Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Banyak orang sibuk ...

Sepanjang tahun ini ada satu hal yang menarik dan seperti berulang dari tahun ke tahun adalah selalu membuat rencana atau sering dibilang membuat resolusi. hanya sedikit orang dari awal tahun yang mampu meraihnya. Bagaimana dengan tahun ini ??? Bersiap untuk memulai kembali. Apakah ada jaminan kembali berhasil ? Pola mereka sudah ada dan bisa jadi hanya ingin merubah pola agar menjadi lebih baik. Begitulah biasa setiap keberhasilan sudah membuat jalan sendiri yang bisa ita lalui kembali untuk lebih baik, syaratnya menambah dan meningkatkan kualitasnya.
Tahun ini mereka sudah mencapai level A, maka mereka menuntut level lebih tinggi untuk bersaing dengan orang lain yang lebih hebat. Sebuah dorongan yang kuat untuk memulai dengan baik.
Tapi disisi lain, mereka yang lain yang belum mencapai rencana tahun ini, mestinya mulai berpikir bahwa segala sesuatu tidak bisa diraih tanpa kerja. Yang sederhana sih, banyak dari mereka ini memang kerjanya belum maksimal. Perlu bukti ? Mereka menyambut liburan dan merencanakan seperti orang yang sudah berhasil. Sama-sama libur. Yang belum berhasil mengatakan bahwa saya libur untuk rehat sejenak setelah stress kerja. Tapi saat mereka masuk kerja lagi stress pun tiba. dan begitulah siklusnya. Libur dan bila perlu cuti agar tidak stress, apa yang dilakukan mereka adalah sangat sibuk. Disinilah perbedaan sikap mereka yang belum mampu meraih rencananya, mereka melihat kerja sebagai sebuah kesibukan dan stress sehingga sulit untuk meningkatkan kemampuan kerja. Kerja yang sibuk tidak menjamin hasil yang baik, seolah-olah kerja berat tapi hasil tidak ada. Renungkan .... seperti halnya orang sudah shalat tapi tak banyak memberi kebaikan. Periksalah kerja kita, apakah asal kerja atau kerja yang hanya mengerjakan untuk hasil yang direncanakan ?
Bayangkan saat kita kerja 10, jarang kita mendapatkan nilai 10. Probabilitasnya kecil. Tapi bayangkan saat kita kerja 15 maka nilai 10 itu menjadi mudah dan bisa diraih. Jadi sesibuk apapun kita, maka koreksi apa yang kita sibukkan (apa yang kita kerjakan). Jika rencana kita ingin jadi supervisor dalam karir kantor, maka nilai dan kualitas kerja kita tidak boleh sebatas supervisor tapi menetapkan kerja yang melebihi nilai supervisor. Inilah kerja bukan ala kadarnya, tapi kerja dengan sepenuh hati.
Bagaimana shalat kita tadi ? Jika shalat itu ingin dijadikan wasilah untuk permintaan doa kita dikabulkan Allah. Maka kita mulai mikir tidak boleh shalat seadanya. Koreksi kualitas shalat kita, shalat yang dimaknai dengan hati sehingga kita benar-benar shalat, yaitu berkomunikasi dengan Allah. Shalatlah dengan hati bukan sekedar lisan dan perbuatan fisik saja.
Apa hubungan shalat dan rencana kita ? Perhatikan "jika shalatnya benar maka perbuatan lain menjadi benar". Sikap dan paham ini mesti kita bangun agar shalat itu bisa mendorong kerja yang benar, shalat dengan sepenuh hati maka kerjapun menjadi sepenuh hati dan sungguh-sungguh. Insya Allah dengan mengembangkan kualitas shalat yang luar biasa maka kerjapun menjadi ringan untuk dijalani dengan bimbingan Allah. Sibuk ? ya Sibuk dengan kerja yang sudah terbimbing dan hasilnya dibalas oleh Allah dengan balasan yang lebih baik. Ingin berhasil shalatlah dengan benar.

Tidak kerja itu lebih baik itu biasa ???

Kata yang berhubungan dengan kerja sering dikaitkan dengan urusan dunia, kerja di kantor, kerja cari uang, kerja yang membahagiakan atau sering kita tafsirkan kerja formal. Orang yang kerja di kantor disebut kerja, sedangkan kerja diluar kantor seperti berdagang "tidak disebut kerja tapi usaha". kerja atau usaha sebenarnya merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan sesuatu.
Awalnya kerja itu menjadi dorongan kuat bagi kita untuk menjalaninya, sering kita mengatakan, "saya kerja yang benar jika ini sudah dimulai atau diberikan kepercayaan". janji dalam diri yang sebenarnya tidak perlu diungkapkan. Keadaan ini sudah menjadi bagian dari awal kita memulai kerja. Selalu punya inisiatif dan proaktif untuk memulai pekerjaan itu bahkan kita lupa waktu, yang penting memberi yang terbaik sampai tuntas. Sampai berapa lama hal ini bisa bertahan ..?
Sampai kita merasa cukup. Benarkah begitu ? Ternyata semua keadaan itu terhenti karena kita sudah mulai bosan. Bosan mengerjakan hal yang sama setiap hari dan hasilnya tidak membuat hasi yang bertambah. Selalu ada kaitan dengan kerja lebih pasti harus menambah uang kita. persepsi inilah yang membuat kita mulai "frustasi" karena hasil tidak mengikuti nilai kerja kita. Akhirnya kita pun berhenti untuk melakukan kerja yang lebih baik
Mulai stress ? mulai tertekan dengan beban kerja yang semakin meningkat karena dunia luar menuntu kita kerja lebih agar bisa bertahan. Lalu hasil juga tidak mengikuti. Gaji atau pendapatan hanya naik setahun sekali dan tidak besar, sedangkan kebutuhan dan keinginan kita berlipat ganda. Mulai sering capek dan tak bergairah. Sudah tahu, kok masih diam saja ?
Boleh dong kita berpikir berbeda dari yang ada selama ini. kerja ya kerja dan hasil adalah hasil dari kerja. Sedangkan hasil itu meliputi kebutuhan dan keinginan kita. Bisa jadi hasil kita peroleh saat ini sudah cukup untuk hidup layak. Agar kerja yang maksimal terjadi maka kita pun mesti memiliki ketenangan jiwa dan kesehatan dan hal terkait lainnya. Ini semua dipenuhi oleh hasil yang kita dapatkan yang bukan saja berupa tapi campur tangan Allah untuk mengelola itu semua. Bagaimana jika kita sakit ? apakah kita bisa kerja ? maka tidak sakit itu adalah pemberian Allah alias wujud dari kerja kita dimana Allah memelihara tubuh kita tetap sehat agar kebutuhan hidup kita lebih baik. kalau begitu menjadi lebih sehat itu baik dong ? Maka kerja yang kita lakukan selama ini tidak hanya sekedar mencari uang tapi mengharapkan Allah memelihara kesehatan kita. masihkah kita berpikir kerja itu apa adanya alias tidak mau kerja yang lebih baik lagi ? Bangun diri kita dengan sehat yang luar biasa agar kerja yang luar biasa dan hasilnya Allah berikan yang lebih baik (barokah). Apa barokah itu ? Uang yang kita terima dari hasil kerja bisa menenangkan diri sehingga kita tidak dibalas oleh Allah dengan azab berupa keluarnya uang untuk hal-hal yang tidak kita duga. Uang bisa sama setiap bulan tapi saat kita dapat barokah maka uang itu terasa dicukupkan.
jadi kita mulai berpikir bahwa kerja itu bukan sekedar cari uang, tapi kerja itu mesti semakin hari ditingkatkan agar nilai barokah Allahnya semakin tinggi. Kehidupan kita dicukupkan ...
teruslah kerja yang membuat Allah tersenyum dan senyuman Allah itu membuat kita semakin beriman. kerja aja susah, apalagi tidak kerja. kerja semakin baik itu sangat berat, apalagi kerja yang tidak lebih baik. Selamat bekerja



Makhluk Allah

Banyak hal yang sudah kita ketahui, tapi tak banyak yang kita ikuti dan bahkan kita mengikuti yang belum kita ketahui dan mencari hal yang menarik. Apa yang sudah kita miliki dan belum dimaksimalkan tapi kita sudah mulai bosen dan ingin meraih yang lain, banyak menambah kualitas dan kuantitas.
Yang sudah punya motor, sebelum ada keinginan membeli mobil. Kemana-mana kita menggunakan motor yang ada. Kita rawat dan selalu dijaga penampilannya karena hanya dengan motor itu kita bisa mencari rezeki. Dan kita bangga memiliki motor itu dan bilang ke semua orang,"motor ini berjasa dan jantung kehidupan saya. Hemat lagi. Kalau hujan saya masih bisa menggunakan jas hujan". Dan yang lebih hebat lagi ... "saya sehat dengan motor ini".
Lalu ada apa dengan mobil ? Karena melihat orang lain pakai mobil, "kok enaknya. Nggak panas dan nggak kena hujan" Inilah barang kali dorongan untuk memiliki mobil dengan ditambah karena gengsi dan ingin membahagiakan keluarga. Jadi deh mau beli mobil. Tapi belum punya mobil. Apa yang terjadi pada diri kita, maka kita sudah mulai stress dengan beban pikiran ingin memiliki mobil, antara fakta belum punya uang dan impian untuk nyaman dalam hidup.
Keadaan ini membuat kita tidak bisa berpikir jernih, jalan pintas adalah membeli mobil dengan kredit. Ada tawaran pula bahwa DPnya murah dan cicilan lumayan. Artinya kita sudah harus berhutang untuk membeli mobil, lalu bagaimana dengan makan, dan kebutuhan lainnya. Bukankah jadi ikut berkurang .... ? Ditambah lagi nanti untuk menjalankan mobil butuh uang bensin dan perawatan, parkir dan jajanan saat mobil parkir di mall dan sebagainya. Mau juga mobilnya dibagusin dengan asesoris. Tidakkah kita berpikir semua itu karena kita sudah menjadi hambanya nafsu. Nafsu hanya mengarahkan kita menuju yang enak aja dan Nafsu tidak bisa memenuhinya ... kita aja yang mau mengikutinya. Dan akhirnya Nafsu tidak memberikan kebaikan apa-apa, jika kita terpuruk maka kita sendiri aja yang menanggungnya
Renungkan sesaat, kita ini adalah makhluk Allah, Allah yang menciptakan dan Dia pula yang memeliharaNya. Bahkan Allah juga memberi petunjuk dan siap membimbing kita untuk kehidupan yang lebih baik di dunia dan di akhirat. Kalau begitu mengapa kita tidak menjadi makhluk Allah saja ? Bukankah Allah mendengar curhatan makhlukNya, melihat makhlukNya selama 24 jam sepanjang usia kita. Bukankah Allah juga mengabulkan doa kita. Apa lagi ya ? Allah pula yang menerima kita yang sering salah dan Allah siap menerima taubat kita. Jalan yang Allah berikan adalah sederhana yaitu ikuti petunjukNya dan Allah siap membimbing dengan ikhlas. Dan yang luar biasa hasilnya diberikan kepada kita di dunia dan di akhirat. Jika kita ingin tambah uang, maka Allah mengajarkan kita berinvestasi ibadah dan sedekah. Tapi kita malah mencari uang dengan kerja yang luar biasa dengan sering mengabaikanNya. Ayo kita tanamkan agar kita tidak menjadi fasik karena keluar dari petunjuk Allah dan bahkan berlaku zalim terhadap kita sendiri dengan mengabaikan hak-hak tubuh ini (pikiran, tubuh, perasaan dan hati) untuk menghadap Allah. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang yang fasik dan zalim. Insya Allah kita diberikan hidayah untuk menjadi semakin baik


