kurang lebih ada 2 jenis yaitu yang lebih bagus dan yang buruk, ada yang sedang-sedang saja.
Apa yang terjadi ? Mata yang selalu terbuka dan melihat itu sangat mudah menerima informasi apa yang dilihat dan menyimpan dalam memori otak. Bangun tidur kita lihat kamar tidur, keadaan tidak rapi maka pikiran kita berkata,"biasa" karena hal itu terjadi setiap hari. Apa efeknya ? Karena kita terbiasa dengan yang tidak rapi, maka kita pun tidak melakukan apa-apa. Bagaimana saat kita melihat di luar rumah ada orang dan lingkungannya rapih ? Maka kita bilang,"hebat ya orang itu".
Hal lain adalah kita sering pula mendengar dari luar, yaitu omongan orang dan omongan orang tentang kita. Saat menyinggung tentang kita, kita mulai baper dan merasa "panas". Seakan-akan kita membantah apa yang diomongin orang tentang kita. Semua itu terjadi karena orang lain itu melihat kita dan berkomentar. Padahal kita pun melakukannya yang sama, kita melihat orang dan berkomentar tentang orang lain, dan kita merasa benar apa yang kita omongkan tentang orang lain.
Kok dia hebat ya ? maknanya kita mengakui orang itu hebat karena kita melihat orang itu dimana kemampuannya kita dibawahnya. Yang salah itu kita sendiri, karena kita tidak pernah memperhatikan diri kita sendiri, mata melihat sekitar kita dan pendengaran protes saat diomongin.
Kita juga hebat sekarang. Percayalah kita tidak lebih buruk dari yang lain. Mulai fokus melihat diri kita sendiri dan berterima kasihlah atas komentar buruk untuk kita dari orang lain. Kesadaran tentang keberadaan diri kita saat ini bisa mengantarkan diri kita kepada yang lebih baik
Jika kita bercermin,"ohh ternyata kita bangun siang dibandingkan orang lain", maka mengapa kita tidak mau bangun lebih pagi ?  Setelah bangun pagi terus-menerus, orang bilang,"hebat ya kamu sekarang"!
Ini baru satu hal kita fokus dan serius tentang diri kita, lalu jika setiap hari kita beri fokus dan waktu SATU PERBAIKAN MAKA DALAM SEBULAN KITA SUDAH MENJADI MANUSIA BARU. Banyak orang bilang "wow kamu luar biasa sekarang"
Insya Allah fokus kita ke dalam diri sendiri itu membuka pikiran untuk mengenal diri kita sendiri. Dengan mengenal diri sendiri dapat mengantarkan kita kepada siapa yang menciptakan kita.

