Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri
Tampilkan postingan dengan label syukur. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label syukur. Tampilkan semua postingan

Sabtu, Maret 22, 2025

Membuat ukuran bersyukur

 Semangat pagi semuanya. Insya Allah selalu dilimpahkan ilmu yang mengantarkan solusi bagi permasalahan yang dihadapi. Aamiin

Hari ini, saya menulis tentang ukuran bersyukur. Yang ada dibenak kita adalah apa iya bersyukur bisa diukur. Semua yang terkait dengan ukuran selalu kepada angka. Mau pakai nilai berapa untuk bersyukur dengan maksimal 10 atau 100 atau lainnya, bagaimana saya tahu nilainya yang kesesuaiannya dengan faktor bersyukur. Kayaknya tidak mudah dilakukan. Begitu awalnya, tapi saya memberanikan diri untuk  berpikir yang mudah dan sederhana saja.

Yang pertama saya membuat ukuran bersyukur itu hanya untuk diri saya sendiri, karena setiap orang memiliki ukurannya sendiri. Soal angka adalah dibuat hanya untuk mengukur dan membandingkan dengan sebelumnya. Misalnya saya menulis bersyukur saya hari sebelumnya dengan angka 6. Angka 6 itu pasti mengacu kepada beberapa faktor yang saya lakukan. Lalu hari ini saya bisa mengukur dengan logika saya, ternyata beberapa faktor yang saya lakukan meningkat sehingga saya memberi nilai 6 ,5 dalam bersyukur. Sekali lagi angka ini adalah acuan untuk melihat perubahan dalam diri sendiri sehingga saya mampu untuk meningkatkan apa yang bisa saya lakukan (dalam bersyukur). Setiap orang bisa membuat sendiri ukurannya.

Misalkan saya ingin menentukan beberapa parameter bersyukur itu dari hal berikut ini :

  • Output (hasil bersyukur) 
    • Pendapatan saya
    • Peluang mendapatkan pendapatan
    • Kesehatan
    • Motivasi
    • ketenangan pikiran (hati)
    • dan banyak hal lain
  • Input dan proses bersyukurnya (apa yang ingin saya syukuri - apa yang dikerjakan)
    • Peningkatan nilai nikmat dengan meningkatkan optimalisasinya
    • Peningkatan pemahaman agama agar mampu bersyukur
    • Melakukan peningkatan kualitas atau kuantitas nikmat
    • dan banyak hal lain
Sebagai contoh adalah saya bersyukur dengan mengukur dari hasil bersyukur (output), yaitu kesehatan dan motivasinya. Maka saat saya memulainya, saya mesti membuat nilainya. Disisi lain saya juga mesti melihat nikmat Allah yang saya miliki, saya memiliki rumah di komplek yang memilik suasana nyaman (tidak ramai dan tertutup), saya memasak sendiri makanan saya dan bisa menambahkan yang lain tentang hal ini. 
Saya tulis kembali hal di atas :
Nikmat
- saya tinggal di komplek dan suasana nyaman
- saya memasak sendiri
Output yang diukur adalah
- kesehatan
- motivasi
Maka apa yang lakukan dengan bersyukur ? Inilah proses dalam memanfaatkan nikmat menjadi bernilai tambah. Misalkan 
- Makan dengan memasak yang sehat dimana selalu ada sayur setiap makan
- Berolahraga
- Membaca wawasan tentang makanan sehat dan olahraga
- Berteman dengan orang yang sehat-sehat, sering berada dalam lingkungan orang yang makan sehat.
- Berolahraga bersama teman
Selanjutnya saya menentukan setiap nilai dari nikmat mulai hari ini, bisa saja saya mulai dengan angka 3 atau 4, karena saya belum melakukan proses. Saya siapkan catatan atau buku untuk membuat nilainya setiap hari. Persoalan yang tidak mudah yang dihadapi adalah mencatat nilai-nilai itu ke dalam catatan yang sudah saya siapkan. Awalnya mudah karena masih ada motivasi yang tinggi, dan hati-hati selanjutnya banyak hal yang membuat semua mencatat itu berhenti.
Hari ini saya melakukan olahraga pagi hari di lingkungan komplek selama 30 menit. Artinya saya sudah berproses dalam bersyukur. lalu abis olahraga saya minum air putih yang cukup dan selanjutnya makan pagi tidak berat hanya minum jus. Adakah perubahan ? Ya. Tindakan bersyukur atas nikmat keadaan sebelumnya menjadi lebih baik, berolahraga dan minum jus.  bagaimana dengan hasil bersyukurnya (output) ? Tadi saya menentukan parameternya adalah motivasi dan kesehatan. Apa yang saya rasakan di hari pertama ? Saya merasakan motivasi meningkat dan kesehatan sedikit lebih baik. Dan menjadi lebih berdampak setelah melakukan bersyukurnya seminggu, maka alangkah baiknya waktu pengukurannya setiap minggu. Setelah 1  Minggu, saya bisa memberi catatan nilainya naik. Yang awalnya saya mencatat dengan nilai 3, maka minggu pertama saya nilai dirinya sekarang (setelah 1 Minggu) adalah 3,25. Dengan cara ini saya dapat mengukur tingkat perubahan bersyukur saya. 