Kok bete ?

Adakalanya seseorang bete, kondisi yang tidak nyaman. Mau ngapa-ngapain nggak enak. Serba salah. Inilah situasi yang membuat diri kita tidak produktif dan terkadang bisa merembet kepada orang lain. Bete bisa disebabkan oleh suasana dimana kita tidak menyenanginya, misalkan kita berada di lingkungan dimana ada orang yang tidak kita sukai atau memang lokasinya tidak kita sukai juga seperti berada di tempat yang jorok dan bau. Kita bilang bahwa bete itu penyebabnya di luar kita, baik itu suasana, orang, lokasi dan sebagainya.
kalau perspesi bete itu benar, maka begitu sulitnya kita hidup karena kita pasti menemui yang kita tidak sukai. Lalu kita tak sadar sudah menunjukkan diri kita yang sebenarnya yaitu kita tidak bisa nyaman dengan kondisi tertentu. Kita membatasi diri dan hanya bisa berada di kondisi yang kita sukai saja.
Perhatikan jika kita hanya nyaman dengan situasi nyaman saja, itu hal biasa. Dan orang melihat diri kita dari kondisi sebaliknya bagaimana sikap dan tindakan kita saat berada di kondisi tidak nyaman ? semakin sering orang bete menunjukkan nilai dirinya rendah. Kondisi yang tidak nyaman itu memberi kesempatan bagi kita untuk unjuk diri, itu nilai diri kita.
jadi jangan menganggap bahwa bete hal yang biasa dan mesti dicari jalan keluarnya. Sudahkah berpikiran seperti ini ? Inilah jalan kita untuk menjadi semakin baik. Bayangkan jumlah bete dalam sehari, maka sejumlah itu pula nilai diri kita hilang, Alangkah indahnya jika kita belajar agar tidak bete sehingga hari selanjutnya kita menjadi orang yang semakin baik.


Kerjakan apa yang kita doakan

Fakta menunjukkan apa yang kita dapatkan dari apa yang kita kerjakan banyak tidak sesuai. Maka ada banyak pertanyaan, mengapa bisa begitu ? Apakah Allah tidak mendengar dan mengabulkan apa yang kita kerjakan (sudah juga berdoa) ? Apakah yang kita kerjakan belum benar atau tidak benar ? dan banyak lagi pertanyaan .... dan kitapun mencari jawaban-jawabannya. Akhirnya kita pasrah dan menerima keadaan.
Sisi positif dari judul di atas adalah untuk mendekatkan hasil yang sesuai harapan kita. maka sebaiknya kita bertanya, Bagaimana caranya kerjakan dan doakan itu menghasilkan lebih baik ?
Banyak jawaban kita dalah kerja keras dan kerja sungguh-sungguh. Apakah kita paham dengan kerja keras ?  atau kerja seperti apa sih yang disebut dengan kerja keras ? apa ya, pasti Anda bingung. Anda bingung mencerminkan pikiran (otak) kita bingung, Bingung mau mengerjakan apa ?  Maka apa ayng sudah menjadi harapan kita dan kita doakan mesti didetailkan apa yang seharusnya kita kerjakan
Misalkan : kerja keras adalah
1. Saya mulai kerja pukul 05:00 sampai 19:00.
2. Saya mesti membuat rencana kerja
3. Saya mesti mengevaluasi apa yang sudah kerjakan pada akhir kerja pukul 18:30 dan saya jadikan perbaikan untuk kerja hari selanjutnya
4. Saya mengerjakan dengan niat dan sayapun mendoakan apa yang sudah saya rencanakan agar diizinkan Allah
5. Saya mengerjakan dari hal kecil dan kontinu
6. Saya mengerjakan dengan dasar ilmu yang cukup, kalau tidak tahu saya bertanya
7. dan sebagainya
Dengan membuat kata kerja keras dengan detail, maka pikiran menjadi paham. Maka pikiran pun memberi perintah ke tubuh (tindakan) menjadi jelas dan bisa dilaksanakan tubuh kita sendiri. Detail kerjaan membuat kita fokus melakukannya. dengan penjelasan ini kita mesti membuat doa kita pun semakin detail dan dapat dipahami pikiran.
apakah kita tetap untuk mendekatkan hasil kerja dengan harapan kita lewat kerja keras atau membuat pikiran memahami apa yang kita kerjakan (mengerjakan apa yang kita doakan) ?
Semakin detail dan mudah dipahami apa yang kita pikirkan membuat kita tidak bingung lagi ingin mengerjakan apa yang mesti kita kerjakan.
Insya Allah kita selalu diberi petunjuk yang jelas agar kita pun mampu mengerjakannya dengan mudah. 

Kerja itu menjalankan doa dan niat

Setiap pagi kita bangun dan setiap hari kita bekerja. Hari demi hari kita lalui dan berharap hasil kerja membuat kita bahagia atau terpenuhinya keinginan kita. Yang jadi pertanyaan adalah apakah sudah tercapai keinginan kita ? Rasanya belum dan selang waktu itu terkadang ada kebahagiaan bersama keluarga sekalipun hasil belum menggembirakan. Jika dicari apa yang kurang ? pasti ada yang kurang dan belum sempurna. kalau begitu kita tidak boleh berhenti kerja ..... sedangkan kerja kita yang jadi karyawan banyak memberikan keuntungan bagi perusahaan ketimbang diri sendiri. Apakah kita masih terus begini ? dan sampai kapan ?
Dalam hadist disampaikan,"bahwa perbuatan itu tergantung niat". Boleh ya kita menafsirkan sebagai berikut, "nilai dari perbuatan bergantung kepada niat, jika niatnya baik maka perbuatannya juga baik". Ada pertanyaan yang sederhana, Apakah saat kita berniat maka otomatis perbuatannya mengikuti niat ? Ternyata banyak dari kita mengalami yang berbeda. Awalnya niat baik kemudian perbuatan kita banyak digoda dan ada pula hambatan sehingga hasil perbuatan itu menyimpang dari niat. Niatnya mau silaturahmi ternyata perbuatannya "gosip", niatnya mau membantu ikhlas ternyata ada kebanggaan atau senang dipuji, niatnya mau memberikan solusi ternyata berharap dibalas sesuatu dengan solusi kita.
Mari kita renungkan hadist di atas, Perbuatan itu tergantung niat, tapi perbuatan tidak otomatis karena niat baik. Maka kita balik, niat menentukan perbuatan. Agar niat itu diikuti oleh perbuatan, maka kita butuh niat yang detail agar otak/pikiran yang menjalankan niat itu paham perintahnya. Bisa saja niatnya global, tapi harus diikuti dengan rencana apa yang ingin dikerjakan dengan detail. Setelah kita memiliki detail rencana, lakukan pengulangan agar bisa kuat disimpan dalam memori alam bawah sadar. Setelah itu apa lagi ? Kita memohon izin atas semua rencana itu dapat dilaksanakan dengan baik. Mulailah dengan Bismillah dan mengerjakan apa yang kita sudah doakan dan niatkan. Insya Allah kita selalu bersama Allah dan Allah tidak merugikan kita. Apa yang kita dapatkan sesuai dengan apa yang kita kerjakan. Allah Melihat dan tidak tidur serta Allah Maha Tahu apa yang tersembunyi dan yang nyata.
Amalkan semua itu dan jika belum sesuai hasilnya lakukan evaluasi lagi dan tambah lagi dengan membaca Al Qur'an agar Allah menurunkan berkahNya dalam setiap langkah kita.


Cek Pahala ?

