Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Banyak orang sibuk ...

Sepanjang tahun ini ada satu hal yang menarik dan seperti berulang dari tahun ke tahun adalah selalu membuat rencana atau sering dibilang membuat resolusi. hanya sedikit orang dari awal tahun yang mampu meraihnya. Bagaimana dengan tahun ini ??? Bersiap untuk memulai kembali. Apakah ada jaminan kembali berhasil ? Pola mereka sudah ada dan bisa jadi hanya ingin merubah pola agar menjadi lebih baik. Begitulah biasa setiap keberhasilan sudah membuat jalan sendiri yang bisa ita lalui kembali untuk lebih baik, syaratnya menambah dan meningkatkan kualitasnya.
Tahun ini mereka sudah mencapai level A, maka mereka menuntut level lebih tinggi untuk bersaing dengan orang lain yang lebih hebat. Sebuah dorongan yang kuat untuk memulai dengan baik.
Tapi disisi lain, mereka yang lain yang belum mencapai rencana tahun ini, mestinya mulai berpikir bahwa segala sesuatu tidak bisa diraih tanpa kerja. Yang sederhana sih, banyak dari mereka ini memang kerjanya belum maksimal. Perlu bukti ? Mereka menyambut liburan dan merencanakan seperti orang yang sudah berhasil. Sama-sama libur. Yang belum berhasil mengatakan bahwa saya libur untuk rehat sejenak setelah stress kerja. Tapi saat mereka masuk kerja lagi stress pun tiba. dan begitulah siklusnya. Libur dan bila perlu cuti agar tidak stress, apa yang dilakukan mereka adalah sangat sibuk. Disinilah perbedaan sikap mereka yang belum mampu meraih rencananya, mereka melihat kerja sebagai sebuah kesibukan dan stress sehingga sulit untuk meningkatkan kemampuan kerja. Kerja yang sibuk tidak menjamin hasil yang baik, seolah-olah kerja berat tapi hasil tidak ada. Renungkan .... seperti halnya orang sudah shalat tapi tak banyak memberi kebaikan. Periksalah kerja kita, apakah asal kerja atau kerja yang hanya mengerjakan untuk hasil yang direncanakan ?
Bayangkan saat kita kerja 10, jarang kita mendapatkan nilai 10. Probabilitasnya kecil. Tapi bayangkan saat kita kerja 15 maka nilai 10 itu menjadi mudah dan bisa diraih. Jadi sesibuk apapun kita, maka koreksi apa yang kita sibukkan (apa yang kita kerjakan). Jika rencana kita ingin jadi supervisor dalam karir kantor, maka nilai dan kualitas kerja kita tidak boleh sebatas supervisor tapi menetapkan kerja yang melebihi nilai supervisor. Inilah kerja bukan ala kadarnya, tapi kerja dengan sepenuh hati.
Bagaimana shalat kita tadi ? Jika shalat itu ingin dijadikan wasilah untuk permintaan doa kita dikabulkan Allah. Maka kita mulai mikir tidak boleh shalat seadanya. Koreksi kualitas shalat kita, shalat yang dimaknai dengan hati sehingga kita benar-benar shalat, yaitu berkomunikasi dengan Allah. Shalatlah dengan hati bukan sekedar lisan dan perbuatan fisik saja.
Apa hubungan shalat dan rencana kita ? Perhatikan "jika shalatnya benar maka perbuatan lain menjadi benar". Sikap dan paham ini mesti kita bangun agar shalat itu bisa mendorong kerja yang benar, shalat dengan sepenuh hati maka kerjapun menjadi sepenuh hati dan sungguh-sungguh. Insya Allah dengan mengembangkan kualitas shalat yang luar biasa maka kerjapun menjadi ringan untuk dijalani dengan bimbingan Allah. Sibuk ? ya Sibuk dengan kerja yang sudah terbimbing dan hasilnya dibalas oleh Allah dengan balasan yang lebih baik. Ingin berhasil shalatlah dengan benar.

Tidak kerja itu lebih baik itu biasa ???