Berjalan ke kiri dan ke kanan

Andaikan Anda berjalan dari rumah menuju tujuan dengan jalannya yang tidak lurus, kadang ke kiri dan kadang ke kanan. Yang pasti perjalanan kita itu terus bergerak mendekati tujuan. Seharusnya bisa nyampe lebih cepat, tapi apa mau dikata kita belum tahu jalan yang lurus itu. Jalan ke kiri atau ke kanan itu pun kita ikuti orang di dapan kita. Bisa karena macet kita yang tidak sabar menunggu jadi ikut jalan orang yang kelihatannya lancar dan cepat tapi ternyata jalan itu pun tidak lebih cepat. Menoleh ke jalan lurus .... bertemu lagi kita dengan kendaraan yang tadinya di belakang kita. Atau bisa juga kita tidak yakin dengan jalan lurus itu sehingga menggoda kita untuk belok kiri atau kanan.
Setelah tiba di tujuan, barulah kita tahu bahwa "mengapa saya tidak jalan yang lurus aja ?".
Bagaimana dengan perjalanan hidup kita ? Menuju jalan kebaikan yaitu jalannya Allah. Sudahkah kita mengenal jalan Allah itu ??? Apakah kita pernah merasakan nikmat dan susahnya jalan Allah itu ? Bisa jadi tidak banyak. Yang kita lakukan malah jalan yang menyimpang dari jalan Allah dan kita banyak merasakan suka dan dukanya. Imbanglah begitu atau bahkan yang menyimpangnya lebih banyak. Memori perasaaan kita tadi yang menyimpang jauh menggoda kita untuk susah menuju jalan Allah. Jika jalan ke kiri itu adalah jalan menyimpang yang buruk (rayuan syetan), maka seringkali kita mengikuti karena memang tidak sabar menunggu di jalan Allah. Sudah memohon kepada Allah untuk ditunjukki, dibuka, dimudahkan bagi kita ? Sepertinya tidak nampak, sedangkan kebutuhan dan keinginan sudah terdesak maka ajakan syetan lebih baik. Bahkan impian yang kosong diberikan syetan bahwa,"kalau salah kan Allah Maha Pemaaf". Jadilah kita menjadi di jalan kiri (jalan yang bukan jalan Allah).
Seandainya jalan kanan itu kita ibaratkan jalan yang juga kelihatannya jalan baik tapi tetap aja jalannya bukan jalan Allah. Kita merasa berjalan di jalan lurus tapi keikhlasannya membuat jalan itu miring ke kanan. Berilmu dengan benar, tapi masih ada di hati mau  disebut orang yang berilmu (pintar dan ingin dipuji), Memiliki harta dengan suka dermawan, tapi ada sedikit di hati ingin dibilang orang yang baik dan suka memberi, demikian juga dengan kita yang memiliki kekuasaan yang menjalankan perintah agama, tapi dalam hati masih ada ingin disebut sebagai orang yang berjasa bagi banyak orang karena kepemimpinan kita.
Jalan yang  lurus itu pasti lebih cepat, tapi bisa juga menanjak atau menurun. Maka kita sebagai hamba Allah mesti mengenal jalan itu .... Allah telah memberi petunjuk bagi manusia untuk menemukan jalan Allah. Dan ada tip-tip dari Allah saat mengikuti perjalanan jalan menurun atau jalan yang menanjak atau jalan berlubang dan jalan tidak mulus. Sudahkah kita mengenal dan memahami jalan Allah itu ? Ayo kita kuatkan niat di hati dan memohon Allah untuk membimbingnya agar kita mampu dan dimampukan menjalani jalan yang lurus.

Khawatir masa depan

Seorang temen curhat tentang kehidupannya yang semakin terpuruk, satu masalah belum selesai ada lagi masalah baru, tambah pikiran stress. Semua masalah itu diawali dengan uang yang tidak cukup ? cek lagi dan renungkan dengan seksama, apakah kita sendiri yang kerjanya belum maksimal sehingga uangnya juga tidak maksimal ?? Jika sudah maksimal, maka boleh dong periksa apakah yang kurang uang itu untuk kebutuhan dasar atau memenuhi keinginan kita ???
Ada temen yang lain yang secara ekonomi udah cukup, masih ada kekhawatiran tentang bulan depan ? dan masa depan keluarga ?
Mau menyelesaikan masalah kekhawatiran tentang masa depan ... terus melintas dalam pikiran. Selalu dipikirkan dan selalu dicariin solusinya dan berusaha untuk dijalani, tapi ternyata masih ada aja kekhawatiran itu. Apalagi di saat usia semakin lanjut.
Perhatikan aja, jika kita kurang uang, tanya pada diri kita .. apakah ini persoalan pikiran atau urusan hati atau perasaan ? Secara langsung sih urusan PIKIRAN, kurang uang ya cari uang, ngga ada ilmunya cari ilmunya dan seterusnya. Jika kurang itu ada urusan dengan pasangan karena marah-marah, maka urusan ini BUKAN hanya pikiran tapi campur dengan perasaan. Sekali pun dirayu pasangan kita belum tentu menyelesaikan masalah kurang uang. Menyuruh pasangan untuk sabar bisa saja urusan selesai tapi hanya sementara. Masalah pasangan hanya bisa diselesaikan dengan memberi uang.
Out of box adalah berpikir bahwa kekhawatiran itu adalah urusan hati. Bukankah hati kita yang khawatir ? Bagaimana urusan khawatir itu kita sambungkan dengan hati dan Allah ? Emang urusan selesai dengan hati dan Allah (urusan uang dicukupkan). Buat apa kita sambungkan ke hati dan Allah ? Agar saat terrkoneksi (sadar) membuat kita mendapat petunjuk yang benar, dan kita tetap terus menggali ilmu yang benar untuk sesempurna mungkin bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan kita. Allah ada cara yang sederhana yaitu beriman sepenuhnya kepada Allah, lalu tidak pasrah tapi kita pasrah kepada Allah dengan menjalankan apa yang diperintah dan dilarang, dan banyaklah beramal saleh
Berzikir menenangkan jiwa (hati), banyak beramal membuat hati bahagia dan perasaaan senang, banyak ibadah bisa menentramkan pikiran dan hati, bahkan saat berpikir masa depan berarti berpikir tentang hari ini yaitu apa yang kita kerjakan hari ini buat hari esok.
Ayo kita banyak merenungkan dan beramal saleh agar mendapat petunjuk dan keberuntungan dari Allah. 