Cek Pahala ? Buat apa ? Bukannya itu urusan Allah saja. Bisa saja kita cek pahala, tapi kan yang tahu nilanya hanya Allah. Judul di atas bertujuan untuk mengajak kita berpikir tentang kepantasan kita meminta kepada Allah.
Allah itu Maha Pengasih dan Maha penyayang .... sebesar apapun kesalahan dan dosa kita, Allah tetap memberikan rahmat dan karunia untuk kehidupan kita. Bisa jadi pemberian Allah itu hanya sebatas kebutuhan dasar.  Sebagai manusia kita selalu berdoa auntuk mendapatkan yang lebih baik, maka kita kerja dan berdoa. Harapan berdoa itu menjadi sangat kita tunggu .... dan kita dalam keadaaan terpuruh atau dalam keadaan level minimum.  Kok doa kita lama atau belum dikabulkan Allah ? Bisa jadi doa kita ditahan atau memang ada apa dengan doa kita.
Bayangkan ketika kita meminta bantuan kepada seseorang, maka beberapa orang bilang,""siapa kamu, nggak kenal kok minta bantuan ?" atau ada pertanyaan selanjutnya "kayaknya kamu ngga pernah membantu saya ?" Bagaimana kalau doa kita kepada Allah, berarti kita meminta bantuan kepada Allah dijawab seperti pernyataan itu ? Bolehlah kita merendah dan mengesplorasi diri kita sendiri bahwa apakah pantas kita dikabulkan permintaannya oleh Allah sedangkan kita jarang shaat, jarang membantu Allah, jarang bersyukur ..... ibarat kata kita jarang beribadah dan beramal salehnya maka pahalanya.jadi sedikit
Jadi saat kita meminta kepaa Allah, maka sepantasnya kita mengukur diri apakah kita pantas dikabulkan doanya, sekalipun kita berharap banget Allah mengabulkannya. Semakin sering meminta atau semakin banyak yang diminta maka cek pula pahala kita ? banyak ngga .... banyak ngga nya ltayalah pada diri kita berapa banyak kita ibadah dan beramal saleh, atau seberapa banyak keikhlasan kita dalam melakukan amal saleh.
JSikap yang pantas yang mesti kita lakukan adalah selalu berpikir positif saat doa kita belum dikabulkan, kita mesti semakin banyak beribadah dan beramal. dan sebaliknya saat kita dikabulkan maka kita pun berpikir pahala saya semakin berkurang maka saya mesti menambah amal saleh lagi.

proses kerja yang benar pasti hasilnya benar

Dalam keseharian, kita selalu bekerja dan bekerja. Yang penting bekerja, apakah kita berorientasi kepada hasilnya, pasti iya. BUkankah jika orientasi bekerja pada hasil maka kita pengen merubah apa saja ayng kita kerjkan untuk menuju hasil yang sesuai yang kita inginkan.
Hal di atas sudah kita kerjakan dan hasilnyapun sudah sering kita dapatkan. Hasil dan apa yang kita kerjakan ditentukan olej kita sendiri, Harapannya adalah kita mendapatkan hasil kerja yang lebih baik, memberi kebaikan bagi kita sendiri dan mencukupkan kebutuhan kita.
Apa yang terjadi ? Sepanjang tahun hasilnya tidak memberi dampak yang mendorong kita menjadi seamkin baik  Lalu apa yang salah ? Jika kita telusuri maka ada beberapa faktor yang tidak dijalankan dengan sebenarnya. Alias yang salah dengan proses bekerjanya. Karena fokus kita kepada hasil bekerja, kita cenderung tidak menymepurnakan atau mempersiapkan bekerja yang benar, akhirnya kita mengerjakan 2 kali bekerja untuk satu tujuan
Apa bedanya fokus hasil dan proses bekerjanya ? Jika kita fokus kepada hasil maka kita benar-benar mencocokkan proses bekerja untuk meraih hasil yang kita inginkan. Sedangkan fokus kepada proses bekerja, maka kita benar-benar memperisapkan dan menyiapkan segala tenatng proses bekerja, dan hasil sudah pasti mengikuti proses bekerja. Ada kesungguhan untuk mengerjakan dengan benar BUKAN sekedar mengerjakan saja.
Misalkan kita yang ingin mendapatkan hasil kerja (uang Rp 1.000.000), maka kita berkeja sesuai apa yang diperintahkan  (SOP). Jika uang yang inginkan tidak kita dapatkan, maka kita selalu mengubah pola atau menambah kerja agar tercapai hasilnya.
Seorang admin yang membuat laporan yang ditargetkan selesai setiap tgl 1 awal bulan. Maka kecenderungan admin tersebut mengerjakannya di akhir bulan. Didalam pikirannya yang penting laporan selesai tgl 1. Kapan pun mengerjakannya tidak masalah.. laporannya selesai tgl 1, tapi bisa si admin bisa terburu-burumengerjakannya sehingga cenderung bisa salah. Kenapa buru-buru ? Karena saat membuat laporan itu ada pekerjaan lain yang rutin dikerjakannya.
Bagaiaman mereka yang berfokus pada proses laporannyanya ? Admin ini bekerja setiap hari mempersipakan data dan laporan. Jika ada kesalahan atau ada hal yang janggal maka dia bisa merubahnya dan mencari tahu kesalahannya di hari yang sama atau besoknya. Pekerjaan harian ini tidak memberatkan bila dibandingkan dengan pekerjaan di ujung bulan.  Laporan setiap hari jika dikumpulkan sampai tgl 30/31 itu adalah sama dengan laporan satu bulan.  Sikap dan perilaku admin ini berbeda jauh dengan asdmin yang pertama.
Jika sikap di atas kita terapkan dalam ibadah, maka kita mendapati pekerjaan yang ringan :
1. Shalat itu jadi berat karena kita menunda (seperti halnya admin yang membuat laporan di akhir waktu). Bayangkan shalat ntar aja, abis makan. Setelah makan jadi kenyang dan bikin malaes aktivitas termasuk shalat.  Waktu shalat sebelum makan lebih ringan dibanding waktu shalat setelah makan.
2. Mengeluarkan sedekah 20.000 itu berat, kita cenderung mengeluarkan 2.000 saja. Bayangkan kita sedekah 2.000 diberbagai tempat. Setiap sedekah 2.000, kita sedekah di tempat parkir sekali, kita sedekahkan lagi di pasar dengan membayar dilebihkan 2.000, bertemu pengemis kasih 2.000, makan bakso nambahin baksoteman 2.000 dan seterusnya. Menebarkan nilai kecil diberbagai tempat jauh lebih ringan dengan mengeluarkan 2.000 dan manfaatnya lebih banyak. Sesuautu yang kecil (ringan-ringan) jika dikerjakan konsisten jauh lebih baik
Sebenarnya hasil itu akibat dari proses, tetapi hasil A bisa diperoleh dari proses A atau proses B atau proses lainnya. Proses A sampai Z itu bisa benar atau bisa salah. Fokuslah pada proses yang benar dengan mengerti apa yang seharusnya kita kerjakan.
Demikian juga dalam beragama, di awali dengan iman percaya kepada Allah yang membuat aturan dan petunjuk bagi kita untuk mendapatkan hasilnya. Siapa yang rezekinya ditambah sama Allah jika bersyukur, proses bersyukur itu ada caranya yaitu yang diajarkan Allah di dalam Al Qur'an dan ilmunya. Bagaimana jika seseorang ingin menambah rezekinya tapi dengan jalan yang berbeda, yaitu mencuri, riba dan sebagainya. Orang ini dapat rezekinya tapi rezeki jadi barokah (rezeki yang didapat ada tapi penggunaannya bisa menghabiskan rezeki yang didapat.
Contoh untuk mendapatkan uang lebih, seseorang bisa menabung yang banyak di bank. Orang mendapatkannya karena dia fokus kepada hasil. Untuk dapat uang banyak harus menabung yang banyak. Bayangkan seseorang mempunyai uang yang sama (atau lebih sedikit), dia fokus pada proses yang benar yaitu sedekah. Maka dia mengeluarkan sedekah setiap hari ... hasilnya uangnya berlipat dalam berbagai bentuk bisa berupa keuntungan dalam bisnis dan selalu berkecukupan.
Insya Allah kita dapat mengmabil hikmah dari penjelasan di atas. Dengan memperhatikan orang disekitar kita, kita sudah dapat menyimpulkan orang yang fokus pada hasil dan orang yang foksu pada proses. Proses itu harus dibekali ilmu, yaitu percaya kepada Allah. Saya beriman dan beramal saleh. Amal saleh adalah proses yang seharusnya kita kerjakan.
Ya Allah maafkan dan ampuni kesalahan kami dalam orientasi hidup kepada hasil yang kami inginkan , maka kami pun beramal (bekerja) dengan berbagai cara agar hasilnya dapat kami peroleh. Kami lalai dan kami pun mudah tergoda. Ya Allah bimbing kami dan tuntun kami kepada amal yang benar, proses yang benar agar kami mendpatkan yang terbaik yang Engkau berikan. Aamiin

