Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri
Showing posts with label motivasi spiritual. Show all posts
Showing posts with label motivasi spiritual. Show all posts

Semangat dan harapan

Selamat pagi semua, Insya Allah hari ini diberikan kemampuan untuk terus bekerja dan berkarya bagi banyak orang. Rasa syukur itu karena kita dapat merasakan kebaikan (potensi atau nikmat) yang Allah berikan kepada kita. Semakin besar wawasan dan hati dapat melihat nikmat Allah, maka hanya pujian untukMu ya Allah. 

e-Book "Semangat Kerja yang Konsisten", kami tulis dari pengalaman menemukan semangat yang sebenarnya. Awal sebagai karyawan, kerja selalu ada semangat. Semangat karena ingin mendapatkan sesuatu (keinginan). Maka sikap ingin tahu dan belajar terus menjadi bagian dalam kerja. Terkadang untuk proses meningkatkan kemampuan ini mesti mengeluarkan biaya sendiri. Tak mengapa. yang penting terus melakukan sehingga kemampuan saya siap untuk menerima amanah yang lebih besar/hebat.

Keadaan di atas menumbuhkan harapan agar bisa terwujud. Kemampuan atau keinginan kita adalah tujuan yang ingin dicapai. Harapan atau berharap adalah bagaimana saya memohon kepada Allah tujuan yang ingin dicapai dapat terjadi. kemampuan atau keinginan itu adalah rezeki yang Allah berikan kepada siapa yang Dia kehendaki. Jadi mengapa saya mesti berharap kepada Allah karena Allah yang mengizinkan dan meridhainya. 

Apa yang terjadi dengan harapan saya ? Saya menciptakan tujuan yang saya inginkan. Bisa saja Allah mengabulkan harapan saya. Tapi yang menjadi pertanyaan adalah 

1. Apakah tujuan yang saya inginkan itu sesuai dengan keinginan Allah ?

2. Saat saat memiliki tujuan, maka saya merencanakan kerja tertentu. Nah kerja yang sudah saya rencanakan itu juga, apakah sesuai dengan aturan Allah ?

kedua hal inilah yang bisa membuat kita sering bertanya, kok doa dengan berharap kepada Allah belum dikabulkan ? Bisa karena alasan apapun, tapi jika mau introspeksi diri ... maka periksa tujuan dan kerja kita, apakah sesuai dengan kehendak Allah atau apakah Allah meridhaiNya ? Bayangkan jika tujuan dan kerja yang ingin saya lakukan itu diridhai Allah, maka harapan itu lebih dekat menjadi nyata.

Hati-hati sebuah keinginan (nafsu) cenderung kepada kejahatan (keburukan) kecuali keinginan yang dirahmati Allah (QS Yusuf, 12 : 53). Ada hikmah yang dapat saya ambil :

1. Keinginan yang tidak diridhai Allah (karena nafsu ... pengen karena melihat orang lain punya dan sebagainya). 

2. Akibat dari point 1, membawa dampak kepada kerja (tindakan) yang buruk.

3. Sebaliknya jika Allah meridhai keinginan saya, Insya Allah saya dibimbing untuk meraihnya dengan kerja yang baik.



Tulisan ingin mengingatkan saya sendiri untuk selalu memahami petunjuk Allah dan menerapkannya dalam kehidupan nyata. Semangat adalah motivasi yang mendorong saya untuk bergerak meraih apa yang saya inginkan.

Saat saya memiliki keinginan, maka sepantasnya saya mesti melihat referensi Al Qur'an untuk menguji apakah keinginan saya sesuai petunjuk Allah. Atau keinginan saya itu saya sampaikan kepada Allah dalam doa saya. 

"Ya Allah, sesuai ilmu dan pemahaman saya sampai saat ini. Saya memiliki keinginan A. Saya mohon kepadaMu jika keinginan A saya ini Engkau rahmati berilah kepada saya petunjuk berupa kemudahan dan jika Engkau tidak merahmati keinginan A saya maka berilah petunjuk kepada saya agar dilupakan atau disusahkan. Jika Engkau berkenan berilah saya petunjuk menuju keinginan terbaik dari sisiMu untuk saya dan lancarkan saya untuk menjalaninya"

Insya Allah kita selalu diberi hati yang mampu memahami petunjuk Allah dan mampu menjalaniNya. Aamiin

Dari staf menuju direktur

Sampai saat ini saya sudah bekerja lebih dari 30 tahun, mulai selepas kuliah tahun 1990. Memulai kerja di Federal Motor, dimana pabrik tempat pembuatan motor Honda. Disana saya bekerja dan belajar dengan berbagai training dan proyek yang mesti diselesaikan. Proyeknya pun merupakan masalah di pabrik dan rencana perbaikan proses produksi. Jadi saya merasa nyaman bekerja ... dan lumayan waktu itu sampai dapat bonus 5 kali gaji.

Pengalaman ini berkesan kuat bagi saya untuk meniti karir selanjutnya. Hanya 1 tahun dan sudah diizinkan menjadi asisten manager Service Electrolux selama 3 bulan pertama. selanjutnya saya menjadi Manager Service Electrolux. Tidak terpikirkan oleh saya bagaimana mengembangkan amanah itu ? hanya bermodalkan perilaku selalu ingin belajar, saya jalani tugas itu dengan baik bersama team teknisi.  Capaian yang bagus waktu itu dimana kinerja service center mencapai kepuasan yang tinggi di atas 97%. 

Tak lama setelah itu saya menimba pengalaman menjadi sales dan marketing manager. jabatan yang belum pernah saya tekuni dan dasarnya pun tidak ada. Beruntung saat itu saya disupport penuh oleh atasan saya waktu itu untuk belajar. Saya mengikuti training sales dan marketing ... Alhamdulillah saat itu saya mewakili indonesia menjadi the best selling in the world untuk produk insectkiller dari Inggris. Indonesia saat ini tidak termasuk hitungan penjualannya dan dalam 1 tahun bisa langsung juara 1. Ini pengalaman yang luar biasa buat saya dengan ilmu salaes yang nol dan mampu mengembangkan penjualan menjadi besar. Disisi lain saya pun mampu meningkatkan 4 kali penjualan Clarke untuk mesin cleaning dari USA, karena keberhasilan itu saya dikirim untuk belajar langsung marketing di USA selama 2 minggu. Semua itu saya syukuri karena saya senang belajar dari pekerjaan.
Setelah itu saya meniti karir di SANKEN sampai sekarang, kembali ke basic menjadi service manager sampai saat ini memegang amanah direktur customer care. Pekerjaan saya saat ini menangani service center, call center, training, technical & sales untuk solar water heater. perjalanan yang panjang. sekali lagi saya jalani dengan sikap positif, melihat yang tidak nyaman terhadap pekerjaan yang diberikan menjadi sesuatu tantangan untuk dibuktikan saya bisa mengerjakannya. Belajar otodidak.

Dalam perjalanan kerja itu pun saya membekali diri untuk selalu belajar agama dan saya pernah memberikan pelatihan "kesadaran spiritual" untuk umum dan perusahaan. Semua itu saya jalani di waktu libur Sabtu dan Minggu. Pelatihan ini begitu banyak saya lakukan sampai lebih dari 50 kali dengan berbagai peserta. Pengalaman ini mengantarkan saya semakin profesional dalam pelatihan mulai dari mendisain pelatihan dan pengukurannya. Alhamdulillah saya pun bisa melakukan pelatihan outbound.

Di Sanken saya pernah membuat sekolah teknisi dalam 2 periode, dan hasil pelatihan itu sudah membuat pesertanya sudah menjadi manager saat ini. karena pengalaman sekolah itu, saya pun memunculkan sekolah SPG untuk kebutuhan SANKEN.

Itulah perjalanan karir saya dengan kemampuan berbagai bidang, sales, marketing, pr, services, customer care, pelatihan dan motivasi, spiritual training dan bidang terkait. Pengalaman ini saya tuangkan dalam bentuk e-Book ... tentang kerja dan ibadah. 

semoga e-Book "Semangat kerja yang konsisten" dapat memberikan wawasan baru buat Anda yang membaca bukunya yang dapat diperoleh gratis di slideshare. 

