Tulisan ini melihat sisi lain dari tulisan sebelumnya, melihat apa yang dimiliki. Judulnya saya ambil bersyukur melihat nikmat. Umumnya bilang,"bersyukur dengan yang ada" tapi kenyataannya tidak banyak orang bisa melihat yang ada. Maka bersyukurnya menjadi terhambat. Orang cenderung bersyukur kalau menerima. Bagaimana caranya ? Ya, memanfaatkan apa yang diterima dengan baik untuk kepentingan sendiri, kalau ada lebih barulah ditabung atau disimpan. Keadaan ini belum mencerminkan bersyukur yang lebih luas, bersyukur bukan saya menerima saja, tapi menjadi bertambah nikmatnya jika mengoptimalkan apa yang dimiliki.
Saya fokus dengan syukur yang memanfaatkan apa yang dimiliki (nikmat yang Allah berikan) menjadi tambah nilainya. Dalam petunjuk Allah disebutkan bahwa nikmat Allah itu banyak dan tidak bisa kita hitung. Tetapi dalam kenyataannya, kita masih bisa menghitung nikmat Allah itu. Apalagi saat kita memiliki tujuan masa depan, seolah mata dan pikiran itu selalu tertuju kepada apa yang tidak kita miliki. Disini banyak orang selalu mengadakan apa yang tidak dimiliki untuk ada agar tujuannya dicapai. Bayangkan konsep berpikir dalam bersyukur, "Jika bersyukur ditambah nikmatNya, dan tidak bersyukur tunggu azabNya". Untuk bertambah nikmatnya, maka kita mesti bersyukur ... bersyukur dengan yang ada, nikmat yang Allah telah berikan. Disini bersyukur itu mendorong kita untuk mengoptimalkan yang ada (nikmat sekarang). Misalkan bisnis kue, pertama adalah kemampuan membuat kuenya. Memiliki kemampuan yang konsisten membuatnya karena ada waktu. Kemudian membuat kue dalam jumlah tertentu agar memampukan diri untuk berjualan. Kemampuan salesmen dan marketing semakin bagus. Ketiga dengan kemampuan berikutnya meningkatkan produksi dan memasarkan dengan jarringan yang lebih luas. Tahapan ini merupakan bersyukur dengan apa yang ada. Pertama adanya kemampuan membuat, kedua kemampuan menjual dan ketiga kemampuan berkembang. Dalam banyak kasus, orang berbisnis kue dengan cara produksi yang banyak tanpa mempersiapkan kemampuan dasar yang bertahap.
Dalam bersyukur seringkali kita melalaikan apa yang sudah kita miliki (nikmat Allah), yang bisa berupa fisik dan non-fisik. Bisa jadi nikmat Allah itu belum terlihat karena memang kita tidak fokus. Semakin sering tidak fokus membuat kita semakin tidak mampu melihatnya. Ini adalah karena ada nafsu, adanya keinginan atau tujuan. Nafsu inilah yang menutupi melihat nikmat. Mata sih lihat tapi hati yang tidak mampu memaknainya nikmat itu. Insya Allah nikmat itu bisa dilhat dengan hati (dengan izin Allah). Sekali lagi nafsu ada, maka Allahlah tertutupi. Ingin mampu melihat nikmat Allah, ya mesti menghadirkan Allah di hati. Kendali hati mampu meredam nafsu sehingga nikmat itu terlihat. Kalau sudah terlihat, menjadi lebih sempurna dengan membaca petunjuk (ayat-ayat) Allah. Yang kita dapati adalah kita diajak untuk merenung nikmat Allah, kita diberi tahu cara bersyukurnya dan kitapun diberi tahu manfaat (kebaikan) dari nikmat Allah.
Kok ada yang bisa "bersyukur" yang tidak dekat kepada Allah ? Nikmatnya bertambah dengan bersyukur karena ada ilmunya. Tetapi orang seperti ini hanya fokus kepada dunia. Bayangkan kita yang dekat dengan Allah dan memiliki ilmu ??? Insya Allah inilah yang idealnya kita berproses menjadi semakin baik. Insya Allah kita dibimbing dan diberi rahmat dari sisi Allah. Aamiin
Sahabatmu
No comments:
Post a Comment