Semangat pagi dan salam bahagia selalu. Hari ini saya menulis judul di atas untuk menggali lebih tentang alasan seseorang bekerja dan mampu menyikapinya dengan kerja yang produktif.
Mungkin ada yang menafsirkan beban kerja itu mengacu pada jumlah pekerjaan yang ditugaskan atau diharapkan dari seseorang dalam jangka waktu tertentu. Ini mencakup berbagai tugas, kegiatan, dan tanggung jawab. Tapi hal ini saya membahas dibalik seseroang itu bekerja. Apa yang ada dalam pikirannya sebelum kerja kadang membuat seseroang tidak mampu bekerja dengan produktif. Pikiran sebelum kerja itulah yang menjadi bebannya.
Ini adalah self talk terjadi pada diri seseorang yang terus membayangi dalam bekerja. Yang pertama adalah alasan dia bekerja. Bisa saja alasan dia bekerja itu dapat memberatkan atau meringankan saat bekerja. Ada beberapa alasan seseorang bekerja :
1. Tuntutan ekonomi dirinya dan keluarga. Dalam hal ini seseorang hidup terlihat lebih baik dan menjaga kehidupan di hari tua.
2. Menjaga citra diri atau status sosial agar diterima di lingkungan. "Saya bukan pedagang, tapi karyawan perusahaan terkenal".
3. Sesuai passion atau hobby atau sesuai ilmunya.
4. Bersyukur karena ada ilmu, kemampuan dan ingin berbagi
dan ada banyak alasan lainnya.
Dari alasan itu, banyak orang bekerja karena alasan 1 seperti terpaksa sebagai bentuk tanggung jawab memenuhi kebutuhan diri dan keluarga. Dalam perjalanan bekerjanya, keadaan ini menjadi beban dan mempengaruhi kualitas kerja. Jika seseorang memiliki sikap positif, maka dalam bekerja menjadi produktif. Dia jadikan alasan kerja sebagai motivasi. Apa yang dipikirkannya ? Adalah kebutuhan ekonomi diri dan keluarga ... ujung-ujungnya uang atau gaji. Inilah yang menjadi fokusnya. Karyawan seperti ini terus bekerja untuk lebih baik dan sangat berharap hasilnya bagus. Ternyata ada beberapa orang mendapatkan hasil yang tidak sesuai harapan, padahal dia bilang saya sudah bekerja maksimal. Gajinya tidak pernah mencukupi. Setelah lama bekerja, mereka ini suka kecewa dan mengeluh karena selalu menganggap kurang gajinya ... dan kinerjanya menurun. Dia bekerja apa adanya. Awalnya bersikap positif jadi tidak positif lagi, karena alasan "percuma juga saya kerja maksimal dan hasilnya begitu-begitu saja". Hasil yang didapat terekam dalam memorinya dan menjadi sebuah paradigma baru (tanpa disadarinya) yang merubah sikapnya menjadi tidak positif.
Kisah di atas membuat orang itu merasa terbebani dalam bekerja. Dampaknya sangat buruk dan di dalam setiap perusahaan banyak orangnya. Ada yang senior sampai yang 1 tahun bekerja. Kadang dari karyawan baru mampu melihat itu dan sangat dipengaruhi oleh karyawan lama. "karyawan baru ikut lingkungan aja biar tak jadi masalah". Semua ini tampak secara kasat mata tapi terjadi, dari mana tahunya ? Kinerja karyawannya tidak lebih baik. Kalaupun ada peningkatan kinerja perusahaan lebih karena cara atasan atau perusahaan "memaksa" melakukan banyak hal untuk mencapai target.
Alasan yang kedua (2), tidak lebih baik juga. Karena mereka yang bekerja tidak fokus kepada pekerjaannya. Berusaha terlihat kerja (yang penting kerja) ... dan kinerjanya hanya on kalau dilihat atau dipaksa. Bagi karyawannya tidak ada masalah, karena dia sudah mendapatkan statusnya. Orang ini menjadi beban bagi yang lain dalam satu teamnya.
Alasan ketiga (3) nyaman buat yang bekerja. Biasanya orang ini menjadi penting dalam perusahaan. karyawan begitu fokus untuk bekerja yang berkualitas. Tapi biasanya lemah dalam hal disiplin atau hal lainnya. Sukanya dimaafin karena dia menjadi orang penting. Bagi perusahaan sih baik, tapi merusak budaya yang tidak baik kepada karyawan lain. Bekerja dengan passion tidak menjadikan beban bagi dirinya dalam bekerja. Bekerja dengan tenang dan menyenangkan, dan kinerjanya pun bagus.