Mendekatlah kepadaKu

Kita sering merasa tidak dekat dengan seseorang secara fisik, tapi kita selalu ingat kepada orang itu apalagi dia adalah orang yang kita sayangi atau hormati. Bagaimana jika kita tidak ingat ? maka seseorang itu tidak nampak kehadirannya dalam pikiran kita dan bisa jadi kita bertemu tapi seperti tidak bertemu. bertemu secara fisik terasa berat ("malas bertemu"), waktu terasa lama sekalipun bertemunya sebentar. Apa yang terjadi ? Mengingat seseorang menjadi kunci kita dekat dengannya, dan kedekatan itu semakin dekat ketika keduanya juga saling mengingat. Yang sering terjadi kita ingat tapi seseorang yang diingatkan tidak mengingat kita. Kita semakin merasa dekat dan ingat, jika apa yang kita kerjakan untuk seseorang yang kita ingin dekatin. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah orang yang kita dekatin atau kita ingat atau yang kita merasa dekar JUGA dekat dan inget kita ? Bisa ya dan tidak. Jika sudah ada tali ikatan hati hal itu pasti tersambung, jika tidak pastilah tidak nyambung dan kita saja yang merasa dekat.
Bagaimana dengan kisah kita dengan Allah. katanya Allah itu dekat. Karena Allah itu ghaib dan tak terlihat mata maka kita merasa Allah itu dekat (ada) saat kita dikabulkan doanya. lalu terpikir oleh kita untuk mendekat kepada Allah.Allah berfirman," Aku dekat dengan hambaKu dan bahkan lebih dekat dari urat nadi hamabKu. Aku mendengar hambaKu yang berdoa dan Aku kabulkan doanya". Allah itu dekat dan Maha mendengar, dalam persepsi manusia "dekat sekali". Apakah kita perlu mengeraskan suara kita dalam berdoa ? Allah memerintahkan lembutkan suaramu. karena ada kata dekat, maka kita mempersepsikan bahwa kitalah yang seharusnya mendekat kepada Allah. kata dekat seperti kisah di atas maka yang didekatkan itu adalah hati kita, Bagaimana mendekatkan hati kita kepada Allah, BUKANKAH Allah itu meliputi segala sesuatu, termasuk diri dan hati kita. Bagaimana kata dekat itu kita ganti dengan kata "terhubung". Dekat atau jauh itu sola jarak, kita dengan Allah bukan soal jarak tapi soal belum terhubung.
Perhatikan "ingatlah kepada Allah maka hati kita menjadi tenteram". kata ingat seperti kisah diatas berarti kita merasa dekat. Untuk itu kata ingat atau zikir kepada Allah membuat kita terhubung seperti halnya kita berbicara dalam telepon dengan seseorang. "jika kita ingat maka Allah pun ingat kita, sebaliknya jika kita lupa maka Allah melupakan kita". Ada orang ingin dekat dengan Allah menempuh berbagai cara dan media, padahal Allah tidak menyediakan perantara bertemu denganNya. mari kita pahami bahwa Allah itu dekat, bukan menyuruh kita untuk mencari dan menemukan Allah. Tapi Allah yang Maha meliputi segala sesuatu dan Maha Mendengar serta Maha melihat ...... sudah ada di hati kita dan siap terhubung dengan kita. Sudahkah kita menghubungi Allah Allah ?
Tanyakan diri kita, seberap banyak kita imengingat Allah ? apakah hanya dalam shalat saja ? Atau dalam shalat pun kita masih ingat selain Allah ?
Tanyakan seberapa sering kita menggunakan hati dalam kehdiupan kita ? Bukankah kita masih pakai ikiran dan nafsu ? Hampir semua kehidupan kita berujung kepada untung dan rugi atau nyaman dan tidak nyaman, pilihan kita adalah mengerjakan yang untung dengan sungguh-sungguh dan menikmati kenyamana yang kita ingin jalani.
BUkankah mengingat Allah itu bisa dengan lisan mengucapkannya, atau kita mengerjakan apa yang Allah minta kepada kita atau kita merasakan nikmat Allah dan bersyukur.
Insya Allah kita selalu ingat kepada Allah dan Allah pun ingat dan mendengar persoalan kita. Motivasikan diri kita untuk selalu ingat dan mengerjakan amalan kepada Allah. . 

Jika Allah itu dekat, kok kita tidak merasakannya ?


Assalamaualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirrahmanirrahiim, kita dipertemukan kembali untuk saling mengingatkan dan saling menasehati.. Kali ini saya mengambil petunjuk Allah Surah Al baqarah ayat 186.

186. Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

Bisa jadi beberapa hanya mendengar dari penyampaian petunjuk di atas hanya sampai "Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku" Sehingga amalannya fokus pada doa dan ibadah. Tepi petunjuk ini ada syaratnya doa kita bisa dikabulkan yaitu maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku. Persyaratan itu menjadi kunci dikabulkannya doa kita atau tidak. Buatlah pertanyaan berikut "apakah kita sudah mengerjakan perintah Allah atau belum ? Kita jawab sudah. Tapi kok belum juga dikabulkan doa kita ?
Kalimat terakhir dari petunjuk di atas "agar mereka selalu berada dalam kebenaran". Aa maknanya ? Kita mesti menajalankan perintah Allah itu secara terus-menerus (selalu berada dalam kebenaran).  Insya Allah apa yang kita lakukan dengan menjalankan perintahNya secara terus-menerus maka kita berada di jalan Allah. Keadaan ini dapat kita rasakan bahwa Allah itu dekat. Apa yang bikin kita dekat ? Kita percaya dengan Allah dan menjalankan perintahNya menggiring kita merasa Allah ada disekitar kita.
mari kita motivasi diri kita untuk mendapatkan apa yang kita inginkan dengan
1. percaya kepada Allah
2. Kepercayaan itu butuh ilmu (petunjuk) Allah, maka bacalah Al Qur'an
3. Amalkan apa yang Allah perintahkan dan sempurnakan
4. rasakan semakin banyak yang kita kerjakan semakin ada kehadiran Allah itu, Allah itu hadi dan dekat dengan kita
5. lakukan point 4 itu secara terus-menerus. Keadaan ini membuat kita semakin yakin, "saya percaya kepada Allah"
6. Berdoalah
Insya Allah kita diberikan petunjuk, dorongan dan bimbingan dengan iman yang semakin bertumbuh menjadi kuat. Aamiin



A
sbabun nuzul :
Ayat ini turun berkenaan dengan datangnya seorang Arab Badui kepada Nabi SAW yang bertanya: "Apakah Tuhan kita itu dekat, sehingga kami dapat munajat/memohon kepada-Nya, atau jauh, sehingga kami harus menyeru-Nya?" Nabi SAW terdiam, hingga turunlah ayat ini (S. 2: 186) sebagai jawaban terhadap pertanyaan itu.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Marduwaih, Abussyaikh dan lain-lainnya dari beberapa jalan, dari Jarir bin Abdul Hamid, dari Abdah as-Sajastani, dari as-Shalt bin Hakim bin Mu'awiyah bin Jaidah, dari bapaknya yang bersumber dari datuknya.)

Menurut riwayat lain, ayat ini (S. 2: 186) turun sebagai jawaban terhadap beberapa shahabat yang bertanya kepada Nabi SAW: "Dimanakah Tuhan kita?"
(Diriwayatkan oleh 'Abdurrazzaq dari Hasan, tetapi ada sumber-sumber lain yang memperkuatnya. Hadits ini mursal.)

Menurut riwayat lain, ayat ini (S. 2: 186) turun berkenaan dengan sabda Rasulullah SAW: "Janganlah kalian berkecil hati dalam berdoa, karena Allah SWT telah berfirman "Ud'uni astajib lakum" yang artinya berdoalah kamu kepada-Ku, pasti aku mengijabahnya) (S. 40. 60). Berkatalah salah seorang di antara mereka: "Wahai Rasulullah! Apakah Tuhan mendengar doa kita atau bagaimana?" Sebagai jawabannya, turunlah ayat ini (S. 2: 186)
(Diriwayatkan oleh Ibnu 'Asakir yang bersumber dari Ali.)

Menurut riwayat lain, setelah turun ayat "Waqala rabbukum ud'uni astajib lakum" yang artinya berdoalah kamu kepada-Ku, pasti aku mengijabahnya (S. 40: 60), para shahabat tidak mengetahui bilamana yang tepat untuk berdoa. Maka turunlah ayat ini (S. 2: 186)
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari 'Atha bin abi Rabah.)

Hari Pertama Saya Puasa

Marhaban ya Ramadhan, bulan penuh berkah ini ada jika saya mengisi bulan ini dengan percaya kepada Allah dan beramal yang saleh. 
Banyak orang sudah merasa nyaman dengan amal yang sudah dilakukannya, termasuk juga ibadah. Menyempurnakan ibadah dan amal di bulan penuh berkah ini menjadi prioritas kita. Bukankah ibadah dan amal kita dibalas berlipat oleh Allah. Bisa dibayangkan jika ibadah dan amal yang kita lakukan tidak diterima Allah karena tidak memenuhi syariatnya.
Salah satu yang sudah biasa adalah wudhu dan banyak pula beberapa orang wudhunya tidak "khusyuk". Wudhu adalah syarat sahnya shalat, maka wudhu kita mesti disempurnakan, berikut ini beberapa hadist untuk kita renungkan :

Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu berkata;
 Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhulah seperti berwudhu aku ini, lalu beliau bersabdah,’barang siapa berwudhu demikian, maka dosa-dosanya yang telah lalu pasti diampuni. Shalat dan berjalannya menuju masjid mendapat tambaha pahala.’’ (HR.Muslim)
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabdah,’’apabila seorang muslim (atau mukmin) berwudhu, maka ketika membasuh wajah, semua dosa yang telah dilihat dengan kedua matanya keluar dari wajahnya bersama tetesanya air atau bersama tetesan terakhir, ketika membasuh kedua tangannya, setiap dosa yang disebabkan pukulan tangannya keluar dari tangannya bersama tetesan air atau tetesan air terakhir, ketika membasuh kedua kakinya,setiap dosa karena perjalanan kakinya keluar bersama tetesan air atau tetesan air terakhir sehingga dia keluar dalam keadaan bersih dan semua dosa,’’(HR. Muslim)

Bisa dibayangkan jika hadist di atas kita jalani dengan sempurna. Wudhu yang sempurna mampu menghapus dosa kita. Mari kita libatkan wudhu kita dengan sepenuh hati :
1. Niat dan membaca basmallah
2. Saat wudhu .... air wudhu, tangan dan bagian yang dikenakan air wudhu benar-benar menyatu. Tangan kita membasuh dengan lembut bagian yang tubuh, seperti kita mengurut tubuh kita sendiri dan melepaskan air dengan membayangkan dosa-dosa yang ada dan berasal dari tubuh itu keluar bersama air. Selama bulan puasa ini dengan niat wudhu yang benar, maka kita sangat ingin dosa kita bisa diampuni dan dimaafkan Allah dengan wudhu yang benar. Apa yang kita bayangkan ? Setelah wudhu, tubuh ini menjadu suci (bersih dan sehat) dan siap untuk menghadap Allah dalam shalat.
3. Tutup dengan doa sesudah wudhu
Ibadah yang selalu kita sempurnakan, Insya Allah diberi petunjuk oleh Allah dan diberikan kebaikan dari ibadah kita.
Ya Allah maafkan dan ampuni kami yang lalai menyempurnakan ibadah dan amal kami selama ini. Beri kami hidayah dan petunjukMu agar mampu mengisi bulan penuh berkah ini dengan terus belajar agar ibadah dan amal kami menjadi semakin sempurna. Aamiin