Kerjakan apa yang kita doakan

Fakta menunjukkan apa yang kita dapatkan dari apa yang kita kerjakan banyak tidak sesuai. Maka ada banyak pertanyaan, mengapa bisa begitu ? Apakah Allah tidak mendengar dan mengabulkan apa yang kita kerjakan (sudah juga berdoa) ? Apakah yang kita kerjakan belum benar atau tidak benar ? dan banyak lagi pertanyaan .... dan kitapun mencari jawaban-jawabannya. Akhirnya kita pasrah dan menerima keadaan.
Sisi positif dari judul di atas adalah untuk mendekatkan hasil yang sesuai harapan kita. maka sebaiknya kita bertanya, Bagaimana caranya kerjakan dan doakan itu menghasilkan lebih baik ?
Banyak jawaban kita dalah kerja keras dan kerja sungguh-sungguh. Apakah kita paham dengan kerja keras ?  atau kerja seperti apa sih yang disebut dengan kerja keras ? apa ya, pasti Anda bingung. Anda bingung mencerminkan pikiran (otak) kita bingung, Bingung mau mengerjakan apa ?  Maka apa ayng sudah menjadi harapan kita dan kita doakan mesti didetailkan apa yang seharusnya kita kerjakan
Misalkan : kerja keras adalah
1. Saya mulai kerja pukul 05:00 sampai 19:00.
2. Saya mesti membuat rencana kerja
3. Saya mesti mengevaluasi apa yang sudah kerjakan pada akhir kerja pukul 18:30 dan saya jadikan perbaikan untuk kerja hari selanjutnya
4. Saya mengerjakan dengan niat dan sayapun mendoakan apa yang sudah saya rencanakan agar diizinkan Allah
5. Saya mengerjakan dari hal kecil dan kontinu
6. Saya mengerjakan dengan dasar ilmu yang cukup, kalau tidak tahu saya bertanya
7. dan sebagainya
Dengan membuat kata kerja keras dengan detail, maka pikiran menjadi paham. Maka pikiran pun memberi perintah ke tubuh (tindakan) menjadi jelas dan bisa dilaksanakan tubuh kita sendiri. Detail kerjaan membuat kita fokus melakukannya. dengan penjelasan ini kita mesti membuat doa kita pun semakin detail dan dapat dipahami pikiran.
apakah kita tetap untuk mendekatkan hasil kerja dengan harapan kita lewat kerja keras atau membuat pikiran memahami apa yang kita kerjakan (mengerjakan apa yang kita doakan) ?
Semakin detail dan mudah dipahami apa yang kita pikirkan membuat kita tidak bingung lagi ingin mengerjakan apa yang mesti kita kerjakan.
Insya Allah kita selalu diberi petunjuk yang jelas agar kita pun mampu mengerjakannya dengan mudah. 

Kerja itu menjalankan doa dan niat

Setiap pagi kita bangun dan setiap hari kita bekerja. Hari demi hari kita lalui dan berharap hasil kerja membuat kita bahagia atau terpenuhinya keinginan kita. Yang jadi pertanyaan adalah apakah sudah tercapai keinginan kita ? Rasanya belum dan selang waktu itu terkadang ada kebahagiaan bersama keluarga sekalipun hasil belum menggembirakan. Jika dicari apa yang kurang ? pasti ada yang kurang dan belum sempurna. kalau begitu kita tidak boleh berhenti kerja ..... sedangkan kerja kita yang jadi karyawan banyak memberikan keuntungan bagi perusahaan ketimbang diri sendiri. Apakah kita masih terus begini ? dan sampai kapan ?
Dalam hadist disampaikan,"bahwa perbuatan itu tergantung niat". Boleh ya kita menafsirkan sebagai berikut, "nilai dari perbuatan bergantung kepada niat, jika niatnya baik maka perbuatannya juga baik". Ada pertanyaan yang sederhana, Apakah saat kita berniat maka otomatis perbuatannya mengikuti niat ? Ternyata banyak dari kita mengalami yang berbeda. Awalnya niat baik kemudian perbuatan kita banyak digoda dan ada pula hambatan sehingga hasil perbuatan itu menyimpang dari niat. Niatnya mau silaturahmi ternyata perbuatannya "gosip", niatnya mau membantu ikhlas ternyata ada kebanggaan atau senang dipuji, niatnya mau memberikan solusi ternyata berharap dibalas sesuatu dengan solusi kita.
Mari kita renungkan hadist di atas, Perbuatan itu tergantung niat, tapi perbuatan tidak otomatis karena niat baik. Maka kita balik, niat menentukan perbuatan. Agar niat itu diikuti oleh perbuatan, maka kita butuh niat yang detail agar otak/pikiran yang menjalankan niat itu paham perintahnya. Bisa saja niatnya global, tapi harus diikuti dengan rencana apa yang ingin dikerjakan dengan detail. Setelah kita memiliki detail rencana, lakukan pengulangan agar bisa kuat disimpan dalam memori alam bawah sadar. Setelah itu apa lagi ? Kita memohon izin atas semua rencana itu dapat dilaksanakan dengan baik. Mulailah dengan Bismillah dan mengerjakan apa yang kita sudah doakan dan niatkan. Insya Allah kita selalu bersama Allah dan Allah tidak merugikan kita. Apa yang kita dapatkan sesuai dengan apa yang kita kerjakan. Allah Melihat dan tidak tidur serta Allah Maha Tahu apa yang tersembunyi dan yang nyata.
Amalkan semua itu dan jika belum sesuai hasilnya lakukan evaluasi lagi dan tambah lagi dengan membaca Al Qur'an agar Allah menurunkan berkahNya dalam setiap langkah kita.


Hari Pertama Saya Puasa

Marhaban ya Ramadhan, bulan penuh berkah ini ada jika saya mengisi bulan ini dengan percaya kepada Allah dan beramal yang saleh. 
Banyak orang sudah merasa nyaman dengan amal yang sudah dilakukannya, termasuk juga ibadah. Menyempurnakan ibadah dan amal di bulan penuh berkah ini menjadi prioritas kita. Bukankah ibadah dan amal kita dibalas berlipat oleh Allah. Bisa dibayangkan jika ibadah dan amal yang kita lakukan tidak diterima Allah karena tidak memenuhi syariatnya.
Salah satu yang sudah biasa adalah wudhu dan banyak pula beberapa orang wudhunya tidak "khusyuk". Wudhu adalah syarat sahnya shalat, maka wudhu kita mesti disempurnakan, berikut ini beberapa hadist untuk kita renungkan :

Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu berkata;
 Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhulah seperti berwudhu aku ini, lalu beliau bersabdah,’barang siapa berwudhu demikian, maka dosa-dosanya yang telah lalu pasti diampuni. Shalat dan berjalannya menuju masjid mendapat tambaha pahala.’’ (HR.Muslim)
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabdah,’’apabila seorang muslim (atau mukmin) berwudhu, maka ketika membasuh wajah, semua dosa yang telah dilihat dengan kedua matanya keluar dari wajahnya bersama tetesanya air atau bersama tetesan terakhir, ketika membasuh kedua tangannya, setiap dosa yang disebabkan pukulan tangannya keluar dari tangannya bersama tetesan air atau tetesan air terakhir, ketika membasuh kedua kakinya,setiap dosa karena perjalanan kakinya keluar bersama tetesan air atau tetesan air terakhir sehingga dia keluar dalam keadaan bersih dan semua dosa,’’(HR. Muslim)

Bisa dibayangkan jika hadist di atas kita jalani dengan sempurna. Wudhu yang sempurna mampu menghapus dosa kita. Mari kita libatkan wudhu kita dengan sepenuh hati :
1. Niat dan membaca basmallah
2. Saat wudhu .... air wudhu, tangan dan bagian yang dikenakan air wudhu benar-benar menyatu. Tangan kita membasuh dengan lembut bagian yang tubuh, seperti kita mengurut tubuh kita sendiri dan melepaskan air dengan membayangkan dosa-dosa yang ada dan berasal dari tubuh itu keluar bersama air. Selama bulan puasa ini dengan niat wudhu yang benar, maka kita sangat ingin dosa kita bisa diampuni dan dimaafkan Allah dengan wudhu yang benar. Apa yang kita bayangkan ? Setelah wudhu, tubuh ini menjadu suci (bersih dan sehat) dan siap untuk menghadap Allah dalam shalat.
3. Tutup dengan doa sesudah wudhu
Ibadah yang selalu kita sempurnakan, Insya Allah diberi petunjuk oleh Allah dan diberikan kebaikan dari ibadah kita.
Ya Allah maafkan dan ampuni kami yang lalai menyempurnakan ibadah dan amal kami selama ini. Beri kami hidayah dan petunjukMu agar mampu mengisi bulan penuh berkah ini dengan terus belajar agar ibadah dan amal kami menjadi semakin sempurna. Aamiin