Buat apa sih semua itu ? karena saya membuat ukuran, maka saya bisa menandakan diri saya dimana. Dengan tahu nilai saya sendiri, maka saya tahu saya mau kemana dan apa yang mesti saya lakukan (perbaikan/koreksi). Saya bisa menjadi dari satu keadaan menjadi keadaan berikutnya yang semakin baik, kalaulah tidak lebih baik maka saya tahu apa yang harus dilakukan. Bayangkan dari minggu ke minggu dan dari bulan ke bulan, Saya bisa terdorong dan bisa menjadi orang yang semakin sehat dengan pendukung ilmunya. Tahu tentang kesehatan dan cara meningkatkannya. Sebagai orang yang beriman, tentulah semua apa yang saya lakukan pasti terkait dengan kehendak Allah. Oleh sebab itu saya juga mesti menyakinkan bahwa sehat itu menjadi modal juga dalam beriman, apa iya saya tidak sehat bisa mudah dalam beribadah dengan benar. Jangan pernah tidak melibatkan Allah dalam setiap kebersyukuran (sehat) dengan iman dan berdoa agar selalu dalam kehendaknya. 





Bersyukur itu tidak sekedar berterima kasih saja, ada yang mesti ditingkatkan atas nikmat yang kita terima agar menjadi nikmat bernilai plus. Perlu memahami bersyukur itu dengan hati dan pikiran, belajarlah terus dengan ilmu yang benar. Jika tidak dilakukan, maka kita merasa "bosan" bersyukur, karena begitu-begitu aja. Hiduplah dengan dinamis dalam bersyukur yang selalu berubah semakin baik setiap hari.

Insya Allah kita semua diberi ilmu dan kemampuan untuk bersyukur. Engkau yang Maha syukur, kami mesti beriman kepadaMu. Kamu yakin rasa bersyukur yang Maha itu dapat memberi kami ilmu bersyukurnya dan Engkaulah yang memiliki kekuatan untuk bersyukur ... limpahkan kekuatan itu agar kami pun mampu bersyukur kepadaMU. Aamiin
Sahabatmu


  

Sabtu, Oktober 24, 2015

Kok bisa

Kalimat pendek itu seringkali muncul, "ya kok saya bisa begini ?" Atau kalimat itu bisa tertuju kepada orang lain juga. Seakan bertanya atas hal yang tidak umum terjadi atau peristiwa yang tidak diduga terjadi.
Begitulah kita yang saat ingat memunculkan banyak pertanyaan yang mengajak kita bisa menentukan mana yang baik dan mana yang buruk. Kondisi ini bisa terjadi karena kita tidak sadar dengan kejadiannya, kok bisa nggak sadar ? Iya lah karena kita tidak fokus dan tidak menjalankan dengan hati (hanya fisik yang dirasakan atau dilihat bekerja). Makanya saat hati tersentuh barulah kita menyadari apa yang kita kerjakan atau apa yang kita lihat.
Selain itu "kok bisa ....." Bisa muncul karena kita melakukan sebuah aktivitas rutin atau melihat aktivitas rutin sehingga tidak mampu merasakan apa-apa lalu di saat hati tersentuh barulah kita sadar dan berkata kok bisa ya ?
Begitulah bahwa kesadaran itu membawa kita kepada keadaan yang semakin baik lewat hati. Dan seakan tidak percaya "kok bisa ?". Kesadaran itu didorong oleh kekuatan dan kekuasaan Allah sehingga kita pun berkata,"kok bisa ya ". Seolah tidak percaya.
Mari sikapi hal seperti itu dengan rasa syukur yang luar biasa sebagai bukti bahwa kita itu tidak memiliki kekuatan apa pun kecuali kekuatan dari Allah. Rasa syukur itu dengan memelihara kesadaran itu dengan meneruskannya lewat amal-amal saleh yang Allah rahmati sehingga hati selalu terjaga.