Bismillahirrahmanirrahiim

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, 

Gambar mungkin berisi: teks

Segala puji bagi Allah atas nikmat pagi ini dimana kita syukuri dengan bangun pagi beribadah dan shalat Subuh di Masjid. Ini bisa jadi fakta kita, yaitu kita suka bilang,"ibuku hebat" atau "Ayahku pintar" dan sebagainya. Apa maknanya dihati kita dan pikiran selalu ada ibu dan Ayah kita, saat keadaan yang tidak nyaman maka kalimat ibu pasti tidak mau kita kecewakan maka dalam setiap langkah kita selalu ada motivasi dari kalimat tersebut. Bagaimana dengan ayat pendek ini awal dari surah Alfatihah. "Dengan menyebut nama Allah" bukankah kita sudah menanamkan pada diri kita bahwa Allah hadir sekarang, Allah itu siapa ? Dia adalah Tuhan kita imani. Karena Dia Tuhan kita (allah) maka merasa optimis melakukan sesuatu bersamaNya. Ada dorongan dan support di hati bahwa Allah itu pengasih, mengapa saya takut dalam menghadapi kondisi apapun ? Allah yang Maha Pengasih itu mendampingi kita, maka Allah memberikan kekuatan dan kita merasa yakin dan harus siap memberikan kekuatan itu pada diri kita dan apa yang kita lakukan. Dan Allah juga sudah siap di hati untuk selalu menyayangi kita. Saat kita lemah seharusnya kita tidak merasa sendiri dan siap menyempurnakan apa yang kita kerjakan. Yuk bacalah selalu "Bismillahirrahmaanirrahiim" saat kita memulai sesuatu. Insya Allah kita memiliki optimisme tinggi dan kita memiliki Allah dalam setiap langkah kehidupan kita. Aamiin

Senang

Semua orang pernah merasakan "senang", tapi apakah ada "senang" yang tidak disukai ? kayaknya ngga ada. Saya, Anda dan banyak orang mau senang. Senang itu membuat perasaan menjadi nyaman dan semua menjadi mudah dikerjakan.
Kembali kepada pertanyaan di atas ? Ada beberapa orang yang sufi yang melakukan aktivitas akhirat yang bukan tidak suka tapi mereka memilih melakukan yang mendekatkan kepada Allah.  Jadi ada yang menunda kesenangan itu demi kesenangan yang sesungguhnya di akhirat nanti.
Kita yang manusia biasa yang hidup dengan kehidupan dunia menjadi sangat rindu untuk mendapatkan kesenangan. Apa saja yang membuat kita senang ? Semua yang kita inginkan. Kita ingin banyak uang jadi orang kaya, kita ingin berlibur di tempat yang bagus, kita ingin makan enak, kita ingin kerja yang tidak berat dan sebagainya. Kesenangan itu mesti kita raih dengan suatu aktivitas. No Action No Happy
Bagaimana dengan senang itu ada diawali dengan perasaan senang dulu lalu beraktivitas ? Perasaan saya hari ini senang banget, maka saya kerja juga enak. Apa bener tiba-tiba kita senang ? Kayaknya kesenangan itu karena kita mendapatkan hasil yang menggembirakan atas apa yang kita lakukan atau ada orang lain yang memberikan sesuatu yang membuat kita senang
Saya senang habis bangun tidur atau habis makan bareng.  Jadi kesenangan itu mesti ada actionnya.
perhatikan lagi perasaan senang kita itu sangat terkait dengan alam (situasi dan seisinya). Suasana teduh kita senang, suasana gembira bisa bikin kita senang, saat mood bagus kita senang, kita makanan yang enak juga bikin senang, lingkungan mendukung tambah senang.
Boleh dong kita simpulkan bahwa berasal dari Allah lewat alam semesta dan diri kita sendiri. Jika hal ini memang didasari pengetahuan bahwa kesenangan itu berasal dan pemberian dari Allah maka mestinya kesenangan ini mesti disyukuri untuk diteruskan ke hati agar kita menyaksikan bahwa Allah yang maha berkehendak yang mendorong kita menjadi semakin beriman. Tapi fakta banyak dari kita kesenangan itu melalaikan hati kita.
Menikmati kesenangan dunia itu sementara  dan melalaikan. Senang berarti bertemu, merasakan dan menikmati alam semesta. Ada yang lebih baik disisi Allah yaitu bahagia dengan bertemu dengan Allah dengan percaya dan beramal saleh. Amal saleh lewat syukur atas nikmat alam semesta ini.

janji

Ngomongin janji pasti Anda sudah paham. Yang ada dibenak kita orang yang suka janji tapi ngga ditepati. Bisa jadi kita baru saja mengalaminya. Apakah respon kita terhadap orang tersebut ? Jika sudah keseringan janji maka kita tidak ingin membuat janji lagi.Tapi masih menjga hubungan kekerabatan dan jaga jarak.
Ada orang yang mudah memberi janji dan ditepati, bisa jadi orang ini memang memiliki sumber dari janjinya. Janji waktu, maka dia memiliki waktu yang cukup atau bisa mengatur waktu. Janji memberikan pekerjaan, maka dia memiliki banyak pekerjaan atau relasi yang menjadi sumber pekerjaan atau memang dia memiliki kekuasaan untuk memberi pekerjaan. Janji memberikan uang, maka pasti orang itu memiliki banyak uang. Janji selalu senyum, maka orang itu sangat mudah tersenyum. Sebenarnya orang bisa memberi janji itu pasti memiliki lebih apa yang ingin dijanjikannya.
Sebaliknya jika ada orang yang suka memberi janji, misalkan orang yang mau berhutang dan janji mau bayar ? Kita harus tahu apa yang dikerjakan dan apa yang dimilikinya .... bisa jadi untuk memenuhi janji tidak mudah. Apakah bisa seseorang yang sibuk bisa memmberikan janji perhatian (waktu) buat kita ? Berempati lebih baik dan memaklumi janjinya. Yang penting kita selalu berbuat baik bahkan Allah menyuruh kita membantu orang yang berhutang.
Jika kita tanya, emang ada orang yang bisa memberi janji tentang banyak hal ? Bisa jadi iya, tapi kita yang menunggu janji pasti ada kekhawatiran dan memang kadangkala janji itu bisa juga tidak diberikan. Namanya juga manusia.
Jika kita tanya siapa yang memiliki segala hal di dunia ini ? Pastilah Allah,
1. Allahlah yang menciptakan, memiliki dan memelihara alam semesta ini
2. Allahlah yang berkuasa atas segala sesuatu
3. Allahlah yang meliputi segala sesuatu termasuk apa yang kita kerjakan
Maka dengan hal di atas, Allah yang memiliki semuanya pasti dengan mudah memberikan janji dan pasti memenuhi janjiNya.
Kita sebagai hamba Allah adalah orang yang tidak memiliki apa-apa, untuk memiliki sesuatu kita sudah diberikan nikmat yang banyak. Allah juga memberikan janji jika kita bersyukur yaitu kita melakukan kebaikan atas pemberian Allah dengan cara yang benar seseuai petunjukNya.
Kita diminta untuk tidak mudah memberikan janji tanpa melibatkan Allah, katakan hari esok itu milik Allah maka ucapkanlah "Insya Allah untuk apa yang ingin kita kerjakan atau janji".
Dengan penjelasan di atas, apakah kita ingin mendaptkan janji dari manusia  dan bergantung pada janjinya ? Pasti kita jawab tidak, Masihkah kita tidak ingin memperoleh janji Allah yang pasti ? janji itu pasti berkenaan dengan apa yang diperintahkan Allah. Sudahkah kita membaca janji itu dan mengerjakan apa yang Allah perintahkan ?
Insya Allah kita selalu diberikan kebaikan dan kemampuan untuk meraih janji Allah dengan banyak ibadah dan beramal saleh.

Tahu jadi semangat

Mengapa harus tahu dulunya baru semangat ?  Ngga ada jawabannya. Ya bisa aja begitu dan bisa juga yang lain. Tapi ini bener-bener terjadi. Bayangkan saat kita tahu dan memahami betul apa yang kita dapatkan dari apa yang kita kerjakan, maka kita menjadi bertambah semangat dalam mengerjakannya.
Mungkin kita sudah mengerjakan shalat malam dan rutin lagi. tapi seringkali shalat malam itu terasa biasa. Apa yang kita harapkan ? tentu kebanyakan dari kita mengharapkan Allah mengabulkan doa kita. Saat ada keperluan kita getol shalat malam dan berdoa. Ternyata dari keinginan itulah kita jadi semangat, shalat malam dan berdoa. Semangat ini sering luntur dan lemah karena tidak ada ilmu atau pengetahuan tentang shalat malamnya atau tentang doanya atau apa yang bisa kita dapatkan.
Sewaktu saya membaca ayat berikut ini, saya tapi berhenti meneruskan bacaannya dan ada dorongan untuk membuka tafsirnya. Segala puji bagi Allah atas rahmatNya dengan dibukakan hati saya untuk memahami lebih dari ayat berikut ini.
Bismillahirrahmanirrahiim
As Sajdah, 32 : 15 - 17
15. Sesungguhnya orang yang benar-benar percaya kepada ayat-ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat itu mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong.
16. Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezki yang Kami berikan. 
17. Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.