Bismillahirrahmanirrahiim

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, 

Gambar mungkin berisi: teks

Segala puji bagi Allah atas nikmat pagi ini dimana kita syukuri dengan bangun pagi beribadah dan shalat Subuh di Masjid. Ini bisa jadi fakta kita, yaitu kita suka bilang,"ibuku hebat" atau "Ayahku pintar" dan sebagainya. Apa maknanya dihati kita dan pikiran selalu ada ibu dan Ayah kita, saat keadaan yang tidak nyaman maka kalimat ibu pasti tidak mau kita kecewakan maka dalam setiap langkah kita selalu ada motivasi dari kalimat tersebut. Bagaimana dengan ayat pendek ini awal dari surah Alfatihah. "Dengan menyebut nama Allah" bukankah kita sudah menanamkan pada diri kita bahwa Allah hadir sekarang, Allah itu siapa ? Dia adalah Tuhan kita imani. Karena Dia Tuhan kita (allah) maka merasa optimis melakukan sesuatu bersamaNya. Ada dorongan dan support di hati bahwa Allah itu pengasih, mengapa saya takut dalam menghadapi kondisi apapun ? Allah yang Maha Pengasih itu mendampingi kita, maka Allah memberikan kekuatan dan kita merasa yakin dan harus siap memberikan kekuatan itu pada diri kita dan apa yang kita lakukan. Dan Allah juga sudah siap di hati untuk selalu menyayangi kita. Saat kita lemah seharusnya kita tidak merasa sendiri dan siap menyempurnakan apa yang kita kerjakan. Yuk bacalah selalu "Bismillahirrahmaanirrahiim" saat kita memulai sesuatu. Insya Allah kita memiliki optimisme tinggi dan kita memiliki Allah dalam setiap langkah kehidupan kita. Aamiin

janji

Ngomongin janji pasti Anda sudah paham. Yang ada dibenak kita orang yang suka janji tapi ngga ditepati. Bisa jadi kita baru saja mengalaminya. Apakah respon kita terhadap orang tersebut ? Jika sudah keseringan janji maka kita tidak ingin membuat janji lagi.Tapi masih menjga hubungan kekerabatan dan jaga jarak.
Ada orang yang mudah memberi janji dan ditepati, bisa jadi orang ini memang memiliki sumber dari janjinya. Janji waktu, maka dia memiliki waktu yang cukup atau bisa mengatur waktu. Janji memberikan pekerjaan, maka dia memiliki banyak pekerjaan atau relasi yang menjadi sumber pekerjaan atau memang dia memiliki kekuasaan untuk memberi pekerjaan. Janji memberikan uang, maka pasti orang itu memiliki banyak uang. Janji selalu senyum, maka orang itu sangat mudah tersenyum. Sebenarnya orang bisa memberi janji itu pasti memiliki lebih apa yang ingin dijanjikannya.
Sebaliknya jika ada orang yang suka memberi janji, misalkan orang yang mau berhutang dan janji mau bayar ? Kita harus tahu apa yang dikerjakan dan apa yang dimilikinya .... bisa jadi untuk memenuhi janji tidak mudah. Apakah bisa seseorang yang sibuk bisa memmberikan janji perhatian (waktu) buat kita ? Berempati lebih baik dan memaklumi janjinya. Yang penting kita selalu berbuat baik bahkan Allah menyuruh kita membantu orang yang berhutang.
Jika kita tanya, emang ada orang yang bisa memberi janji tentang banyak hal ? Bisa jadi iya, tapi kita yang menunggu janji pasti ada kekhawatiran dan memang kadangkala janji itu bisa juga tidak diberikan. Namanya juga manusia.
Jika kita tanya siapa yang memiliki segala hal di dunia ini ? Pastilah Allah,
1. Allahlah yang menciptakan, memiliki dan memelihara alam semesta ini
2. Allahlah yang berkuasa atas segala sesuatu
3. Allahlah yang meliputi segala sesuatu termasuk apa yang kita kerjakan
Maka dengan hal di atas, Allah yang memiliki semuanya pasti dengan mudah memberikan janji dan pasti memenuhi janjiNya.
Kita sebagai hamba Allah adalah orang yang tidak memiliki apa-apa, untuk memiliki sesuatu kita sudah diberikan nikmat yang banyak. Allah juga memberikan janji jika kita bersyukur yaitu kita melakukan kebaikan atas pemberian Allah dengan cara yang benar seseuai petunjukNya.
Kita diminta untuk tidak mudah memberikan janji tanpa melibatkan Allah, katakan hari esok itu milik Allah maka ucapkanlah "Insya Allah untuk apa yang ingin kita kerjakan atau janji".
Dengan penjelasan di atas, apakah kita ingin mendaptkan janji dari manusia  dan bergantung pada janjinya ? Pasti kita jawab tidak, Masihkah kita tidak ingin memperoleh janji Allah yang pasti ? janji itu pasti berkenaan dengan apa yang diperintahkan Allah. Sudahkah kita membaca janji itu dan mengerjakan apa yang Allah perintahkan ?
Insya Allah kita selalu diberikan kebaikan dan kemampuan untuk meraih janji Allah dengan banyak ibadah dan beramal saleh.

Tahu jadi semangat

Mengapa harus tahu dulunya baru semangat ?  Ngga ada jawabannya. Ya bisa aja begitu dan bisa juga yang lain. Tapi ini bener-bener terjadi. Bayangkan saat kita tahu dan memahami betul apa yang kita dapatkan dari apa yang kita kerjakan, maka kita menjadi bertambah semangat dalam mengerjakannya.
Mungkin kita sudah mengerjakan shalat malam dan rutin lagi. tapi seringkali shalat malam itu terasa biasa. Apa yang kita harapkan ? tentu kebanyakan dari kita mengharapkan Allah mengabulkan doa kita. Saat ada keperluan kita getol shalat malam dan berdoa. Ternyata dari keinginan itulah kita jadi semangat, shalat malam dan berdoa. Semangat ini sering luntur dan lemah karena tidak ada ilmu atau pengetahuan tentang shalat malamnya atau tentang doanya atau apa yang bisa kita dapatkan.
Sewaktu saya membaca ayat berikut ini, saya tapi berhenti meneruskan bacaannya dan ada dorongan untuk membuka tafsirnya. Segala puji bagi Allah atas rahmatNya dengan dibukakan hati saya untuk memahami lebih dari ayat berikut ini.
Bismillahirrahmanirrahiim
As Sajdah, 32 : 15 - 17
15. Sesungguhnya orang yang benar-benar percaya kepada ayat-ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat itu mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong.
16. Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezki yang Kami berikan. 
17. Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.