Kata yang berhubungan dengan kerja sering dikaitkan dengan urusan dunia, kerja di kantor, kerja cari uang, kerja yang membahagiakan atau sering kita tafsirkan kerja formal. Orang yang kerja di kantor disebut kerja, sedangkan kerja diluar kantor seperti berdagang "tidak disebut kerja tapi usaha". kerja atau usaha sebenarnya merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan sesuatu.
Awalnya kerja itu menjadi dorongan kuat bagi kita untuk menjalaninya, sering kita mengatakan, "saya kerja yang benar jika ini sudah dimulai atau diberikan kepercayaan". janji dalam diri yang sebenarnya tidak perlu diungkapkan. Keadaan ini sudah menjadi bagian dari awal kita memulai kerja. Selalu punya inisiatif dan proaktif untuk memulai pekerjaan itu bahkan kita lupa waktu, yang penting memberi yang terbaik sampai tuntas. Sampai berapa lama hal ini bisa bertahan ..?
Sampai kita merasa cukup. Benarkah begitu ? Ternyata semua keadaan itu terhenti karena kita sudah mulai bosan. Bosan mengerjakan hal yang sama setiap hari dan hasilnya tidak membuat hasi yang bertambah. Selalu ada kaitan dengan kerja lebih pasti harus menambah uang kita. persepsi inilah yang membuat kita mulai "frustasi" karena hasil tidak mengikuti nilai kerja kita. Akhirnya kita pun berhenti untuk melakukan kerja yang lebih baik
Mulai stress ? mulai tertekan dengan beban kerja yang semakin meningkat karena dunia luar menuntu kita kerja lebih agar bisa bertahan. Lalu hasil juga tidak mengikuti. Gaji atau pendapatan hanya naik setahun sekali dan tidak besar, sedangkan kebutuhan dan keinginan kita berlipat ganda. Mulai sering capek dan tak bergairah. Sudah tahu, kok masih diam saja ?
Boleh dong kita berpikir berbeda dari yang ada selama ini. kerja ya kerja dan hasil adalah hasil dari kerja. Sedangkan hasil itu meliputi kebutuhan dan keinginan kita. Bisa jadi hasil kita peroleh saat ini sudah cukup untuk hidup layak. Agar kerja yang maksimal terjadi maka kita pun mesti memiliki ketenangan jiwa dan kesehatan dan hal terkait lainnya. Ini semua dipenuhi oleh hasil yang kita dapatkan yang bukan saja berupa tapi campur tangan Allah untuk mengelola itu semua. Bagaimana jika kita sakit ? apakah kita bisa kerja ? maka tidak sakit itu adalah pemberian Allah alias wujud dari kerja kita dimana Allah memelihara tubuh kita tetap sehat agar kebutuhan hidup kita lebih baik. kalau begitu menjadi lebih sehat itu baik dong ? Maka kerja yang kita lakukan selama ini tidak hanya sekedar mencari uang tapi mengharapkan Allah memelihara kesehatan kita. masihkah kita berpikir kerja itu apa adanya alias tidak mau kerja yang lebih baik lagi ? Bangun diri kita dengan sehat yang luar biasa agar kerja yang luar biasa dan hasilnya Allah berikan yang lebih baik (barokah). Apa barokah itu ? Uang yang kita terima dari hasil kerja bisa menenangkan diri sehingga kita tidak dibalas oleh Allah dengan azab berupa keluarnya uang untuk hal-hal yang tidak kita duga. Uang bisa sama setiap bulan tapi saat kita dapat barokah maka uang itu terasa dicukupkan.
jadi kita mulai berpikir bahwa kerja itu bukan sekedar cari uang, tapi kerja itu mesti semakin hari ditingkatkan agar nilai barokah Allahnya semakin tinggi. Kehidupan kita dicukupkan ...
teruslah kerja yang membuat Allah tersenyum dan senyuman Allah itu membuat kita semakin beriman. kerja aja susah, apalagi tidak kerja. kerja semakin baik itu sangat berat, apalagi kerja yang tidak lebih baik. Selamat bekerja