Ketakutan atau khawatir vs beriman

Judul di atas kami angkat sebagai materi motivasi yang mesti kita perhatikan. Bisa dibayangkan saat kita sedang khawatir atau takut dengan masa depan kita. Khawatir bulan depan masih kerja apa nggak, bulan depan masih hidup lebih layak atau memang hari ini tidak punya uang untuk makan sehingga membuat kita semakin khawatir dan takut ... "kelaparan", "kekurangan" atau "mati".
Fakta seperti itu dapat kita lihat disekitar kita, yaitu orang yang mengemis atau meminta-minta, pekerja lepas, mereka tidak memiliki pekerjaan atau orang yang banyak hutangnya (pendapatannya tidak cukup). Suasana di rumah menjadi masalah, mau ngapa-ngapain jadi malas.Mau kerja ? yah pasti kerja tapi tidak membuat kita mendapatkan hasilnya sekarang. Mau cari tambahan, gemana caranya ? kerjapun hanya ala kadarnya dan tidak tuntas. Wajah suram ... Menunggu petunjuk dengan Berdoa dan minta tolong teman.
perhatikan katanya kita beriman kepada Allah, salah satunya adalah percaya kepada Allah yang Maha Memberi rezeki. Berpikir sederhana dan mudah aja adalah kita percaya berarti kita pasti berserah diri kepada Allah dengan jalan mengikuti petunjukNya agar Allah berkenan memberi rezeki. Sebagai hamba pasti ada kekhawatiran tidak diberikan rezeki tapi kekhawatiran itu dioptimiskan dengan percaya kepada Allah. Dalam beberapa terjemahan Al Qur'an ada kalimat "saat kita percaya kepada Allah dan beramal saleh maka tidak ada kekhawatiran dan tidak merasa sedih". Hati-hati bahwa semakin besar kekhawatiran membuat rasa percaya (beriman) itu berkurang. Semakin maksimal khawatir semakin tidak beriman yang bisa membuat kita "bunuh diri", tidak ada pegangan lagi. Gemana kalau jika beriman yang kuat ? Dengan iman yang benar melalui amal saleh yang kita lakukan tidak membuat kita 100% optimis (sombong). Optimisme untuk sebuah harapan dari Allah menjadi bagian dari iman kita dan rasa pesimisme kita tetap ada dalam rangka merasa apa yang kita lakukan tidak sempurna dan ingin selalu disempurnakan sampai datangnya ridha Allah.
Kehidupan diatur Allah maka apapun yang terjadi yang kita alami adalah bagian pengaturan oleh Allah. Pengatiran Allah aturan dituangkan dalam petunjukNya dengan konsep beriman sepenuhnya dan beramal saleh. Solusi atas kekhawatiran atau ketakutan kita dapat menerapkan penjelasan di atas. Bagaimana khawatir itu tidak semakin kuat ? Mari tingkatkan keimanan kita kepada Allah dengan memahami Allah dengan benar lewat Al Qur'an dan selalu beramal yang saleh. Semakin kuat iman kita semakin kta percaya Allahlah yang Maha Memberi rezeki dan kekhawatiran itu semakin kecil. Kekhawatiran itu tetap ada agar mengajak kita untuk selalu banyak beramal saleh dan menyempurnakannya sampai Allah berkenan. Banyak beramal dan menyempurnakannya mesti menuju kerja yang ikhlas, belajar dengan ilmu yang bisa menyelesaikan tuntas pekerjaan (amal) kita dan dibarengi sikap sabar. Percaya dan yakinlah bahwa saat kita berbuat amal saleh dengan memberi tenaga, waktu, pikiran, materi MAKA ALLAH SIAP MENGGANTIKAN DENGAN KEBAIKAN YANG LEBIH BAIK. Just do it.

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...