Saya mulai dari ayat 15 bahwa Allah menjelaskan orang yang benar-benar beriman kepada Al Qur'an adalah orang yang selalu bertasbih dan memuji Allah. Seberapa banyak kita bertasbih ? seberapa banyak kita memuji Allah ? bisa jadi memang hanya saat formal di dalam shalat atau ibadah lainnya. Apakah ini yang disebut kita beriman kepada ayat-ayat Allah ? Kita sendirilah yang bisa menjawab. paling tidak jawaban ini sebagai ukuran keimanan kita. Oke deh. Pernahkah kita dibacakan atau diperingatkan atau mendengar ceramah tentang ayat-ayat Allah ? Bukankah itu semua adalah peringatan buat kita, tapi semua itu belum mendorong kita banyak bertasbih dan memuji Allah. Jika demikian termasukkah kita orang yang sombong ? Kita bilang,"tidak sombong", tapi jika ingin jujur maka kita termasuk orang yang sombong karena tidak peduli dengan peringatan itu. Seharunya kita berterima kasih atas apa yang kita dengar atau apa yang kita lihat atau apa yang kita baca ... buknakah semua itu adalah peringatan Allah.
orang yang beriman kepada ayat-ayat Allah itu adalah orang mengamalkan isi dari ayat itu. dan di ayat 16. Allah menjelaskan bahwa mereka yang beriman itu adalah orang yang lebih banyak shalat malamnya dibanding tidurnya dimana shalat dan doanya mendekatkannya kepada Allah. Doanya selalu diliputi oleh rasa takut atas azab Allah karena kita belum juga sadar atau belum juga mengamalkannya dan ada rasa harap Allah mengabulkan keinginan kita. Sampai sini saya sambungkan dengan semangat untuk kerja menjadi semakin nyata. Shalat dan doa kita membuka ruang bagi hati untuk semakin percaya kepada Allah. Dan Allah menambahkan juga harus tetap selalu berbagi dari rezeki yang kita terima. Semangat kerja karena Allah mengabulkan doa kita dengan semangat shalat malam dan berinfak.
ternyata ayat berikutnya lebih dahsyat lagi. Allah membalas apa yang kita kerjakan di ayat 16 tadi dengan balasan yang sempurna, nikmat yang menanti yaitu sesuatu yang enak dipandang bahkan dalam tafsir disebutkan nikmat itu bisa jadi belum pernah kita lihat sebelumnya. masak sih kita tidak mau ?
Inilah yang ssya sebutkan di atas, jika saya tahu dan paham ayat-ayat di atas maka shalat malam saya semakin bersemangat , infak saya semakin bersemangat, Insya Allah saya pun semakin ingin tahu lebih banyak ayat-ayat Allah. "saya tahu dan saya semangat". Insya Allah semangat ini teus bergelora dalam hati untuk terus menyempurnakan iman kita dengan memahami ayat Allah dan mengamalkanNya. Ya Allah kabulkan doa kami


Komunikasi = Bicara

Berkomunikasi adalah berbincang satu sama lain dengan niat yang baik. Apa hubungannya dengan silaturahmi ? Silaturahmi adalah forum komunikasi yang menganggap lawan kita adalah saudara, yaitu memlihara hubungan persaudaraan dan menambah nilai persaudaraan
Apakah bisa kita berkomunikasi tanpa bicara atau tidak lancar dalam bicara ? Bagaimana dengan kita yang bicara tidak mudah dipahami orang lain ? Kedua hal ini pasti menyulitkan komunikasi sehingga silaturahmi itu menjadi kurang terjalin (kurang lancar).
Teringat dengan hadist yang memuat makna "tidak masuk syurga mereka yang memutuskan silaturahmi", ada beberapa tafsiran :
1. Orang memutuskan silaturahmi adalah mereka yang memang membenci komunikasi dengan orang lain.
2. Bisa juga orang yang dulu bersilaturahmi kemudian terlutus karena sesuatu hal yang buruk
3. memungkinkan juga yang memang lalai dalam menjalain hubungan silaturahmi, apalagi dulunya sudah terjalain silaturahmi
4. Memungkinkan pula orang yang hanya berkomunikasi atas dasar ada kebutuhan saja karena tugas atau kerjasama. Bukankah seharusnya komunikasi yang ada bisa menjadi bersaudara dengan bersilaturahmi
atau ada kondisi lain menurut Anda ? Yang penting harus ada dua atau lebih orang yang berhubungan dengan ikhlas dan saling menebar kebaikan. karena komunikasi itu adalah bicara, maka yang mendasar selain niat ada faktor penting dalam silaturahmi yaitu becara atau bisa ngomong.
Bisa dibayangkan bahwa seseorang yang pendiam (tidak banyak bicara) yang sedang berkomunikasi untuk menciptakan silaturahmi ..... menjadi "nggak nyaman" atau "sekedar basa-basi" sehingga silaturahmi itu tidak tercipta dengan baik. Apa yang terjadi dengan mereka yang diam alias tidak pandai bicara ? Mereka cenderung menyendiri dan tidak "bergaul" dengan yang lain. Kalau ada pertemuan mereka menghindar.
Maka menjadi sebuah kebutuhan bagi mereka yang diam agar tidak menghindar dari silaturahmi dengan banyak belajar bicara. Dan teman atau saudara yang bisa bicara wajib memahami saudara yang diam untuk terus menyambungkan silaturahmi dengan mengajak bicara. Termasukkah mereka yang memutuskan silaturahmi itu mereka yang tidak mau mengajajk yang diam bicara atau orang yang diam yang tidak mau belajar bicara dengan baik ? Insya Allah ini adalah peringatan bagi kita semua untuk benar-benar menciptakan silaturahmi dan jangan sampai lalai karena kesibukan atau tidak mau memahami orang lain.
Insya Allah tulisan ini menjadi inspirasi kita semua untuk benar-benar menyambungkan silaturahmi, menyambungkan berarti ada inisiatif dari siapa saja agar kita semua menjadi saudara.

Tidak tahu

mana yang enak, tahu atau tidak tahu ? Banyak orang memilih nyaman kalau tahu, karena dengan tahu banyak hal bisa dikerjakan.Ada juga sih yang tahu tapi malah tidak melakukan sesuatu, bisa takut atau malas. Dengan kita tahu tentang sesuatu maka kita memiliki tanggung jawab atas apa yang apa yang kita tahu. Jika tidak tahu maka kita tidak melakukan apapun.
Jika ditanya, apakah sebenarnya kita tahu tentang banyak hal atau tahu lebih detail ? Banyak tahu sih. Lalu buat apa tahu banyak ? Ujung dari kita tahu adalah tindakan atau perbuatan. Apa bedanya orang yang tahu banyak dengan mereka yang tahunya tidak banyak ? Yang tahu banyak pasti banyak hal yang bisa dikerjakan dan sebaliknya orang yang tahu sedikit. Tidak sampai di sini saja hal baiknya, tapi ada hal buruknya
Mari kita dalami tentang tidak tahu, tidak tahu bukan berarti seseorang tidak melakukan sesuatu. Perhatikan ada orang yang ilmunya sedikit, maka dia hanya melakukan yang bisa dilakukannya sekalipun salah. Hasilnya ada dan sesuai dengan ketidaktahuannya. Jika kita telusuri maka diperoleh bahwa orang yang tidak tahu mempunyai fokus pada tindakannya maka mereka memiliki kuantitas tindakan. Kerja dan kerja. ketidaktahuannya mendorong selalu fokus untuk mengerjakannya, jika tidak berkenan (susah atau mengalami kesulitan) maka orang ini segera merubah tindakannya dengan harapan hasil yang diperoleh lebih baik. Begitulah seterusnya ... selalu melakukan perubahan pada tindakan.Apa yang terjadi selanjutnya ? mereka menjadi tahu, kalau mengerjakan ini maka hasilnya ini yang sudah terbukti. Bagaimana mereka yang tahu ? orang yang tahu dari pengetahuan (bukan pelakunya) maka mereka selalu mengacu(fokus) kepada ilmunya dengan menganalisanya. Setiap tindakan yang tidak menghasilkan sesuatu maka mereka kembali menyalahkan ilmunya, barulah melakukan tindakan baru lagi. Ada kecenderungan tidak berani untuk melakukan tindakan jika tidak tahu.
Tahu dulu baru mengerjakan sesuatu itu baik, tapi kita banyak bertarung dengan diri kita sendiri untuk memulainya. Tahu dan tidak tahu BUKAN sekedar untuk menjadkan kita PINTAR (tahu tentang sesuatu), menjadi bermakna pada tindakan dan hasil yang ingin diraih. Perhatikan lagi bahwa orang yang tahu pun tidak merasa yakin dengan apa yang dikerjakannya memberikan hasil sesuai harapan. semestinya tahu atau tidak tahu tetap membutuhkan keberanian untuk melakukannya. Ilmu perlu tapi kita perlu keberanian untuk mengerjakan, orang yang berilmu belum tentu mampu mengamalkannya dan orang yang tidak tahu sangat ingin tahu tapi dia hanya bisa mengerjakan apapun yang dia bisa agar tahu.  
1. Tidak tahu itu ada baiknya karena mendorong kita untuk fokus bergerak melakukan sesuatu
2. Tapi banyak orang ingin tahu dulu baru mengerjakannya agar tidak banyak energi yang terbuang (sia-sia)
Tidak tahu ingin tahu hasilnya dan yang sudah tahu juga ingin tahu hasilnya (apakah benar ?). Maka hasil itu bisa diketahui jika sudah dikerjakan. Maka kerjakanlah sesuai apa yang kita tahu atau apa yang kita tidak tahu. Kita BUKANlah penentu hasil akhir, maka teruslah kerja dan kerja yang semakin baik.
Sisi lain, sejak lahir kita tidak berdaya dan pasti tidak tahu ...... akhirnya kita tahu karena kita belajar atau kita mengerjakannya. Kok kita bisa melakukan sesuatu atau kok kita tahu tentang banyak hal ? Kita ngakunya karena kita belajar dan melakukan sesuatu, tapi sebenarnya kita itu tidak tahu apa-apa. Karena kita tidak tahu besok maka kita mengerjakan sesuatu hari ini. 
Karena kita tidak tahu kapan kita memiliki pendapatan yang lebih baik maka kita mengerjakan banyak hari ini.
Karena kita tidak tahu kapan kita menikah maka kita pun berusaha berteman dan silaturahmi
Karena kita tidak tahu banyak hal maka kita mengerjakannya sekarang
karena kita tidak tahu maka kita pun berdoa
Jadi tidak tahu itu tidak mesti disesali tapi kerjakan yang bisa, Allah membuat kita tidak tahu agar mau belajar hingga jadi tahu. Jika sudah tahu, tidak perlu jadi sombong karena Allah menguji kita apakah kita mengerjakannya apa tidak ? Disinilah kita merasa menjadi makhluk Allah. 
Bagaimana dengan yang satu ini, 
Tapi mengapa kita yang tidak tahu kematian kita ? kok tidak mempersiapkannya sekarang ?