Alasan keempat (4) adalah orang yang dibutuhkan oleh banyak perusahaan. Hanya sedikit orang memiliknya. Bisa karena memang karakternya yang baik, atau bisa juga karena perubahan yang terjadi pada diri orang itu karena sesuatu. Karyawan ini bekerja tanpa beban dan sangat senang menajalani pekerjaannya.
Terus kita ada dimana ? Tak perlu dicari-cari yang mana. Kita pasti tahu kita berada dimana. Bisa jadi awalnya memang alasan nomer satu. Abis kerja atau kuliah ya bekerja cari uang untuk hidup. Ini adalah motivasi awal dalam bekerja yang berorientasi kepada gaji (uang). Sebagai manusia dengan dinamis, maka kemampuan dan pengalaman yang terus berubah. Dengan demikian mestinya terjadi juga pada alasan kita bekerja. Hal ini merupakan perusahan sikap positif. Sikap positif itu ada karena reaksi terhadap sikap negatif yang muncul karena hasl yang tidak sesuai harapan.
Gaji kurang ? berpikir positifnya, gaji kan hasil kualitas kerja. Maka dari diri hadir sikap "kalau begitu kerja yang berkualitas dan berkuantitas agar mendapatkan gaji lebih besar" Sikap negatifnya bisa saja kita beranggapan, "nggak naik gaji karena bos nya pelit". Bagaimana cara merubahnya ? Kita mesti memperlihatkan kinerja yang bagus dalam bentuk laporan atau kerjanya yang hebat.
Kalaulah kita juga belum terlihat oleh perusahaan, maka kualitas dan kuantitas kerja itu kan ditentukan oleh ilmu, kemampuan dan jaringan kita. Ilmu yang luar biasa mengantarkan kepada kita kepada kualitas kerja yang sangat luar biasa. Tapi dalam hal ini jangan juga kita sombong, lebih baik ikhlas mengerjakannya. Hasilnya memperlihatkan kita dengan jelas ... mampu mengerjakan dengan cepat atau mampu mengerjakan dengan nilai tinggi (melebihi harapan). Kita menjadi orang penting dan dibutuhkan. Saat ilmu bertambah, maka kemampuan pun bisa meningkat. Kemampuan membuat kita terampil untuk mengerjakan banyak pekerjaan. Bisa ini dan bisa itu. Semua orang suka dengan kita, ada ilmu dan kemampuan. Apalagi ? Jaringan, dengan ilmu dan kemampuan bisa saja kita membantu orang lain dalam satu team dan juga membantu team lain. Ini merupakan perubahan alasan menjadi nomer 4. Apa yang terjadi ? Semua orang dalam team dan team lain sangat menginginkan kita. Disinilah kita bersyukur dan berbagi. Masak sih kita tidak terlihat ? Pasti ada yang tidak suka dengan kita, hanya beberapa orang saja. Tapi teruslah menjaga sikap positif ini. Bila perlu kita menguji dirinya apakah kita orang yang dibutuhkan atau tidak ? Misalkan dengan fokus pada diri sendiri aja.
Kalau gaji kurang, maka kita dapat belajar ilmu dan meningkatkan kemampuan. Lalu apakah ada waktunya ? apakah kita bisa ? Disinilah kita mesti ingat yang di atas (Allah). Semua terjadi karena kehendakNya dan yang punya kan memang Allah. Maka dari itu semestinya kita menjadi hamba taat kepada Allah, berdoa memohon ilmu dengan usaha senang masalah (bersama kesulitan itu ada kemudahan. ada hikmah dan ilmunya) dan memohon diizinkan dengan terus mengabdi lewat kerja hanya kepada Allah. Langkah ini menjadi yang terpenting, bukankah kita sering berdoa memohon rezeki, diantara rezeki itu adalah gaji kan ? Lalu dengan rezeki sekarang kita bersyukur dan berbagi (infaq), maka selanjutnya Allah tambah ilmu dan kemampuan agar gajinya naik dan seterusnya. Yang lain dari rezeki itu adalah teman, atasan dan juga kesehatan, maka upayakan rezeki itu bertambah dengan menjaga hubungan dan meningkatkan kesehatan.
Sahabatmu
No comments:
Post a Comment