Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Sabtu, Agustus 23, 2025

Berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, salam sejahtera, keselamatan dan keberkahan bagi kita semua. Keberkahan yang kita rasakan mampu memberi kebaikan dalam hidup ini. Salah satu merasakan keberkahan itu adalah mengingat Allah agar hati terbuka dan fokus kepada apa yang kita perhatikan.


 Ada kalanya seseorang menolong orang lain dengan ikhlas, tapi setelah itu terjadi penilaian orang itu menjadi berubah tidak ingin menolong lagi karena satu hal yang tidak sesuai dengan harapannya. Apa iya begitu ? Yang paling sering kita alami saja terjadi dalam kehidupan kita seharu-hari. Misalkan pengemis atau pengamen di lampu merah. Bisa jadi kita memberi karena kita ikhlas memberi. Setelah sekian lama mungkin 1 bulan, terpikir oleh kita, orang itu peminta-minta atau profesinya begitu ? Hal inilah yang meragukan kita untuk memberi lagi. Setelah membaca artikel penghasilan pengamen atau pengemis itu ternyata mencapai 14 juta per bulan. Apa iya kita masih mau memberi ? Inilah yang menginspirasi saya menulis tentang ayat 77 dari surah Al Qasas.

Dalam Al Qasas ayat 77, Allah berfirman :

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْآخِرَةَ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَا أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِينَ

Artinya:

"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi, dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan." — QS. Al-Qasas: 77

Ayat ini merupakan nasihat kepada Qarun, tetapi juga menjadi pelajaran umum bagi kita semua: untuk menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat, serta meneladani kebaikan Allah dengan berbuat baik kepada sesama.


Berikut adalah penjelasan tafsir dari QS Al-Qasas ayat 77 berdasarkan beberapa sumber tafsir utama:

1. Tafsir Ibnu Katsir

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat ini adalah nasihat kepada Qarun agar:

  • Menggunakan harta dan nikmat sebagai bekal ketaatan kepada Allah, untuk mendekatkan diri kepada-Nya dan meraih pahala di dunia dan akhirat.
  • Tidak melupakan bagian dunia, yaitu hal-hal yang dihalalkan seperti makanan, minuman, pakaian, rumah, dan pernikahan. Karena manusia punya kewajiban terhadap Tuhan, diri sendiri, keluarga, dan tamu.
  • Berbuat baik kepada sesama, sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadanya.
  • Tidak berbuat kerusakan di bumi, karena Allah tidak menyukai orang-orang yang merusak.

2. Tafsir Al-Misbah (M. Quraish Shihab)

Dalam tafsir Al-Misbah, Quraish Shihab menekankan:

  • Frasa "wala tansa nashibaka minad-dunya" bukan berarti larangan haram, tetapi mubah (boleh) untuk mengambil bagian duniawi.
  • Keseimbangan antara dunia dan akhirat adalah prinsip penting. Dunia bukan untuk ditinggalkan, tapi dimanfaatkan sebagai sarana menuju akhirat.
  • Berbuat baik kepada sesama adalah bentuk syukur atas kebaikan Allah.
  • Larangan berbuat kerusakan adalah peringatan agar tidak menyalahgunakan nikmat untuk hal-hal yang merusak.

3. Tafsir Jalalayn

Tafsir Jalalayn memberikan penjelasan ringkas namun padat:

  • Carilah kebahagiaan akhirat dengan menafkahkan harta di jalan ketaatan.
  • Jangan lupakan bagian dunia, yaitu beramal dengan harta untuk pahala akhirat.
  • Berbuat baiklah kepada orang lain, seperti bersedekah.
  • Jangan membuat kerusakan di bumi, yaitu dengan melakukan maksiat .

4. Tafsir Al-Munir (Wahbah Az-Zuhaili)

Dalam Tafsir Al-Munir, ayat ini dijelaskan sebagai:

Panduan hidup seimbang: mencari akhirat tanpa melupakan dunia.

  • Keseimbangan manhaj Ilahi: tidak membenci dunia, tapi tidak menjadikannya tujuan utama.
  • Berbuat baik sebagai balasan atas nikmat Allah.
  • Larangan keras terhadap kerusakan, karena Allah tidak menyukai pelaku kerusakan.


Sesuai dengan tulisan saya di awal yaitu kaitan dengan ayat 77 dari Al Qasas adalah "berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada kita" tentang memberi atau berbuat baik (ihsan). Ternyata ihsan dalam berbagai hadis dijelaskan sebagai berikut :
1. Hadis tentang Ihsan kepada Allah
Hadis ini berasal dari dialog Nabi Muhammad ﷺ dengan Malaikat Jibril:
"Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu." 
— HR. Muslim
Hadis ini menjelaskan makna ihsan kepada Allah, yaitu beramal dengan penuh kesadaran dan keikhlasan, seolah-olah kita melihat Allah. Ini adalah bentuk tertinggi dari spiritualitas dan keikhlasan.
2. Hadis tentang Ihsan kepada Sesama
"Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri."
— HR. Bukhari