Bersyukur tambah niknatnya

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Insya Allah hari ini kita dalam keadaan sehat dan selalu dilindungi Allah. Rasa syukur yang baik adalah mengenal apa yang kita miliki dan bukan apa yang belum kita miliki. menjadi sempurna rasa syukur itu jika kita bertanya "apa yang bisa kita lakukan dengan apa yang kita miliki ?" Ada yang bisa melakukannya tapi hasilnya tidak menambah kepemilikannya atau ada sudah melakukannya tapi tidak menghasilkan atau ada yang tidak melakukannya apapun terhadap apa yang mereka miliki.
Dari hal di atas, mestinya mengajak kita renungkan ..... apa ya ?
1. Jika ada orang yang sudah merasa melakukan sesuatu terhadap apa yang dimilikinya tapi hasilnya tidak menggembirakan dan tidak ada peningkatan nilai atas apa yang kita miliki. Apa yang terjadi ? Bisa jadi memang kita belum tahu apa-apa dengan apa yang kita miliki, fungsinya atau kegunaannya atau kemampuannya dan seterusnya ? atau memang kita tidak tahu ilmu bagaimana cara memanfaatkan apa yang kita miliki.
Misalkan : kita memiliki uang. Apa sih uang itu dan apa manfaatnya ? Uang adalah alat barter barang, maka kita menggunakan uang untuk membeli sesuatu. Tapi jika persepsi tentang uang itu adalah media untuk berbuat baik. Maka kita bisa menggunakan uang untuk sedekah bagi orang yang membutuhkan atau membayar hutang orang terdesak untuk dibayar.
2. Ada fakta banyak orang tidak mempedulikan, mengapa kita belum bersyukur ? dan kita tidak pernah memikirkan bersyukur itu terjadi. Kita kembali menafsirkan bersyukur dengan tindakan paling rendah yaitu dengan mengucapkan terima kasih atau Alhamdulillahi rabbil alamin. Padahal bisa jadi :
a. kita memang tidak melihat dengan jelas apa yang kita miliki (pemberian Allah). Hanya melihat secara fisik saja dan hanya tahu saja. Apakah dengan pemahaman itu kita bisa bersyukur ? Ada yang bisa dan banyak yang tidak bisa
b. Kita tidak pernah sadar bahwa bisa jadi hati kita yang tidak mampu melihat apa yang kita miliki. Hal ini disebabkan oleh dosa kita, atau fokus kita yang hilang dan hanya fokus kepada selain Allah, atau kita tidak memiliki ilmunya.
2 hal di atas mesti menjadi fokus yang perlu kita renungkan agar kita benar-benar siap dan mampu bersyukur.

Demikianlah motivasi yang jarang kita pikirkan tentang bersyukur, cenderung  dalam lisan saja. Insya Allah kita diberi kebaikan dalam merenungkan syukur kita selama ini dan dibukankan hati agar mampu meluhat apa yang kita miliki adalah pemberian dari Allah dan diberi petunjuk dalam mensyukurinya. Aamiin.

Punya masalah besar, lakukan yang bisa

Banyak orang mengalami banyak masalah bahkan masalahnya besar melebihi kemampuannya. Lalu apa yang dilakukannya ? Bingung dan bahkan menjadi seorang yang menyendiri. Bicara sama orang terdekat "takut" dan merasa rendah serta malu. Hanya bicara dan curhat di media sosial dan memberanikan diri untuk minta tolong kepada atasan atau orang yang dekat. Tapi hasilnya tak menggembirakan.
Terlintas mungkin mau lari dari kenyataan saat ini. "abis semua itu tidak bisa diselesaikan dengan cepat". Atau mau jual apa yang dimiliki pun, rasa tak cukup. Atau ada yang pendek pikirannya mau "mati aja". Dalam keadaan tidak memiliki teman dan merasa masalah tidak bisa selesai, maka disinilah pikiran dan emosi mudah sekali terpancing dengan cara pikiran yang tidak sehat.  Mau marah, mau marah ke siapa ? Marah pun bikin semakin capek dan lelah dimana solusi tak kunjung datang. Mau jalan pintas dimana syetan memberikan angan-angan kosong, tapi rasanya semakin membuat masalah bertambah banyak dan komplek.
Kembali kepada Allah ? Kenapa tidak ? Allah yang Maha Penerima Taubat yang Rahman dan Rahiim dengan senang hati menerima hati yang lalai kembali kepadaNya. Inilah jalan yang menjanjikan hasilnya. Yang utama adalah kita taubat atas kesalahan dan kesombongan selama ini dimana kita merasa mampu sendiri dan Allah hanya sebagai pelangkap. Abis itu, apakah Allah menyelesaikan semua masalah itu ? Belum tentu. maka yang bisa kita lakukan adalah kembali untuk percaya kepada Allah dengan sebenarnya. Lalu mengamalkan apa yang Allah sukai.
Bekerjalah kita sebagaimana kita kerja dengan penuh tanggung jawab, jujur dan amanah. Kerja inilah modal kita untuk bergerak menyelesaikan masalah kita. Doa menjadikan kita semakin yakin bahwa Allah mengabulkan doa kita untuk menyelesaikan masalah. Berdoa lah agar kerja kita yang ikhlas itu Allah ridhai dan mohon ridhaiNya untuk memampukan kita menyelesaikan masalah. Syukurilah apa yang sudah kita lakukan.
Tak perlu menunggu masalah itu selesai, tapi fokuskan diri kita untuk sibuk dengan kerja yang ikhlas dan mengisi waktu dengan banyak ibadah dan amal.
Insya Allah dengan langkah demi langkah (kerja yang diyakini dan ikhlas) semakin membuka pikiran dan hati menemukan solusi atas masalah.