Makhluk Allah

Banyak hal yang sudah kita ketahui, tapi tak banyak yang kita ikuti dan bahkan kita mengikuti yang belum kita ketahui dan mencari hal yang menarik. Apa yang sudah kita miliki dan belum dimaksimalkan tapi kita sudah mulai bosen dan ingin meraih yang lain, banyak menambah kualitas dan kuantitas.
Yang sudah punya motor, sebelum ada keinginan membeli mobil. Kemana-mana kita menggunakan motor yang ada. Kita rawat dan selalu dijaga penampilannya karena hanya dengan motor itu kita bisa mencari rezeki. Dan kita bangga memiliki motor itu dan bilang ke semua orang,"motor ini berjasa dan jantung kehidupan saya. Hemat lagi. Kalau hujan saya masih bisa menggunakan jas hujan". Dan yang lebih hebat lagi ... "saya sehat dengan motor ini".
Lalu ada apa dengan mobil ? Karena melihat orang lain pakai mobil, "kok enaknya. Nggak panas dan nggak kena hujan" Inilah barang kali dorongan untuk memiliki mobil dengan ditambah karena gengsi dan ingin membahagiakan keluarga. Jadi deh mau beli mobil. Tapi belum punya mobil. Apa yang terjadi pada diri kita, maka kita sudah mulai stress dengan beban pikiran ingin memiliki mobil, antara fakta belum punya uang dan impian untuk nyaman dalam hidup.
Keadaan ini membuat kita tidak bisa berpikir jernih, jalan pintas adalah membeli mobil dengan kredit. Ada tawaran pula bahwa DPnya murah dan cicilan lumayan. Artinya kita sudah harus berhutang untuk membeli mobil, lalu bagaimana dengan makan, dan kebutuhan lainnya. Bukankah jadi ikut berkurang .... ? Ditambah lagi nanti untuk menjalankan mobil butuh uang bensin dan perawatan, parkir dan jajanan saat mobil parkir di mall dan sebagainya. Mau juga mobilnya dibagusin dengan asesoris. Tidakkah kita berpikir semua itu karena kita sudah menjadi hambanya nafsu. Nafsu hanya mengarahkan kita menuju yang enak aja dan Nafsu tidak bisa memenuhinya ... kita aja yang mau mengikutinya. Dan akhirnya Nafsu tidak memberikan kebaikan apa-apa, jika kita terpuruk maka kita sendiri aja yang menanggungnya
Renungkan sesaat, kita ini adalah makhluk Allah, Allah yang menciptakan dan Dia pula yang memeliharaNya. Bahkan Allah juga memberi petunjuk dan siap membimbing kita untuk kehidupan yang lebih baik di dunia dan di akhirat. Kalau begitu mengapa kita tidak menjadi makhluk Allah saja ? Bukankah Allah mendengar curhatan makhlukNya, melihat makhlukNya selama 24 jam sepanjang usia kita. Bukankah Allah juga mengabulkan doa kita. Apa lagi ya ? Allah pula yang menerima kita yang sering salah dan Allah siap menerima taubat kita. Jalan yang Allah berikan adalah sederhana yaitu ikuti petunjukNya dan Allah siap membimbing dengan ikhlas. Dan yang luar biasa hasilnya diberikan kepada kita di dunia dan di akhirat. Jika kita ingin tambah uang, maka Allah mengajarkan kita berinvestasi ibadah dan sedekah. Tapi kita malah mencari uang dengan kerja yang luar biasa dengan sering mengabaikanNya. Ayo kita tanamkan agar kita tidak menjadi fasik karena keluar dari petunjuk Allah dan bahkan berlaku zalim terhadap kita sendiri dengan mengabaikan hak-hak tubuh ini (pikiran, tubuh, perasaan dan hati) untuk menghadap Allah. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang yang fasik dan zalim. Insya Allah kita diberikan hidayah untuk menjadi semakin baik


Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...