Hadis ini mendukung konsep ihsan sosial, yaitu memperlakukan orang lain dengan kebaikan yang sama seperti yang kita harapkan untuk diri sendiri. Ini sejalan dengan perintah dalam QS An-Nahl: 90 untuk berbuat baik dan memberi kepada kerabat.
3. Hadis tentang Ihsan kepada Diri Sendiri
"Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik."
— QS Al-Baqarah: 195, didukung oleh berbagai hadis yang melarang menyakiti diri sendiri.
Ihsan kepada diri sendiri berarti menjaga diri dari bahaya, baik fisik maupun spiritual. Islam melarang tindakan yang merusak diri sendiri, seperti maksiat, keputusasaan, atau kelalaian terhadap kesehatan dan keselamatan
Kesimpulannya :
Ketiga bentuk ihsan ini:
Ihsan kepada Allah → Hadis Jibril (HR. Muslim)
Ihsan kepada sesama → Hadis cinta kepada saudara (HR. Bukhari)
Ihsan kepada diri sendiri → Prinsip menjaga diri dari kebinasaan (QS Al-Baqarah: 195)

Lalu, Bisa jadi kita selalu memberi dan menjadi semakin baik jika diiringi niat yang ikhlas dan berdoa agar kehidupan yang baik. Tapi sekali lagi ... dengan ayat Al Qasas di atas. Allah memberi kita tidak pernah berhenti berupa karunia dan rahmatNya. Apa iya kita terus memberi juga kepada pengemis dan pengamen terus-menerus ??? Iya memberilah terus-menerus. Diakhir ayatnya disampaikan "janganlah kita berbuat kerusakan di muka bumi". Ini mesti menjadi perhatian kita memberi terus-menerus itu membuat kecenderungan kerusakan di muka bumi. Diantaranya "memanja orang yang awalnya meminta-minta berubah menjadi profesi meminta". Saat kita merasakan ini terjadi, maka berhenti memberi. Lengkapi ilmu kita tentang memberi, diantaranya memberi itu memiliki prioritas dari orang terdekat dari lingkup keluarga dan lokasi (tetangga) yang membutuhkan tapi "tidak meminta".

Yang saya ambil hikmah dari "berbuat baiklah seperti Allah telah berbuat baik kepada kita" yaitu mesti ditindaklanjuti dengan petunjuk Allah yang lain seperti ;

1. QS An-Nahl: 90
إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُ بِٱلْعَدْلِ وَٱلْإِحْسَانِ وَإِيتَآءِ ذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ وَٱلْبَغْىِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Artinya:
"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat ihsan (kebaikan), memberi kepada kaum kerabat, dan melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran."
  • Adil: Menunaikan hak-hak Allah dan hak-hak manusia secara seimbang.
  • Ihsan: Memberi lebih dari yang diwajibkan, seperti bersedekah, memaafkan, dan berbuat baik bahkan kepada yang menyakiti.
  • Memberi kepada kerabat: Bentuk silaturahmi dan dukungan sosial.
  • Larangan terhadap keji, mungkar, dan permusuhan: Ini mencakup semua bentuk maksiat, baik yang tersembunyi maupun terang-terangan.
Berbuat baik itu luas, tidak hanya satu hal saja. Tetapi selalu ingat bahwa berbuat baik itu selalu dikaitkan dengan Allah yang terlah baik kepada kita. Tidak ada berbuat baik itu karena melihat yang menerimanya, dia baik atau tidak baik. Dengan dasar ini, kita berbuat baiknya menjadi ikhlas dan hanya berharap hanya kepada Allah tanpa menilai penerima. Biarlah urusan berbuat baik itu, antara kita dan Allah, sedangkan yang menerima adalah urusan Allah.

Hadis tentang ihsan (berbuat baik) dalam segala hal, yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih-nya:

إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ

"Sesungguhnya Allah telah mewajibkan berbuat ihsan (kebaikan) dalam segala hal."
— HR. Muslim, No. 1955


Hadis ini merupakan bagian dari hadis yang lebih panjang, yang juga menyebutkan ihsan dalam menyembelih hewan:
"...Maka apabila kalian menyembelih, sembelihlah dengan cara yang baik. Hendaklah salah seorang dari kalian menajamkan pisaunya dan menenangkan hewan sembelihannya."

Makna Hadis:
Ihsan adalah prinsip universal dalam Islam, mencakup ibadah, muamalah, akhlak, bahkan dalam hal yang tampak kecil seperti menyembelih hewan.
Hadis ini menunjukkan bahwa berbuat baik bukan hanya dianjurkan, tapi diwajibkan dalam setiap aspek kehidupan.
Ihsan berarti melakukan sesuatu dengan kesempurnaan, keikhlasan, dan kasih sayang.

Insya Allah, dengan membaca dan memahami penjelasan di atas, maka kita semakin memiliki dasar untuk berbuat baik. Allah berbuat baik kepada setiap makhlukNya, maka kita sebagai hamba Allah pun patut untuk berbuat baik. Ingin nikmat Allah, dan bersegeralah berbuat baik dengan nikmat untuk siapa saja dan alam semesta. Teruslah memberdayakan diri untuk semakin baik dengan belajar dan memahami petunjuk Allah. Inilah motivasi diri yang terus ditindaklanjuti dengan mengamalkannya.

Sahabatmu
Munir Hasan Basri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured post

Berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, salam sejahtera, keselamatan dan keberkahan bagi kita semua. Keberkahan yang kita rasakan mampu ...