Saya mulai dari ayat 15 bahwa Allah menjelaskan orang yang benar-benar beriman kepada Al Qur'an adalah orang yang selalu bertasbih dan memuji Allah. Seberapa banyak kita bertasbih ? seberapa banyak kita memuji Allah ? bisa jadi memang hanya saat formal di dalam shalat atau ibadah lainnya. Apakah ini yang disebut kita beriman kepada ayat-ayat Allah ? Kita sendirilah yang bisa menjawab. paling tidak jawaban ini sebagai ukuran keimanan kita. Oke deh. Pernahkah kita dibacakan atau diperingatkan atau mendengar ceramah tentang ayat-ayat Allah ? Bukankah itu semua adalah peringatan buat kita, tapi semua itu belum mendorong kita banyak bertasbih dan memuji Allah. Jika demikian termasukkah kita orang yang sombong ? Kita bilang,"tidak sombong", tapi jika ingin jujur maka kita termasuk orang yang sombong karena tidak peduli dengan peringatan itu. Seharunya kita berterima kasih atas apa yang kita dengar atau apa yang kita lihat atau apa yang kita baca ... buknakah semua itu adalah peringatan Allah.
orang yang beriman kepada ayat-ayat Allah itu adalah orang mengamalkan isi dari ayat itu. dan di ayat 16. Allah menjelaskan bahwa mereka yang beriman itu adalah orang yang lebih banyak shalat malamnya dibanding tidurnya dimana shalat dan doanya mendekatkannya kepada Allah. Doanya selalu diliputi oleh rasa takut atas azab Allah karena kita belum juga sadar atau belum juga mengamalkannya dan ada rasa harap Allah mengabulkan keinginan kita. Sampai sini saya sambungkan dengan semangat untuk kerja menjadi semakin nyata. Shalat dan doa kita membuka ruang bagi hati untuk semakin percaya kepada Allah. Dan Allah menambahkan juga harus tetap selalu berbagi dari rezeki yang kita terima. Semangat kerja karena Allah mengabulkan doa kita dengan semangat shalat malam dan berinfak.
ternyata ayat berikutnya lebih dahsyat lagi. Allah membalas apa yang kita kerjakan di ayat 16 tadi dengan balasan yang sempurna, nikmat yang menanti yaitu sesuatu yang enak dipandang bahkan dalam tafsir disebutkan nikmat itu bisa jadi belum pernah kita lihat sebelumnya. masak sih kita tidak mau ?
Inilah yang ssya sebutkan di atas, jika saya tahu dan paham ayat-ayat di atas maka shalat malam saya semakin bersemangat , infak saya semakin bersemangat, Insya Allah saya pun semakin ingin tahu lebih banyak ayat-ayat Allah. "saya tahu dan saya semangat". Insya Allah semangat ini teus bergelora dalam hati untuk terus menyempurnakan iman kita dengan memahami ayat Allah dan mengamalkanNya. Ya Allah kabulkan doa kami


Komunikasi = Bicara

Berkomunikasi adalah berbincang satu sama lain dengan niat yang baik. Apa hubungannya dengan silaturahmi ? Silaturahmi adalah forum komunikasi yang menganggap lawan kita adalah saudara, yaitu memlihara hubungan persaudaraan dan menambah nilai persaudaraan
Apakah bisa kita berkomunikasi tanpa bicara atau tidak lancar dalam bicara ? Bagaimana dengan kita yang bicara tidak mudah dipahami orang lain ? Kedua hal ini pasti menyulitkan komunikasi sehingga silaturahmi itu menjadi kurang terjalin (kurang lancar).
Teringat dengan hadist yang memuat makna "tidak masuk syurga mereka yang memutuskan silaturahmi", ada beberapa tafsiran :
1. Orang memutuskan silaturahmi adalah mereka yang memang membenci komunikasi dengan orang lain.
2. Bisa juga orang yang dulu bersilaturahmi kemudian terlutus karena sesuatu hal yang buruk
3. memungkinkan juga yang memang lalai dalam menjalain hubungan silaturahmi, apalagi dulunya sudah terjalain silaturahmi
4. Memungkinkan pula orang yang hanya berkomunikasi atas dasar ada kebutuhan saja karena tugas atau kerjasama. Bukankah seharusnya komunikasi yang ada bisa menjadi bersaudara dengan bersilaturahmi
atau ada kondisi lain menurut Anda ? Yang penting harus ada dua atau lebih orang yang berhubungan dengan ikhlas dan saling menebar kebaikan. karena komunikasi itu adalah bicara, maka yang mendasar selain niat ada faktor penting dalam silaturahmi yaitu becara atau bisa ngomong.
Bisa dibayangkan bahwa seseorang yang pendiam (tidak banyak bicara) yang sedang berkomunikasi untuk menciptakan silaturahmi ..... menjadi "nggak nyaman" atau "sekedar basa-basi" sehingga silaturahmi itu tidak tercipta dengan baik. Apa yang terjadi dengan mereka yang diam alias tidak pandai bicara ? Mereka cenderung menyendiri dan tidak "bergaul" dengan yang lain. Kalau ada pertemuan mereka menghindar.
Maka menjadi sebuah kebutuhan bagi mereka yang diam agar tidak menghindar dari silaturahmi dengan banyak belajar bicara. Dan teman atau saudara yang bisa bicara wajib memahami saudara yang diam untuk terus menyambungkan silaturahmi dengan mengajak bicara. Termasukkah mereka yang memutuskan silaturahmi itu mereka yang tidak mau mengajajk yang diam bicara atau orang yang diam yang tidak mau belajar bicara dengan baik ? Insya Allah ini adalah peringatan bagi kita semua untuk benar-benar menciptakan silaturahmi dan jangan sampai lalai karena kesibukan atau tidak mau memahami orang lain.
Insya Allah tulisan ini menjadi inspirasi kita semua untuk benar-benar menyambungkan silaturahmi, menyambungkan berarti ada inisiatif dari siapa saja agar kita semua menjadi saudara.

Tidak tahu

mana yang enak, tahu atau tidak tahu ? Banyak orang memilih nyaman kalau tahu, karena dengan tahu banyak hal bisa dikerjakan.Ada juga sih yang tahu tapi malah tidak melakukan sesuatu, bisa takut atau malas. Dengan kita tahu tentang sesuatu maka kita memiliki tanggung jawab atas apa yang apa yang kita tahu. Jika tidak tahu maka kita tidak melakukan apapun.
Jika ditanya, apakah sebenarnya kita tahu tentang banyak hal atau tahu lebih detail ? Banyak tahu sih. Lalu buat apa tahu banyak ? Ujung dari kita tahu adalah tindakan atau perbuatan. Apa bedanya orang yang tahu banyak dengan mereka yang tahunya tidak banyak ? Yang tahu banyak pasti banyak hal yang bisa dikerjakan dan sebaliknya orang yang tahu sedikit. Tidak sampai di sini saja hal baiknya, tapi ada hal buruknya
Mari kita dalami tentang tidak tahu, tidak tahu bukan berarti seseorang tidak melakukan sesuatu. Perhatikan ada orang yang ilmunya sedikit, maka dia hanya melakukan yang bisa dilakukannya sekalipun salah. Hasilnya ada dan sesuai dengan ketidaktahuannya. Jika kita telusuri maka diperoleh bahwa orang yang tidak tahu mempunyai fokus pada tindakannya maka mereka memiliki kuantitas tindakan. Kerja dan kerja. ketidaktahuannya mendorong selalu fokus untuk mengerjakannya, jika tidak berkenan (susah atau mengalami kesulitan) maka orang ini segera merubah tindakannya dengan harapan hasil yang diperoleh lebih baik. Begitulah seterusnya ... selalu melakukan perubahan pada tindakan.Apa yang terjadi selanjutnya ? mereka menjadi tahu, kalau mengerjakan ini maka hasilnya ini yang sudah terbukti. Bagaimana mereka yang tahu ? orang yang tahu dari pengetahuan (bukan pelakunya) maka mereka selalu mengacu(fokus) kepada ilmunya dengan menganalisanya. Setiap tindakan yang tidak menghasilkan sesuatu maka mereka kembali menyalahkan ilmunya, barulah melakukan tindakan baru lagi. Ada kecenderungan tidak berani untuk melakukan tindakan jika tidak tahu.
Tahu dulu baru mengerjakan sesuatu itu baik, tapi kita banyak bertarung dengan diri kita sendiri untuk memulainya. Tahu dan tidak tahu BUKAN sekedar untuk menjadkan kita PINTAR (tahu tentang sesuatu), menjadi bermakna pada tindakan dan hasil yang ingin diraih. Perhatikan lagi bahwa orang yang tahu pun tidak merasa yakin dengan apa yang dikerjakannya memberikan hasil sesuai harapan. semestinya tahu atau tidak tahu tetap membutuhkan keberanian untuk melakukannya. Ilmu perlu tapi kita perlu keberanian untuk mengerjakan, orang yang berilmu belum tentu mampu mengamalkannya dan orang yang tidak tahu sangat ingin tahu tapi dia hanya bisa mengerjakan apapun yang dia bisa agar tahu.  
1. Tidak tahu itu ada baiknya karena mendorong kita untuk fokus bergerak melakukan sesuatu
2. Tapi banyak orang ingin tahu dulu baru mengerjakannya agar tidak banyak energi yang terbuang (sia-sia)
Tidak tahu ingin tahu hasilnya dan yang sudah tahu juga ingin tahu hasilnya (apakah benar ?). Maka hasil itu bisa diketahui jika sudah dikerjakan. Maka kerjakanlah sesuai apa yang kita tahu atau apa yang kita tidak tahu. Kita BUKANlah penentu hasil akhir, maka teruslah kerja dan kerja yang semakin baik.
Sisi lain, sejak lahir kita tidak berdaya dan pasti tidak tahu ...... akhirnya kita tahu karena kita belajar atau kita mengerjakannya. Kok kita bisa melakukan sesuatu atau kok kita tahu tentang banyak hal ? Kita ngakunya karena kita belajar dan melakukan sesuatu, tapi sebenarnya kita itu tidak tahu apa-apa. Karena kita tidak tahu besok maka kita mengerjakan sesuatu hari ini. 
Karena kita tidak tahu kapan kita memiliki pendapatan yang lebih baik maka kita mengerjakan banyak hari ini.
Karena kita tidak tahu kapan kita menikah maka kita pun berusaha berteman dan silaturahmi
Karena kita tidak tahu banyak hal maka kita mengerjakannya sekarang
karena kita tidak tahu maka kita pun berdoa
Jadi tidak tahu itu tidak mesti disesali tapi kerjakan yang bisa, Allah membuat kita tidak tahu agar mau belajar hingga jadi tahu. Jika sudah tahu, tidak perlu jadi sombong karena Allah menguji kita apakah kita mengerjakannya apa tidak ? Disinilah kita merasa menjadi makhluk Allah. 
Bagaimana dengan yang satu ini, 
Tapi mengapa kita yang tidak tahu kematian kita ? kok tidak mempersiapkannya sekarang ?