Jumat, Agustus 28, 2015

Syukur dengan kerja yang apa adanya bukan yang diinginkan

Pada saat kita sudah memiliki sesuatu berupa benda atau apapun, hanya digunakan sesaat saja dan seiring waktu tidak menarik lagi serta bahkan tidak digunakan lagi. Contoh saat membeli kamera, diawal begitu luar biasa digunakannya dan hampir setiap momen digunakan. Bagaimana setelah satu bulan ? Makin jarang digunakan dan setelah dua bulan menjadi pajangan yang disimpan. Begitu juga saat beli sepeda, saat beli tv baru yang canggih yang awalnya membeli fitur canggih tapi akhirnya hanya menonton seperti tv biasa, dan banyak lagi.
Memang ada beberapa barang yang kita gunakan terus-menerus, tapi tidak banyak. Apakah artinya semua yang jarang kita pakai itu mubazir ? Mungkin iya jika beli dengan cicil. Memaksa beli tanpa kemampuan yang bisa diartikan sebagai memenuhi emosional saja.
Lalu apa yang harus kita perbuat ? Mulailah belajar menyadari apa yang kita miliki dan belajar dengan ilmu agar mampu memanfaatkan apa yang kita miliki. Contoh, sepeda yang kita miliki bukankah kita mesti menggunakannya semaksimal mungkin tidak hanya untuk berolahraga tapi digunakan untuk keperluan lain. Seperti berbelanja, bersilaturahmi dan sebagainya. Bukankah semua itu dikerjakan bisa memberi kebaikan bagi kita. Untuk semua itu kita perlu fasilitas agar sepeda itu bermanfaat seperti  helm, masker, dan asesoris lainnya. 
Contoh lain, seseorang membeli smartphone yang bisa menulis (note) karena terpikir oleh pembeli untuk selalu menulis dan bisa menulis dimana saja dan tidak bergantung kertas/pulpen. 
Tapi fakta menunjukkan bahwa kita lebih banyak bermimpi yang lebih lagi dan meninggalkan atau jarang menggunakan lagi. Punya sepeda memunculkan keinginan pengen motor, punya note memunculkan keinginan membeli note terbaru dan sebagainya.
Terkadang qpa yang sudah kita miliki dan disimpan cenderung rusak atau tidak berfungsi normal atau bqhkan rusak. Bisa jadi hal ini merupakan peringatan untuk menggunakannya dengan maksimal. Dan tidak itu saja bahwa kondisi ini pun mengingatkan untuk tidak terlalu bernafsu untuk memiliki yang belum dipunyai .... 
Ada yang bisa kita renungkan, jika kita memanfaatkan sepeda dengan maksimal maka rasa syukur kita menjadi benar ... Dan Insya Allah kita siap dimampukan dan mampu menerima nikmat berikutnya berup motor, atau dengan kita pun siap dengan note terbaru karena begitu banyak membantu kita dalam menulis yang banyak dan cepat.
Marilah bersyukur dengan memaksimalkan pemakaian apa yang kita miliki agar Allah membalasnya dengan nikmatNya Bukan bersyukur dengan cara menerima apa adanya tanpa banyak berbuat banyak terhadap apa yang kita miliki.
Jadikan apa yang kita miliki untuk memotivasi diri agar kita menjadi hidup semakin baik dan diberkahi.


Senin, Januari 26, 2015

No Action = 0

Judul diatas ingin memberi tahu No Action atau tidak beraktivitas sama sekali = 0, benarkah ? Bisa ya dan bisa juga tidak. Jawaban ya, bagi mereka yang menyakini bahwa jika tidak beraktivitas maka pastilah tidak ada hasil. Tapi dalam kondisi yang lain terjadi bahwa ada orang yang mendapatkan sesuatu tanpa pernah melakukannya. Lalu kok bisa ? 
Itulah rahmanNya Allah dalam memelihara dan menjaga makhlukNya, diminta maupun tidak diminta  kasih sayang Allah selalu ada. Ingat bahwa semua itu tidak terjadi begitu saja dan tidak bisa berulang-ulang. Hal ini unutuk menguji kita untuk selalu ingat kepada Allah swt atau apakah kita bersyukur dengan pemberian tadi yang langsung Allah berikan atau pemberian itu atas doa orang lain terutama orang tua.
ya atau tidak, sepantasnya kita selalu bersyukur atas kehidupan hari ini. Amal shaleh kita adalah ukuran seberapa besar rasa bersyukur kepada Allah. Amal shaleh adlah segala aktivitas yang baik buat kita dan semua orang yang sesuai dengan petunjuk Allah. Just do it Now or never.

Featured post

Dari Mata turun ke pikiran

 Salam bahagia selalu, merasa bahagia itu penting dan membuat diri kita menjadi semakin bahagia. Insya Allah imajinasi dan apa yang kita lih...