Syetan = masalah

Judul di atas ingin menggugat bahwa kita selama ini menganggap syetan itu identik dengan godaan harta, wanita, kekuasaan. pernahkah kita berpikir bahwa syetan itu sama dengan masalah ? Bisa jadi betul, tapi kita tidak pernah metenungkan hal tersebut, jadi menganggap jika kita ada masalah tidak ada hubungan dengan syetan.
Boleh juga sih kita memperhatikan, orang yang berzina itu dianggap sebagai melakukan dosa besar dan dekat dengan syetan. Hasil dan perzinahan itu pun memunculkan banyak masalah pada pasangan tersebut yang tidak dirasakan secara dalam (sepertinya enak-enak saja dan tanpa masalah). Mengapa mereka merasa tidak bermasalah ? Karena referensi masalahnya bukan dengan ukuran Allah tapi ukuran dunia. Padahal masalah sebelum terjadinya perzinahan adalah tidak terjaganya nafsu dan mereka tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikannya. Ketidakmampuan ini membuka ruang bagi syetan untuk memberi "solusi" dengan angan-angan kenikmatan. Inilah hubungan syetan dan masalah.
Seseorang yang tidak cukup uang, tentunya orang ini memiliki masalah. dimana hubungannya dengan syetan. Hasil pendapatan yang tidak cukup disebabkan kemampuan yang dibayar rendah. Mengapa orang ini tidak mau meningkatkan kemampuannya ? Bisa jadi malas atau sudah takdir emang begitu (nasib). Padahal Allah sudah menjanjikan nikmat bertambah jika bersyukur. Apakah bersyukur itu sama dengan orang malas atau tidak mau belajar ? Tentu tidak, maka kondisi orang yang tidak mau meningkatkan kemampuan atau malas menunjukkan ia bersama syetan. Terkadang kita merasa bahwa tidak cukup uang itu bukan karena syetan. Tapi ternyata syetan bersama orang malas (bermasalah).
bagaimana dengan sakit ? Sakitnya adalah takdir yang bisa jadi balasan Allah atau ujian. Ujian pun sebenarnya sebagiannya adalah balasan yang Allah izinkan atas apa yang ktia kerjakan. Sebelum sakit, apa yang terjadi ? Bisa jadi kita makan berlebih atau makan tidak mengikuti aturan kesehatan atau makan yang enak tapi tidak baik buat tubuh, semua itu adalah godaan syetan. Kok bisa ? Secara akal sehat kita pasti mau makan yang baik buat tubuh dan tidak berlebih, tapi syetan menggoda,"makan aja lagi enak ini, kan hanya sekali dan seterusnya".
Sebenarnya masalah itu muncul karena setiap yang kita inginkan tidak sesuai dengan hasilnya. Yang perlu kita renungkan adalah yang kita inginkan belum tentu baik atau kemampuan kita yang kurang untuk memenuhi keinginan kita tidak cukup sehingga membuat segalanya menjadi bermasalah. Semakin dikerjakan semakin bermasalah karena syetan sudah bekerja sejak kita menginginkan sesuatu. Syetan menjanjikan keinginan itu baik (angan-angan kosong) sehingga kita berusaha mengerjakan apa saja agar tercapai (segala cara dilakukan), disini pun syetan menggoda dengan cara pintas.
mau tidak masalah ? Allah menurunkan petunjuknya Al Qur'an agar kita selamat di dunia dan di akhirat. Allah menjanjikan kebenaran dan janji yang pasti. Buka hati kita agar Allah memberikan petunjukNya agar kita yakin (beriman) dan mau mengerjakan amal saleh. Dengan demikian kita selalu bersama Allah dan syetan pun menjauh. Ada masalah ? Allah menguji kita agar bersyukur dan Allah pun menolong orang yang bersyukur sehingga masalahpun dapat dilewati,

Semangat itu pemberian Allah

Pernahkah Anda kerja tanpa semangat ? Saya yakin pernah, tapi pertanyaannya adalah apa yang dirasakan kerja tanpa semangat ? Memulai kerjaannya aja udah males, ogah-ogahan dan kerja seperti tak ada energi, dan hasilnya tidak memuaskan. Keadaan seperti ini tidak ingin Anda alami lagi. Kemudian Anda terus berupaya keras untuk memunculkan semangat. semangat itu dekat dengan perasaan senang.
Berbagai cara dilakukan untuk mengemangati diri kita, diantaranya :
1. membuat dan mengucapkan kata-kata semangat seperti, "saya bisa" dan sebagainya
2. Menempelkan foto-foto atau tulisan yang menyemangati di kamar atau di ruang pribadi Anda
3. Membuat tujuan yang  jelas seperti saya kerja untuk keluarga, saya kerja untuk cari duit, saya kerja untuk karir dan sebagainya
Semua itu kita lakukan dengan sungguh-sungguh dan hasilnya ada tapi tidak menggembirakan. Semangat itu selalu kita upayakan terjadi karena ada yang kita inginkan. Bahkan sampai hari ini kita masih melakukannya .....hasilnya semangat itu tidak kuat dan mudah berubah. Apa yang kita dapatkan belum membuat kita puas.
mari kita perhatikan bahwa semangat itu yang sebenarnya bisa menjadikan kita kerja dengan sepenuh hati. Dengan semangat,
1. seseorang memiliki energi luar biasa sehingga mampu mengerjakan pekerjaan yang berat sekalipun tidak memiliki fisik yang kuat.
2. Seseorang mampu mengerjakan pekerjaan dengan ilmu dadakan sekalipun tidak memiliki ilmu atau sekolah yang mendukung
3. Seseorang mampu mengerjakan sesuatu pekerjaan sekalipun tadinya tidak bisa (tidak memiliki ketrampilan).
Semangat bersemanyam di tubuh kita menjelma sebagai energi luar biasa ..... sepertinya waktu itu tidak ada batasnya dan seperti energi yang tak pernah habisnya serta menciptakan perasaan senang menghadapi apapun.
Jika ada pertanyaan, apakah yang terjadi saat kita sadar dari kesalahan ? adakah semangat untuk memperbaiki kesalahan itu ? iya ya ada semangat. Semangat itu tidak perlu dicari tapi merupakan pemberian Allah. Kok pemberian Allah ? Saat kita beriman atau sadar kepada Allah, maka Allah memunculkan semangat dan semangat ini berbeda dengan semangat di atas. Inilah semangat sepenuh hati ..... yang menjadikan kerja, aktivitas, ibadah dan kerja kita menjadi bernilai. Jika Anda belum percaya ... renungkan dan buatlah diri Anda dalam keadaan sadar kepada Allah ? Contoh  Ingat mati maka ada semangat. Semangat tanpa kerja atau aktivitas menjadi tidak berarti. Terus apa yang harus kita kerjakan ? Kita percaya kepada Allah dan kita tahu Allah dari kitabNya yaitu Al Qur'an. Maka banyaklah membaca Al Qur'an agar kita tahu apa yang seharusnya kita kerjakan (termasuk hadist).  Didalam Al Qur'an ada janji-janji Allah yang memunculkan kita semangat mengerjakannya.
Kesimpulannya, mau semangat ? Percayalah kepada Allah lalu ikuti dengan membaca Al Qur'an agar kita tahu apa yang seharus kita kerjakan. Apa yang kita kerjakan (ibadah dan amal saleh) menjadi tempat semangat yang muncul itu menjadi energi dan mampu memelihara semangat itu sendiri.
Insya Allah kita diberikan selalu hidayah untuk terus meningkatkan iman yang ada di hati ini. 

Menerima apa yang kta alami

Sebuah keinginan dan harapan hidup yang lebih baik menjadi idaman semua orang, apalagi seseroang yang mengalami masalah yang belum selesai. Solusi yang ada di pikiran kita terus bergelora dan ada peluang yang diberikan orang sehingga solusi itu pun menjadi harapan sekaligus keinginan kita. Usaha dan doa terus dijalankan sampai kita menerima hasilnya.
Bersikap positif dan berhatap hasil sesuai dengan apa yang kita harapkan .... tapi hasil berkata lain. Solusi itu ternyata diberikan Allah. Langkah terbaik adalah menerima kenyataan itu dan terus berpikir prasangka bahwa Allah mau memberikan solusi yang terbaik buat kita, Seiring itu kita pun mesti berpikir bahwa solusi yang menurut kita mujarab untuk menyelesaikan masalah TIDAK SELALU benar. Yang Maha Tahu adalah Allah. Tak lupa seiring prasangka baik itu kita pun mesti banyak meminta ampun karena, karena bisa jadi apa yang Allah lakukan dengan takdirNya kepada kita merupakan balasan atas kesalahan kita selama ini.
Belajarlah menerima BUKAN sekedar menerima tapi benar-benar kita mengevaluasi takdir Allah kepada kita :
1. Yang pasti hasilnya sudah terjadi dan tidak bisa diubah, yang bisa merubahnya adalah Allah.
2. Karena yang merubah hasil itu adalah Allah maka kita mesti mengevaluasi apa yang sudah kita lakukan, apakah sudah benar caranya ? Maka Allah menunggu hasil evaluasi kita dan mulai memperbaikinya. Perbaikan yang kita lakukan bisa jadi menjadi pertimbangan bagi Allah untuk memutuskan hasilnya.
3. Bisa juga tanpa perlu mengevaluasi kesalahan atau dosa masa lalu kita, maka hasil apapun mesti membuat kita semakin sadar untuk terus memperbaiki tindakan dan ibadah kita kepada Allah. Kita berharap dengan ibadah dan kerja kita dapat diridhai Allah sehingga kita berharap Allah berkenan untuk memberikan hasil yang kita inginkan.
dengan kata lain, jika takdir atau fakta yang kita alami saat ini yang tidak sesuai dengan harapan kita berarti kita diminta terus menggali hikmat atau yang tersirat dari takdir tadi. Dengan prasangka baik dan pikiran positif, Insya Allah kita dibimbing dan diberi petunjuk untuk mendapatkan kebaikan dari takdir tersebut

Jujur pada diri sendiri ..

banyak pesan yang kita terima dan kita pahami belum tentu dapat kita laksanakan. Salah satunya adalah "belaku jujur aja". Memang kata jujur seperti ingin mengatakan sesuatu apa adanya yang secara logika tidak salah apalagi hati, tapi yang jujur itu menjadi sulit karena emosional kita dan kekhawatiran kita tentang setelah itu bisa berakibat buruk menurut kita. Secara umum jujur terlihat dari kejujuran kita kepada orang lain.
Seorang salesmen begitu sulit untuk berkata tentang produknya, kalau produknya bagus kejujurannya bisa banyak karena baik itu tidak merugikan salesmennya. Jika produknya tidak terkenal dan memang kurang berkualitas maka ada banyak cara untuk berjualan dengan selalu menutupi kelemahan produk itu sendiri. Yang ditakutkan seorang salesmen adalah tidak terjadi penjualan jika jujur dalam berjualan sehingga seorang salesmen yang tugasnya berjualan membuat dia untuk "berkata yang bukan semestinya untuk terjadi penjualan (rezeki Allah)". Apakah ini cara yang dibenarkan Allah dalam berjualan mencari rezeki ?
Demikian juga Seorang suami atau isteri tidak mau jujur kepada pasangannya karena takut hubngan suami-isteri jadi berantakan. Perasaan dan emosional kitalah yang menghambat kita untuk jujur dengan menunjukkan persoalan yang bisa muncul nantinya.
kejujuran itu urusan hati kita sendiri, tapi yang penting kita mau belajar untuk jujur. Bagaimana caranya ? Bisa jadi untuk jujur kepada sorang lain lebih susah
  1. Harus memulai intrspeksi diri tentang apa yang sudah kita lakukan sampai hari ini, khususnya 1 minggu lalu. Ingatlah apa saja yang kita perbuat. kalau agak sulit, kita bisa melakukannya saat sadar karena lihat kejadian atau sangaja merenungkannya
  2. Jika berani, memohonmaaflah kepada orang yang pernah kita perbuat                                                                      
Tetapi dua hal diatas pun masih sulit untuk kita lakukan, seolah kita ini salah dan jika kita minta maaf itu seakan-akan menurunkan harga diri kita. Yang lebih ditakutkan lagi adalah berbagai hal buruk bisa menimpa kita. Terus apa yang harus kita perbuat ? Diam saja atau cuek aja ... tapi kita masih bisa menasehati diri kita sendiri untuk berlaku jujur, yaitu jujur pada diri sendiri.

Jujur pada diri sendiri menjadi langkah awal untuk menjadikan semakin baik dalam hidup ini. Misalkan kita tidak jujur mengatakan pada orang lain tentang kehidupan kita. Apa yang kita alami tentang kehidupan kita itu umumnya "jelek" atau "rendah". Maka kita tutupi agar tidak membuat kita seperti itu. Maka jujur pada diri sendiri mendorong diri kita untuk mulai menyadari keadaan "jelek" tadi dan berani memperbaiki diri sendiri dari waktu ke waktu. Alhasil kehidupan yang jelek tadi berubah menjadi baik.
Contoh sederhana, setiap pagi kita terlambat datang ke kantor, maka dengan mudah kita digoda untuk tidak jujur dengan mengatakan,"saya terlambat karena jalanan macet". Alasan itu menjadi tameng kita agar tidak dibilang karyawan jelek dan sebagainya. Jika kita jujur semakin parah lagi persepsi teman dengan mengatakan "kita terlambat karena kita bangun kesiangan". Mulailah jujur pada diri sendiri, maka kita harus berani mengatakan pada diri sendiri,"bangun siang itu salah dan berdampak buruk, dan Allah pun tidak suka karena shalar subuh kita terlambat". Dari jujur terhadap diri sendiri ini membangkitkan semangat untuk bangun lebih pagi lagi agar Allah sayang sama kita. keadaan ini menyemangati kita mengoreksinya dan mau bangun lebih pagi lagi. Dengan usaha yang sungguh-sungguh (beramal saleh) yang didukung keyakinan kepada Allah agar kita benar-benar bisa melaksanakan perubahan dengan bangun pagi, Insya Allah usaha ini dirahmati Allah. Bangun deh kita lebih pagi. Dan persepsi di kantor pun menjadi berubah terhadap kita. 
Insya Allah jujur pada diri sendiri harus membangkitkan semangat untuk mengerjakan yang baik dan itu amal saleh. Dan amal saleh itu semakin membuat kita yakin kepada Allah, karena jujur bukan jujur saja tapi kita percaya bahwa kejujuran adalah perintah Allah.

Dimana Allah ?

Pertanyaan di atas dapat direnungkan untuk mengevaluasi apa yang sudah kita lakukan selama ini. Karena dulunya diajarin di sekolah terutama sekolah umum dan berlanjut ke kuliah atau lebih tinggi lagi, maka terbentuklah bahwa ilmu itu dipelajari dan dapat diraih dengan ketekunan. Dengan ilmu itu dan pengalaman kita dapat menuntun kita untuk meraih keinigjnan. Dimana Allah pada proses ini ? Seperti Allah hanya menjadi alat untuk memudahkan kita mendapatkan ilmu, kita belajar dan berdoa agar memperoleh ilmu. Setelah itu ilmu yang kita peroleh pun menjadi dasar kita bertindak atau berusaha untuk meraih apa yang kita inginkan. Dimana Allah ? Sekali lagi Allah ada menjadi pendorong dikabulkannya keinginan kita dalam doa. Berusaha dan berdoa.
Pengalaman dari sejak kecil itu sampai sekarang terus mengkristal menjadi karakter kita, bagi kita yang muslim. Bukankah Allah tempat kita bergantung, sumber ilmu dari Allah dan izin kelancaran berusaha pun datang dari Allah,"tidak ada daya dan upaya kecuali dari Allah". Bagaimana dengan Al Qur'an sebagai referensi mutlak dan menjadi referensi ilmu yang benar dalam kehidupan kita ? Kita hanya membaca dan memahaminya sebagai petunjuk dalam beragama. Sedangkan di zaman dahulu ilmuwan muslim mendapatkan ilmu dari Al Qur'an dan banyak ilmuwan Barat sudah membuktikan kebenaran AL Qur'an. Begitu kehidupan kita yang dominan oleh kehidupan dunia tanpa menempatkan Allah sebagai sumber segala hal.
Kita kerja mencari rezeki, kita pun berdoa untuk dimudahkan dalam meraih rezeki. Tapi mengapa kita tidak berpedoman kepada Al Qur'an dalam meraih rezekiNya ? Kita mencari cara-cara dari pengalaman seseorang yang sudah sukses. Ada persepsi yang terbangun,"emangnya shalat bisa menghasilkan uang ?" Persepsi ini membentuk pola pikir lanjutan untuk tetap shalat tapi harus ada cara-caranya. Dengan bekal mencari ilmu sampai kerja di atas selalu menuntun kita untuk belajar yang seolah bukan dari Al Qur'an sehingga kita lalai dari Allahnya.
Bukankah salah satu faktor kesuksesan yang kita raih itu adalah disiplin, pengetahuan disiplin dapat dibentuk dari shalat kita. Disiplin dalam bekerja dengan sepenuh hati yang diajarkan pula dalam shalat yang ikhlas. Bahkan di dalam Al Qur'an itu sudah banyak hal yang tidak terduga oleh kita setelah membacanya, kita mendapatkan petunjuk dan kebaikan yang diberikan Allah. Hal ini sudah dibuktikan oleh beberapa ilmuwan yang masuk Islam karena mempelajari Al Qur'an.
Insya Allah kita diberi hidayah dalam memahami Al Qur'an untuk menuntun kita menjadi muslim yang benar. Teruslah membaca, memahami dan mempraktekkan/mengamalkan apa yang sudah kita baca dan berharap Allah selalu bersama kita dalam setiap langkah kehidupan kita. Kita mencari rezeki Allah berarti kita pun mesti percaya Allah yang memberikanNya lewat alam semesta dan makhlukNya, untuk itu kita pun mesti mengikuti aturannya. Disinilah kita menempatkan Allah selalu yang pertama dan utama.

Masalah setelah membandingkan

Seorang karyawan yang abis gajian pada penasaran kok gajinya biasa-biasa aja. Rasa penasaran itu ditumpahkan ke temannya dan tanya sama temannya, "emangnya gaji kamu berapa ?" dan ternyata gaji temannya lebih besar. lalu muncul dipikirannya, kok bisa ya ? Menurut dia,"selama ini saya kok yang kerja lebih berat dan banyak, tapi kok gaji saya kecil ?" Apa yang terjadi selanjutnya, mulailah karyawan tadi berprasangka buruk ke temanna, ke atasannya dan dicurhatinlah ke semua orang yang ditemuinya. Disinilah mulai muncul masalah dan masalah itu bertambah karena dia mulai malas bekerja sehingga bulan-bulan berikutnya gajinya pun semakin kecil. Bisa jadi ada pikiran tentang "Allah itu tidak adil". 
Padahal jika diulang kembali, saat karyawan tadi merasa gajinya kecil tidak bertanya kepada temannya dan membandingkan. Maka yang ada di pikirannya adalah bagaimana cara supaya gajinya naik ? Apa saya belum produktif ? Apa saya tidak dekat dengan atasan saya ? atau Apa saya melupakan Allah yang Maha Pemberi Rezeki. Yang terjadi adalah karyawan tersebut semangat untuk merubah keadaan sehingga menjadi semakin baik.
Sekalipun karyawan itu bertanya dan melihat, sebenarnya tidak perlu juga kemudian untuk membandingkan. Saat membandingkan itulah ada syetan yang mulai membisikkan agar si karyawan untuk bersikap buruk dan tidak menerima keadaan (tidak bersyukur), tapi ada juga pikiran yang positif yang dikalahkan yaitu membandingkan dan hasilnya lebih rendah mestinya mampu membangkitkan semangatnya untuk merubah dirinya semakin baik.
Allah itu adil kepada hambanya, yaitu bukan menyamakan semua hal. Tapi membalas dan memberikan sesuai dengan apa yang dikerjakan dan jangan lupa ada hal pula yang mengurangi balasan Allah itu untuk setiap keburukan yang dikerjakan. Kita hanya melihat apa yang dikerjakan orang lain, tapi kita tidak pernah tahu amal lain yang dikerjakannya. Bisa jadi kita kerja keras luar biasa, tapi kita iri dan dengki sama orang lain. Apa kita tahu berapa yang Allah balas ? Yang pasti Allahlah yang Maha Tahu dan Maha Penghitung yang benar. Apa yang kita terima hari ini adalah yang terbaik dari Allah dan kewajiban kita adalah hanya bersyukur sesuai petunjukNya.
Insya Allah kita semakin mampu memahami kekuasaan Allah yang ada pada diri kita dan Allah pun membimbing kita untuk berbuat yang semakin baik.

Terpuruk ...

Beberapa orang pernah mengalami kondisi terpuruk, kondisi yang sangat menyedihkan dan membuat diri kita tak berdaya. Mau curhat ? hanya sedikit orang yang mau mendengar, dan memohon bantuan tidak ditanggapi karena mereka bilang saya juga begitu. keadaan ini membuat kita merasa sendiri sekalipun ada teman, saudara, orang tua dan sebagainya. lalu mau bagaimana ?
Diam dan hanya menyendiri atau terus menjalani saja kehidupan ini apa adanya atau mencari solusi yang tepat dengan pikiran yang tenang. Seringkali kita mengatakan,"kok dia aneh beberapa hari ini" atau bahkan ada yang bunuh diri,"kok bisa bunuh diri, rugi". Inilah tanda-tanda bahwa kita memiliki keadaan yang tidak baik. Ada jalan pintas dan ada jalan yang benar.
Keadaan yang makin terdesak dengan berbagai masalah dan kehidupan sudah menunggu untuk dijalani. Kita cenderung menuju jalan yang pintas, jalan yang mudah untuk menutupi kehidupan yang mesti dijalani. Berharap jalan ini adalah jalan terbaik dan setelah itu kita berharap pula ada jalan lain yang lebih baik. Tapi pengalaman kita sebelumnya jalan mudah itu meneruskan jalan yang sudah dijalani. Akhirnya kita pun terjerumus kembali. 
Jalan yang benar itu jalan yang menyelesaikan masalah (keterpurukan) kita. Berilah waktu untuk merenungkan segala hal yang terjadi  ..... kembalilah kepada Allah. Allah yang Menciptakan kita dan Dialah yang Maha mengatur, yang Maha menyempitkan dan Melapangkan kehidupan kita. Allah itu Maha Adil, Adil terhadap apa yang kita kerjakan. Artinya apa yang kita dapatkan hari ini adalah apa yang kita kerjakan selama ini. Allah tidak zalim kepada hambaNya dan HambaNya lah yang menzalimi dirinya sendiri. Sadarkah kita ? Kesadaran ini mesti mendorong motivasi kita untuk bangkit dan semakin percaya kepada Allah.
Atas dasar kesadaran di atas, maka hanya Allahlah yang mampu menyelesaikan masalah kita, keterpurukan kita hari ini. Selanjutnya mulailah dari kita untuk mendekat kepada Allah yang mendorong Allah meridhai dan merahmati kebaikan buat kita. Di waktu kita lapang, kita sudah tidak bersyukur dan saat sempit kita mesti 2 kali dan bahkan lebih untuk menyediakan waktu, tenaga dan fokus kepada Allah. Ibadah shalat lebih khusyuk dan shalatpun semakin banyak, zikir dan doa lebih merasuk agar kita benar-benar merasakan kedekatan kepada Allah, sedekah dan ibadah lainnya. Yang penting lagi adalah kesabaran dalam menjalani semua itu. Harus ada prasangka positif dengan selalu berharap Allah yang maha Rahman dan Rahiim agar Allah menyelesaikan keterpurukan hari ini. 

Tuhan tempat bersandar

bersandar atau bergantung adalah sesuatu yang seringkali dilakukan oleh manusia manapun. Ada yang pintar selalu menyandarkan dirinya kepada ilmu. Kurang ilmu dia belajar giat dan punya ilmu pun bisa bikin "sombong". Sejak lahir sampai sekarang siapa kita sering diidentikkan dengan sesuatu baik itu berupa materi atau non materi.
Dari nama sejak dilahirkan kita sudah mulai bersandar kepada nama yaitu nama orang tua, "oohh si Amir yang anaknya pak Abdullah". Karena memang kita belum punya apa-apa, mulai sekolah kita pun menempelkan nama kita dengan sekolah. Kita bangga dan bilang hebat karena kita memang sekolah di sekolah favorit. Jika kita menjadi juara kelas, sandaran kita semakin bertambah ....dan seterusnya. Sejak mulai bekerja kita pun mulai bersandar pada pekerjaan kita, pada jabatan, pada perusahaan, bersandar pada materi, uang, rumah, kendaraan
Bagaimana jika sandaran itu hilang ? Maka kita menjadi "hilang" juga. Mengapa itu terjadi ? Karena sandaran kita itu tidak mutlak alias bisa ada dan bisa hilang. Bukankah yang kita harapkan itu sandaran itu mesti kuat dan selamanya. Jadi yang pantas menjadi sandaran adalah Allah, Tuhan semesta alam
Makna yang bersandar itu berarti saat kita memiliki sesuatu berupa materi atau hal lainnya, maka sebaiknya kita berbagi sehingga tidak merasa memiliki. Tapi yang kita miliki adalah Allah yang Maha Memberi. Semua berasal dari Allah dan kembali kepada Allah.
Perhatikan saja, dulu kita dilahirkan dan dibesarkan tidak memiliki apa-apa dan kemudian diberikan Allah segala yang kita perlukan dan kita inginkan .. Mengapa kita mesti "kecewa" jika semua itu diambil lagi ? Insya Allah sikap ini kita bangun membuat iman kita semakin baik dan tinggi.

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...