Sesat dan kebaikan

Kata sesat sering diungkap dalam Al Qur'an, yang menunjukkan orang yang tidak berada di jalan Allah. Kok bisa sesat ? Bisa jadi karena memang disesatkan Allah karena akhlaknya yang dinilai Allah tidak baik, atau memang orang yang sesat itu tidak tahu jalannya atau caranya. dan terakhir bisa juga memang petunjuk yang digunakan orang tersebut salah.
Apakah ada sesat di akhirat ? kesesatan itu ada di dunia, makna sesat di akhirat merupakan hasil dari kesesatan di dunia. Allah mengingatkan bahwa jika kita sesat dan tidak mempedulikan peringatan dan sombong, maka Allah membiarkan kita dalam kesesatan itu. Sebaliknya ada kata sesat adapula kata kebaikan.
Apa itu kebiakan ? kebaikan bisa jadi perbuatan yang mengandung kebaikan dan kebaikan itu berupa rahmat Allah yang diberikan kepada kita. Setiap hari kita berdoa memohon kebaikan di dunia dan di akhirat. Yang jadi pertanyaannya, kapan doa kita itu dikabulkan ? Apakah kita tahu doa itu dikabulkan ? Paling kita merasa dan setelah terjadi, kita menganggap iniilah permohonan kita dikabulkan.
Doa kita ..... adalah keinginan kita. Kebaikan di dunia dan di akhirat.kebaikan di akhirat itu adalah hasil dari kebaikan di dunia. jadi yang mesti kita lakukan adalah melakukan hal baik untuk memperoleh kebaikan di dunia yang dirahmati Allah, yang dampaknya pada kebaikan di akhirat. Perhatikan lagi, jika kita memilih akhirat (kebaikan) maka Allah memberikan ke baikan di dunia. Hal ini hanya bisa dilakukan jika kita mengamalkan petunjuk Allah. Petunjuk Allah yang kita jalani di dunia adalah jalan yang tidak sesat di dunia dan di akhirat. Kebaikan di dunia dan diakhirat itu satu kesatuan, baik di dunia belum tentu baik di akhirat. Tapi baik di akhirat memberikan kebaikan di dunia. Jadi lakukan di dunia berupa kebaikan yang memenuhi kebaikan di akhirat
Agar kita tidak sesat sesuai penjelasan di atas maka kita mesti melakukan :
1. Belajar dan memahami petunjuk Allah baik yang ada di Al Qur'an dan di alam semesta ini sekalipun kita sudah muslim. Banyak orang muslim yang juga tidak berjalan di jalan yang baik (alias sesat). Jadi begitulah kita diajak untuk terus belajar sampai usia kita, belajar dan mengajarkan yang utama adalah tentang Al Qur'an, petunjuk kebiakan di dunia dan memberikan kebaikan pula di akhirat
2. Terus berlatih dan menyempurnakan amalan dari petunjuk Allah.
3. Berdoa untuk diizinkan dan dimampukan dalam menjalani petunjuk Allah
4. Melakukan semua itu dengan kosisten atau istiqamah.
Sudahkah kita menjalani hal ini ? Bayangkan kita yang ingin kebaikan di dunia dan akhirat hanya dengan berdoa aja tanpa mau belajar petunjuk Allah ? sudahkah kita membaca dan mau memahami Al Qur'an ?
Doa kita sudah baik, alangkah lebih baik lagi dengan mengerjakan apa yang kita doakan. Insya Allah kita diizinkan dan diberikan kebaikan. Doa kita memohon kebaikan di dunia dan di akhirat, artinya kita mesti mengerjakan apa yang kita minta yaitu kebaikan di dunia dan di akhirat. Apa yang kita kerjakan ? Kita bisa mengerjakan jika ada ilmunya (petunjukNya). Maka bacalah dan pahami betul Al Qur'an dengan ilmu yang benar agar kita tidak tersesat. Terapkan semua petunjuk Allah dengan sempurna di dalam kehidupan kita, Insya Allah, Allah memberikan kebaikan di dunia dengan ilmu yang diberikan Allah (yang kita usahakan dengan belajar), kebaikan berupa kemudahan dan kelancaran (yang gigih kita ulang agar menjadi sempurna), kebaikan hati yang tenang (yang mana kita terus untuk beribadah dan beramal) .... kebaikan itu pun Allah berikan karena Allah sayang dengan kita atas apapun yang kita lakukan yang sesuai syariat Islam.
Jangan sampai kita sesat dan dibiarkan sesat karena merasa membaca petunjuk Allah itu tidak wajib ... bukan sekedar membaca Al Qur'an itu untuk anak kecil atau ulama untuk bahan ceramah.

Merasa lebih baik

Ada penyakit dari hati kita yang sering meninakbobokan kita, yaitu kita merasa lebih baik dari orang lain. Kondisi ini karena kita ingin terlihat dari orang di sekitar kita dan membuat kita menjadi PD dalam pergaualan. Sebaliknya jika kita tidak lebih baik dari orang lain membuat kita merasa tidak nyaman dan minder. Keadaan ini terus-menerus mendorong kita untuk membandingkan diri kita dengan yang lain dan tak pernah habis
Aktivitas kita untuk menilai dan membandingkan orang lain itu cenderung memaksa kita pada keadaan yang tidak nyaman dan buruk. Bisa jadi apa pun yang kita lakukan menjadi tidak ikhlas karena selalu ada pembanding BUKAN karena Allah. Renungkan saja, buat apa kita menjadi lebih baik ? Begitu banyak dan besar untuk dibandingkan.
bagaimana jika kita mengukur diri kita terhadap apa yang sudah kita lakukan atau miliki ? Jika saya belum punya motor dan pengen punya motor maka kita berusaha dengan target kita sendiri yang sudah ditetapkan. Keadaan menjadi sangat buruk jika kita bandingkan dengan motor orang lain yang beragam yang membuat kita pusing, mana yang bagus ? Jika kita belum disiplin maka kita bisa merasa lebih baik dengan meningkatkan disiplin
mau merasa lebih baik lagi ? Buatlah list nilai diri kita saat ini baik dinilai secara skore atau parameter tertentu. Lalu buatlah akvitas untuk lebih baik lagi ... dari hari ke hari
Contoh :
1. saat ini bangun pagi 05:00 maka lakukan aktivitas agar bisa bangun 04:30
2. hadir di kantor 08:30 maka lakukan aktivitas (berangkat lebih pagi dari biasanya).
3. banyak lagi
Bayangkan kita bisa melakukan aktivitas-aktivitas yang sederhana untuk bisa membuat kita merasa lebih baik ..... dan bayangkan dalam waktu 2 bulan atau 3 bulan.
Insya Allah merasa lebih baik itu tak perlu melihat orang lain tapi lihatlah diri kita sendiri dan lakukan aktivitas yang membuat kita semakin baik.

Kok belum taubat ?

Bayangkan kita diminta bantuan sama seseorang tapi orang itu pernah melakukan kesalahan yanb bagi kita tidak suka. Apakah kita mau membantu orang itu ? Kebanyakan orang masih memikirkan kesalahannya dan menjadi ukuran untuk menyetujui bantuan kita. Jika orang itu meminta maaf maka rasanya kita pun oke. Dan dengan rasa kemanusian kita bisa membantunya
Bagaimana kejadian itu antara kita dan Allah ? Kita pasti merasa bagaimana Allah mau menolong saya sedangkan dosa kita banyak. Sekalipun Allah itu ar rahman ar rahiim. Sepantasnyalah kita memohon ampunan dan bertaubat agar Allah ridha dan Insya Allah kita diberikan kenikmatan dan karuniaNya. Maka dari bertaubat itu menjadi penting dan langkah awal kita untu dekat kepada Allah.
Mensucikan hati ini jauh lebih utama sebelum kita beribadah dan beramal. Wadah atau yang kotor menjadi wadah kurang baik untu ibafah dan amal saleh. Mari kita bertaubat dengan shalat taubat dan selalu memohon doa. Dan mengikutinya dengan ibadah dan amal yang ikhlas.
Ya Allah berllah kami petunjuk dan hidayah untu selalu ingat kepadaMu dan mampu membersihkan hati kami. Aamiin

Bersyukur tambah niknatnya

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Insya Allah hari ini kita dalam keadaan sehat dan selalu dilindungi Allah. Rasa syukur yang baik adalah mengenal apa yang kita miliki dan bukan apa yang belum kita miliki. menjadi sempurna rasa syukur itu jika kita bertanya "apa yang bisa kita lakukan dengan apa yang kita miliki ?" Ada yang bisa melakukannya tapi hasilnya tidak menambah kepemilikannya atau ada sudah melakukannya tapi tidak menghasilkan atau ada yang tidak melakukannya apapun terhadap apa yang mereka miliki.
Dari hal di atas, mestinya mengajak kita renungkan ..... apa ya ?
1. Jika ada orang yang sudah merasa melakukan sesuatu terhadap apa yang dimilikinya tapi hasilnya tidak menggembirakan dan tidak ada peningkatan nilai atas apa yang kita miliki. Apa yang terjadi ? Bisa jadi memang kita belum tahu apa-apa dengan apa yang kita miliki, fungsinya atau kegunaannya atau kemampuannya dan seterusnya ? atau memang kita tidak tahu ilmu bagaimana cara memanfaatkan apa yang kita miliki.
Misalkan : kita memiliki uang. Apa sih uang itu dan apa manfaatnya ? Uang adalah alat barter barang, maka kita menggunakan uang untuk membeli sesuatu. Tapi jika persepsi tentang uang itu adalah media untuk berbuat baik. Maka kita bisa menggunakan uang untuk sedekah bagi orang yang membutuhkan atau membayar hutang orang terdesak untuk dibayar.
2. Ada fakta banyak orang tidak mempedulikan, mengapa kita belum bersyukur ? dan kita tidak pernah memikirkan bersyukur itu terjadi. Kita kembali menafsirkan bersyukur dengan tindakan paling rendah yaitu dengan mengucapkan terima kasih atau Alhamdulillahi rabbil alamin. Padahal bisa jadi :
a. kita memang tidak melihat dengan jelas apa yang kita miliki (pemberian Allah). Hanya melihat secara fisik saja dan hanya tahu saja. Apakah dengan pemahaman itu kita bisa bersyukur ? Ada yang bisa dan banyak yang tidak bisa
b. Kita tidak pernah sadar bahwa bisa jadi hati kita yang tidak mampu melihat apa yang kita miliki. Hal ini disebabkan oleh dosa kita, atau fokus kita yang hilang dan hanya fokus kepada selain Allah, atau kita tidak memiliki ilmunya.
2 hal di atas mesti menjadi fokus yang perlu kita renungkan agar kita benar-benar siap dan mampu bersyukur.

