Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, salam sejahtera, keselamatan dan keberkahan bagi kita semua. Keberkahan yang kita rasakan mampu memberi kebaikan dalam hidup ini. Salah satu merasakan keberkahan itu adalah mengingat Allah agar hati terbuka dan fokus kepada apa yang kita perhatikan.
Ada kalanya seseorang menolong orang lain dengan ikhlas, tapi setelah itu terjadi penilaian orang itu menjadi berubah tidak ingin menolong lagi karena satu hal yang tidak sesuai dengan harapannya. Apa iya begitu ? Yang paling sering kita alami saja terjadi dalam kehidupan kita seharu-hari. Misalkan pengemis atau pengamen di lampu merah. Bisa jadi kita memberi karena kita ikhlas memberi. Setelah sekian lama mungkin 1 bulan, terpikir oleh kita, orang itu peminta-minta atau profesinya begitu ? Hal inilah yang meragukan kita untuk memberi lagi. Setelah membaca artikel penghasilan pengamen atau pengemis itu ternyata mencapai 14 juta per bulan. Apa iya kita masih mau memberi ? Inilah yang menginspirasi saya menulis tentang ayat 77 dari surah Al Qasas.
Dalam Al Qasas ayat 77, Allah berfirman :
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْآخِرَةَ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَا أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِينَ
Artinya:
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi, dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan." — QS. Al-Qasas: 77
Ayat ini merupakan nasihat kepada Qarun, tetapi juga menjadi pelajaran umum bagi kita semua: untuk menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat, serta meneladani kebaikan Allah dengan berbuat baik kepada sesama.
Berikut adalah penjelasan tafsir dari QS Al-Qasas ayat 77 berdasarkan beberapa sumber tafsir utama:
1. Tafsir Ibnu Katsir
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat ini adalah nasihat kepada Qarun agar:
- Menggunakan harta dan nikmat sebagai bekal ketaatan kepada Allah, untuk mendekatkan diri kepada-Nya dan meraih pahala di dunia dan akhirat.
- Tidak melupakan bagian dunia, yaitu hal-hal yang dihalalkan seperti makanan, minuman, pakaian, rumah, dan pernikahan. Karena manusia punya kewajiban terhadap Tuhan, diri sendiri, keluarga, dan tamu.
- Berbuat baik kepada sesama, sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadanya.
- Tidak berbuat kerusakan di bumi, karena Allah tidak menyukai orang-orang yang merusak.
2. Tafsir Al-Misbah (M. Quraish Shihab)
Dalam tafsir Al-Misbah, Quraish Shihab menekankan:
- Frasa "wala tansa nashibaka minad-dunya" bukan berarti larangan haram, tetapi mubah (boleh) untuk mengambil bagian duniawi.
- Keseimbangan antara dunia dan akhirat adalah prinsip penting. Dunia bukan untuk ditinggalkan, tapi dimanfaatkan sebagai sarana menuju akhirat.
- Berbuat baik kepada sesama adalah bentuk syukur atas kebaikan Allah.
- Larangan berbuat kerusakan adalah peringatan agar tidak menyalahgunakan nikmat untuk hal-hal yang merusak.
3. Tafsir Jalalayn
Tafsir Jalalayn memberikan penjelasan ringkas namun padat:
- Carilah kebahagiaan akhirat dengan menafkahkan harta di jalan ketaatan.
- Jangan lupakan bagian dunia, yaitu beramal dengan harta untuk pahala akhirat.
- Berbuat baiklah kepada orang lain, seperti bersedekah.
- Jangan membuat kerusakan di bumi, yaitu dengan melakukan maksiat .
4. Tafsir Al-Munir (Wahbah Az-Zuhaili)
Dalam Tafsir Al-Munir, ayat ini dijelaskan sebagai:
Panduan hidup seimbang: mencari akhirat tanpa melupakan dunia.
- Keseimbangan manhaj Ilahi: tidak membenci dunia, tapi tidak menjadikannya tujuan utama.
- Berbuat baik sebagai balasan atas nikmat Allah.
- Larangan keras terhadap kerusakan, karena Allah tidak menyukai pelaku kerusakan.
— HR. Muslim
— HR. Bukhari
Hadis ini mendukung konsep ihsan sosial, yaitu memperlakukan orang lain dengan kebaikan yang sama seperti yang kita harapkan untuk diri sendiri. Ini sejalan dengan perintah dalam QS An-Nahl: 90 untuk berbuat baik dan memberi kepada kerabat.
— QS Al-Baqarah: 195, didukung oleh berbagai hadis yang melarang menyakiti diri sendiri.
1. QS An-Nahl: 90
إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُ بِٱلْعَدْلِ وَٱلْإِحْسَانِ وَإِيتَآءِ ذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ وَٱلْبَغْىِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Artinya:
"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat ihsan (kebaikan), memberi kepada kaum kerabat, dan melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran."
- Adil: Menunaikan hak-hak Allah dan hak-hak manusia secara seimbang.
- Ihsan: Memberi lebih dari yang diwajibkan, seperti bersedekah, memaafkan, dan berbuat baik bahkan kepada yang menyakiti.
- Memberi kepada kerabat: Bentuk silaturahmi dan dukungan sosial.
- Larangan terhadap keji, mungkar, dan permusuhan: Ini mencakup semua bentuk maksiat, baik yang tersembunyi maupun terang-terangan.
إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
"Sesungguhnya Allah telah mewajibkan berbuat ihsan (kebaikan) dalam segala hal."
— HR. Muslim, No. 1955
Tidak ada komentar:
Posting Komentar