Semangat pagi semuanya. Insya Allah selalu dilimpahkan ilmu yang mengantarkan solusi bagi permasalahan yang dihadapi. Aamiin
Hari ini, saya menulis tentang ukuran bersyukur. Yang ada dibenak kita adalah apa iya bersyukur bisa diukur. Semua yang terkait dengan ukuran selalu kepada angka. Mau pakai nilai berapa untuk bersyukur dengan maksimal 10 atau 100 atau lainnya, bagaimana saya tahu nilainya yang kesesuaiannya dengan faktor bersyukur. Kayaknya tidak mudah dilakukan. Begitu awalnya, tapi saya memberanikan diri untuk berpikir yang mudah dan sederhana saja.
Yang pertama saya membuat ukuran bersyukur itu hanya untuk diri saya sendiri, karena setiap orang memiliki ukurannya sendiri. Soal angka adalah dibuat hanya untuk mengukur dan membandingkan dengan sebelumnya. Misalnya saya menulis bersyukur saya hari sebelumnya dengan angka 6. Angka 6 itu pasti mengacu kepada beberapa faktor yang saya lakukan. Lalu hari ini saya bisa mengukur dengan logika saya, ternyata beberapa faktor yang saya lakukan meningkat sehingga saya memberi nilai 6 ,5 dalam bersyukur. Sekali lagi angka ini adalah acuan untuk melihat perubahan dalam diri sendiri sehingga saya mampu untuk meningkatkan apa yang bisa saya lakukan (dalam bersyukur). Setiap orang bisa membuat sendiri ukurannya.
Misalkan saya ingin menentukan beberapa parameter bersyukur itu dari hal berikut ini :
- Output (hasil bersyukur)
- Pendapatan saya
- Peluang mendapatkan pendapatan
- Kesehatan
- Motivasi
- ketenangan pikiran (hati)
- dan banyak hal lain
- Input dan proses bersyukurnya (apa yang ingin saya syukuri - apa yang dikerjakan)
- Peningkatan nilai nikmat dengan meningkatkan optimalisasinya
- Peningkatan pemahaman agama agar mampu bersyukur
- Melakukan peningkatan kualitas atau kuantitas nikmat
- dan banyak hal lain
Sebagai contoh adalah saya bersyukur dengan mengukur dari hasil bersyukur (output), yaitu kesehatan dan motivasinya. Maka saat saya memulainya, saya mesti membuat nilainya. Disisi lain saya juga mesti melihat nikmat Allah yang saya miliki, saya memiliki rumah di komplek yang memilik suasana nyaman (tidak ramai dan tertutup), saya memasak sendiri makanan saya dan bisa menambahkan yang lain tentang hal ini.
Saya tulis kembali hal di atas :
Nikmat
- saya tinggal di komplek dan suasana nyaman
- saya memasak sendiri
Output yang diukur adalah
- kesehatan
- motivasi
Maka apa yang lakukan dengan bersyukur ? Inilah proses dalam memanfaatkan nikmat menjadi bernilai tambah. Misalkan
- Makan dengan memasak yang sehat dimana selalu ada sayur setiap makan
- Berolahraga
- Membaca wawasan tentang makanan sehat dan olahraga
- Berteman dengan orang yang sehat-sehat, sering berada dalam lingkungan orang yang makan sehat.
- Berolahraga bersama teman
Selanjutnya saya menentukan setiap nilai dari nikmat mulai hari ini, bisa saja saya mulai dengan angka 3 atau 4, karena saya belum melakukan proses. Saya siapkan catatan atau buku untuk membuat nilainya setiap hari. Persoalan yang tidak mudah yang dihadapi adalah mencatat nilai-nilai itu ke dalam catatan yang sudah saya siapkan. Awalnya mudah karena masih ada motivasi yang tinggi, dan hati-hati selanjutnya banyak hal yang membuat semua mencatat itu berhenti.
Hari ini saya melakukan olahraga pagi hari di lingkungan komplek selama 30 menit. Artinya saya sudah berproses dalam bersyukur. lalu abis olahraga saya minum air putih yang cukup dan selanjutnya makan pagi tidak berat hanya minum jus. Adakah perubahan ? Ya. Tindakan bersyukur atas nikmat keadaan sebelumnya menjadi lebih baik, berolahraga dan minum jus. bagaimana dengan hasil bersyukurnya (output) ? Tadi saya menentukan parameternya adalah motivasi dan kesehatan. Apa yang saya rasakan di hari pertama ? Saya merasakan motivasi meningkat dan kesehatan sedikit lebih baik. Dan menjadi lebih berdampak setelah melakukan bersyukurnya seminggu, maka alangkah baiknya waktu pengukurannya setiap minggu. Setelah 1 Minggu, saya bisa memberi catatan nilainya naik. Yang awalnya saya mencatat dengan nilai 3, maka minggu pertama saya nilai dirinya sekarang (setelah 1 Minggu) adalah 3,25. Dengan cara ini saya dapat mengukur tingkat perubahan bersyukur saya.
Buat apa sih semua itu ? karena saya membuat ukuran, maka saya bisa menandakan diri saya dimana. Dengan tahu nilai saya sendiri, maka saya tahu saya mau kemana dan apa yang mesti saya lakukan (perbaikan/koreksi). Saya bisa menjadi dari satu keadaan menjadi keadaan berikutnya yang semakin baik, kalaulah tidak lebih baik maka saya tahu apa yang harus dilakukan. Bayangkan dari minggu ke minggu dan dari bulan ke bulan, Saya bisa terdorong dan bisa menjadi orang yang semakin sehat dengan pendukung ilmunya. Tahu tentang kesehatan dan cara meningkatkannya. Sebagai orang yang beriman, tentulah semua apa yang saya lakukan pasti terkait dengan kehendak Allah. Oleh sebab itu saya juga mesti menyakinkan bahwa sehat itu menjadi modal juga dalam beriman, apa iya saya tidak sehat bisa mudah dalam beribadah dengan benar. Jangan pernah tidak melibatkan Allah dalam setiap kebersyukuran (sehat) dengan iman dan berdoa agar selalu dalam kehendaknya.



Bersyukur itu tidak sekedar berterima kasih saja, ada yang mesti ditingkatkan atas nikmat yang kita terima agar menjadi nikmat bernilai plus. Perlu memahami bersyukur itu dengan hati dan pikiran, belajarlah terus dengan ilmu yang benar. Jika tidak dilakukan, maka kita merasa "bosan" bersyukur, karena begitu-begitu aja. Hiduplah dengan dinamis dalam bersyukur yang selalu berubah semakin baik setiap hari.
Insya Allah kita semua diberi ilmu dan kemampuan untuk bersyukur. Engkau yang Maha syukur, kami mesti beriman kepadaMu. Kamu yakin rasa bersyukur yang Maha itu dapat memberi kami ilmu bersyukurnya dan Engkaulah yang memiliki kekuatan untuk bersyukur ... limpahkan kekuatan itu agar kami pun mampu bersyukur kepadaMU. Aamiin
Sahabatmu
No comments:
Post a Comment