Demikianlah motivasi yang jarang kita pikirkan tentang bersyukur, cenderung  dalam lisan saja. Insya Allah kita diberi kebaikan dalam merenungkan syukur kita selama ini dan dibukankan hati agar mampu meluhat apa yang kita miliki adalah pemberian dari Allah dan diberi petunjuk dalam mensyukurinya. Aamiin.

Punya masalah besar, lakukan yang bisa

Banyak orang mengalami banyak masalah bahkan masalahnya besar melebihi kemampuannya. Lalu apa yang dilakukannya ? Bingung dan bahkan menjadi seorang yang menyendiri. Bicara sama orang terdekat "takut" dan merasa rendah serta malu. Hanya bicara dan curhat di media sosial dan memberanikan diri untuk minta tolong kepada atasan atau orang yang dekat. Tapi hasilnya tak menggembirakan.
Terlintas mungkin mau lari dari kenyataan saat ini. "abis semua itu tidak bisa diselesaikan dengan cepat". Atau mau jual apa yang dimiliki pun, rasa tak cukup. Atau ada yang pendek pikirannya mau "mati aja". Dalam keadaan tidak memiliki teman dan merasa masalah tidak bisa selesai, maka disinilah pikiran dan emosi mudah sekali terpancing dengan cara pikiran yang tidak sehat.  Mau marah, mau marah ke siapa ? Marah pun bikin semakin capek dan lelah dimana solusi tak kunjung datang. Mau jalan pintas dimana syetan memberikan angan-angan kosong, tapi rasanya semakin membuat masalah bertambah banyak dan komplek.
Kembali kepada Allah ? Kenapa tidak ? Allah yang Maha Penerima Taubat yang Rahman dan Rahiim dengan senang hati menerima hati yang lalai kembali kepadaNya. Inilah jalan yang menjanjikan hasilnya. Yang utama adalah kita taubat atas kesalahan dan kesombongan selama ini dimana kita merasa mampu sendiri dan Allah hanya sebagai pelangkap. Abis itu, apakah Allah menyelesaikan semua masalah itu ? Belum tentu. maka yang bisa kita lakukan adalah kembali untuk percaya kepada Allah dengan sebenarnya. Lalu mengamalkan apa yang Allah sukai.
Bekerjalah kita sebagaimana kita kerja dengan penuh tanggung jawab, jujur dan amanah. Kerja inilah modal kita untuk bergerak menyelesaikan masalah kita. Doa menjadikan kita semakin yakin bahwa Allah mengabulkan doa kita untuk menyelesaikan masalah. Berdoa lah agar kerja kita yang ikhlas itu Allah ridhai dan mohon ridhaiNya untuk memampukan kita menyelesaikan masalah. Syukurilah apa yang sudah kita lakukan.
Tak perlu menunggu masalah itu selesai, tapi fokuskan diri kita untuk sibuk dengan kerja yang ikhlas dan mengisi waktu dengan banyak ibadah dan amal.
Insya Allah dengan langkah demi langkah (kerja yang diyakini dan ikhlas) semakin membuka pikiran dan hati menemukan solusi atas masalah.

Syetan = masalah

Judul di atas ingin menggugat bahwa kita selama ini menganggap syetan itu identik dengan godaan harta, wanita, kekuasaan. pernahkah kita berpikir bahwa syetan itu sama dengan masalah ? Bisa jadi betul, tapi kita tidak pernah metenungkan hal tersebut, jadi menganggap jika kita ada masalah tidak ada hubungan dengan syetan.
Boleh juga sih kita memperhatikan, orang yang berzina itu dianggap sebagai melakukan dosa besar dan dekat dengan syetan. Hasil dan perzinahan itu pun memunculkan banyak masalah pada pasangan tersebut yang tidak dirasakan secara dalam (sepertinya enak-enak saja dan tanpa masalah). Mengapa mereka merasa tidak bermasalah ? Karena referensi masalahnya bukan dengan ukuran Allah tapi ukuran dunia. Padahal masalah sebelum terjadinya perzinahan adalah tidak terjaganya nafsu dan mereka tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikannya. Ketidakmampuan ini membuka ruang bagi syetan untuk memberi "solusi" dengan angan-angan kenikmatan. Inilah hubungan syetan dan masalah.
Seseorang yang tidak cukup uang, tentunya orang ini memiliki masalah. dimana hubungannya dengan syetan. Hasil pendapatan yang tidak cukup disebabkan kemampuan yang dibayar rendah. Mengapa orang ini tidak mau meningkatkan kemampuannya ? Bisa jadi malas atau sudah takdir emang begitu (nasib). Padahal Allah sudah menjanjikan nikmat bertambah jika bersyukur. Apakah bersyukur itu sama dengan orang malas atau tidak mau belajar ? Tentu tidak, maka kondisi orang yang tidak mau meningkatkan kemampuan atau malas menunjukkan ia bersama syetan. Terkadang kita merasa bahwa tidak cukup uang itu bukan karena syetan. Tapi ternyata syetan bersama orang malas (bermasalah).
bagaimana dengan sakit ? Sakitnya adalah takdir yang bisa jadi balasan Allah atau ujian. Ujian pun sebenarnya sebagiannya adalah balasan yang Allah izinkan atas apa yang ktia kerjakan. Sebelum sakit, apa yang terjadi ? Bisa jadi kita makan berlebih atau makan tidak mengikuti aturan kesehatan atau makan yang enak tapi tidak baik buat tubuh, semua itu adalah godaan syetan. Kok bisa ? Secara akal sehat kita pasti mau makan yang baik buat tubuh dan tidak berlebih, tapi syetan menggoda,"makan aja lagi enak ini, kan hanya sekali dan seterusnya".
Sebenarnya masalah itu muncul karena setiap yang kita inginkan tidak sesuai dengan hasilnya. Yang perlu kita renungkan adalah yang kita inginkan belum tentu baik atau kemampuan kita yang kurang untuk memenuhi keinginan kita tidak cukup sehingga membuat segalanya menjadi bermasalah. Semakin dikerjakan semakin bermasalah karena syetan sudah bekerja sejak kita menginginkan sesuatu. Syetan menjanjikan keinginan itu baik (angan-angan kosong) sehingga kita berusaha mengerjakan apa saja agar tercapai (segala cara dilakukan), disini pun syetan menggoda dengan cara pintas.
mau tidak masalah ? Allah menurunkan petunjuknya Al Qur'an agar kita selamat di dunia dan di akhirat. Allah menjanjikan kebenaran dan janji yang pasti. Buka hati kita agar Allah memberikan petunjukNya agar kita yakin (beriman) dan mau mengerjakan amal saleh. Dengan demikian kita selalu bersama Allah dan syetan pun menjauh. Ada masalah ? Allah menguji kita agar bersyukur dan Allah pun menolong orang yang bersyukur sehingga masalahpun dapat dilewati,

Baik dan buruk

Bayangkan Anda berbuat baik. Mengapa Anda lakukan ? Tentunya Anda menganggap dengan berbuat baik itu ada balasannya. Balasannya bisa setelahnya atau nanti. Atau Anda mengerjakannya coba-coba, dengan maksud untuk mengerjakan lagi jika ada hasilnya ? Dari dua keadaan di atas, maka Anda pun lebih yakin dengan keadaan yang pertama dimana ada keyakinan. Berapa besar nilainya ? Bisa jadi lebih kecil dari 50%, ini menunjukkan keimanan Anda kurang. Kok bisa ? Iyalah apa yang kita kerjakan masih coba-coba.
Mengapa kita masih coba-cona ?  Lemahnya ilmu dan amalan. Bisa jadi Anda jarang membaca terutama Al Qur'An. Bukankah isi Al qut'an itu mutlak kebenarannya. Dengan membaca Al Qur'an Anda semakin disempurnakan Allah dengan rahmatNya. Jadi alangkah kuatnya dorongan saat kita melakukan kebaikannya.
Bagaimana dengan berbuat buruk ? Yang ada dibenak kita adalah kenikmatan atau kesenangan setelah melakukannya. Jika tindakan buruk itu dilakukan sepertinya gampang untuk dijalankan.sepertinya alamiah saja.
Apakah dengan penjelasan di atas bahwa yang baik ada balasannya dan yang buruk hanya menikmati proses dan senangnya sebentar, Anda mau berbuat baik atau berbuat buruk.? So akal sehat selalu mengajak kebaikan dan disinlah ujian dari Allah untuk menguji seberapa kuat Anda beramal salèh ?

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...