1. Allah Membagi Rahmat Menjadi 100 Bagian
Hadis diatas menunjukkan bahwa kasih sayang yang kita saksikan di dunia ini hanyalah 1% dari rahmat Allah. Bayangkan, seluruh kasih seorang ibu pada anaknya, kasih manusia kepada sesama, bahkan kasih sayang antar hewan, itu semua hanya bagian kecil dari rahmat-Nya.
Lalu bagaimana dengan 99 bagian lainnya? Allah menyimpannya untuk hari di mana seluruh manusia sangat membutuhkan kasih sayang dan ampunan, yakni hari kiamat. Ini menjadi harapan besar bagi mereka yang senantiasa berusaha kembali kepada Allah.
2. Allah Lebih Sayang kepada Hamba-Nya daripada Seorang Ibu kepada Anaknya
Dalam sebuah hadis yang sangat menyentuh hati, Rasulullah ﷺ pernah melihat seorang wanita mencari anaknya yang hilang dalam tawanan. Setelah menemukannya, sang ibu memeluk anak itu dengan sangat erat dan menyusuinya. Rasulullah ﷺ kemudian bersabda kepada para sahabat:
"Apakah kalian melihat wanita ini akan melemparkan anaknya ke dalam api?"
Mereka menjawab, "Tidak, demi Allah. Ia tidak akan melakukannya jika ia mampu menghindarinya."
Maka Nabi ﷺ bersabda:
"Sungguh, Allah lebih sayang kepada hamba-hamba-Nya daripada wanita ini kepada anaknya."
(HR. Bukhari no. 5999, Muslim no. 2754)
Bayangkan kasih seorang ibu yang secara naluriah akan melindungi anaknya dari bahaya apa pun. Dan Allah lebih dari itu. Cinta dan rahmat-Nya jauh melampaui kasih sayang manusiawi. Maka bagaimana mungkin kita ragu untuk kembali kepada-Nya?
3. Allah Senang Mengampuni, Melebihi Kegembiraan Orang yang Menemukan Barang Hilang
Rasulullah ﷺ juga bersabda:
"Sungguh, Allah lebih bergembira atas taubat hamba-Nya daripada seseorang di antara kalian yang kehilangan kendaraannya di tengah padang pasir, lalu menemukannya kembali."
(HR. Bukhari no. 6309, Muslim no. 2747)
Hadis ini menggambarkan kegembiraan yang luar biasa. Bayangkan seseorang kehilangan unta atau kendaraan di tengah padang pasir. Itu berarti kehilangan sumber air, makanan, dan harapan hidup. Tapi ketika ia menemukannya kembali, ia begitu bahagia sampai keliru berkata karena girangnya.
Nah, Allah lebih bahagia dari itu ketika seorang hamba yang berdosa kembali bertobat. Ini menunjukkan bahwa rahmat Allah tidak hanya pasif, tapi aktif mendekat kepada hamba-Nya yang kembali. Tidak peduli seberapa besar dosanya, selama ia masih hidup dan bertobat dengan tulus, Allah akan menyambutnya dengan kegembiraan.
4. Rahmat Allah Meliputi Segala Sesuatu
Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
“Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu...”
(QS. Al-A’raf: 156)
Ini adalah janji Allah. Rahmat-Nya meliputi segala sesuatu, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, baik yang kita pahami maupun yang tidak. Bahkan ketika kita tertimpa musibah, sebenarnya ada rahmat Allah di dalamnya yang barangkali belum kita sadari.
5. Allah Menetapkan Kasih Sayang sebagai Sifat-Nya
Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadis Qudsi:
“Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan murka-Ku.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Ini adalah prinsip utama dalam mengenal Allah. Walau Allah Maha Adil dan bisa menghukum, namun kasih sayang-Nya lebih dahulu dan lebih dominan. Ini tidak berarti Allah tidak murka, tapi murka-Nya dibatasi oleh keadilan dan selalu dilandasi hikmah. Sementara rahmat-Nya dibuka lebar-lebar untuk siapa pun yang menginginkannya.
Renungkan, Hidup dalam Kesadaran Rahmat Allah
Mengetahui bahwa Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang bukan sekadar pengetahuan teologis. Ini mestinya menjadi landasan cara pandang dan sikap hidup. Berikut beberapa pelajaran yang bisa kita petik:
1. Jangan Pernah Berputus Asa dari Rahmat Allah
Berapa pun dosa kita, Allah membuka pintu taubat. Bahkan dalam QS. Az-Zumar: 53, Allah berfirman:
“Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.”
Putus asa dari rahmat Allah adalah penyakit jiwa dan salah satu bentuk kebodohan terhadap sifat Allah.
2. Menjadi Saluran Rahmat bagi Sesama
Jika Allah menyayangi kita, maka kita juga harus menyebarkan rahmat itu. Nabi ﷺ bersabda:
"Orang-orang yang penyayang akan disayangi oleh Yang Maha Penyayang. Sayangilah siapa yang di bumi, maka Yang di langit akan menyayangimu."
(HR. Abu Dawud, Tirmidzi)
Menjadi penyayang—baik kepada manusia, hewan, atau makhluk lainnya—adalah bentuk nyata kita meneladani sifat rahman-Nya.
3. Berprasangka Baik kepada Allah
Hidup tidak selalu mudah. Namun, ketika kita sadar bahwa Allah adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, maka kita akan belajar berprasangka baik kepada-Nya, bahkan di saat-saat sulit. Barangkali Allah sedang menyiapkan sesuatu yang lebih baik, atau menghapus dosa kita melalui ujian.
Rahmat Allah adalah anugerah terbesar yang membungkus seluruh kehidupan. Ia bukan hanya konsep dalam kitab, tapi kenyataan yang hadir dalam setiap detik kehidupan. Setiap napas, setiap detak jantung, bahkan setiap ujian yang kita hadapi adalah bagian dari skenario rahmat-Nya.
Maka, marilah kita hidup dalam kesadaran bahwa kita berada dalam lautan kasih sayang Allah yang tak terbatas. Jangan sampai kita buta terhadap rahmat-Nya yang selalu mengiringi, dan jangan pernah menutup pintu kembali kepada-Nya. Karena Allah tidak akan pernah menutup pintu rahmat-Nya bagi hamba-hamba yang ingin kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar