Salam bahagia selalu, Insya Allah kebahagiaan itu menjadi bagian kita dalam bekerja. Aamiin
Apa yang kita pikirkan ? masih dominan tentang kerja. Kerja yang menentukan gaji kita dan seberapa cukupnya untuk kehidupan kita. Kerja selalu menjadi perhatian setiap orang dan telah menyita banyak waktu dalam hidup seseorang. Mulai dari persiapan kerja sampai waktu pulangnya. Kerjanya sih jam 08:00 tapi banyak orang sudah berangkat dari rumah sejak jam 06:00 atau bahkan lebih awal. Begitu juga dengan pulangnya, pulang ya sih jam 05:00 tapi bisa nyampe rumah jam 19:00 atau lebih malam. Itulah yang terjadi, dan Masih ada waktu yang tidak banyak untuk menikmati hidup. Ada yang melewatinya dengan semangat dan senyumannya, tapi disisi lain ada yang senyumnya tak terlihat sekali. Kerja yang dijalani sangat mempengaruhi senyuman dan semangat mereka yang bekerja.
“Kerja Kok Nggak Ada Senyumannya ? Emangnya Kerja Buat Apa ?” yang mengangkat sisi psikologis, spiritual, dan sosial dari fenomena kurangnya senyum di tempat kerja. Di banyak kantor, suasana kerja sering kali terasa berat. Wajah-wajah karyawan tampak tegang, serius, bahkan murung. Senyum menjadi barang langka, seolah hanya muncul saat gajian atau libur panjang. Padahal, kerja adalah bagian besar dari hidup kita. Kalau dijalani tanpa senyum, tanpa semangat, lalu sebenarnya kita kerja buat apa?
Pertanyaan ini mungkin terdengar sederhana, tapi menyimpan makna yang dalam. Apakah kita bekerja hanya untuk menggugurkan kewajiban? Apakah kita merasa tidak layak untuk bahagia karena status kita “hanya karyawan biasa”? Atau mungkin, ada sesuatu yang lebih dalam yang membuat senyum itu sulit muncul?
Apa iya ? Senyum dan Energi Kerja itu saling terkait.
Namun, ketika tekanan kerja tinggi, beban mental berat, dan gaji terasa tidak cukup, senyum bisa menghilang. Bukan karena tidak ingin, tapi karena tubuh dan pikiran sedang dalam mode bertahan. Alam bawah sadar merespon situasi dengan sikap defensif: fokus, diam, dan kadang sinis.
Apakah Gaji Kecil itu mesti tidak bisa tersenyum.
Ini bukan sekadar soal uang, tapi soal persepsi. Ketika seseorang merasa tidak dihargai, tidak cukup, dan tidak berkembang, maka ia akan kehilangan motivasi. Senyum menjadi korban pertama dari kondisi batin yang tidak sehat.
Alam Bawah Sadar dan Respon Spiritual
Tanpa disadari, pikiran negatif tentang pekerjaan dan gaji bisa tertanam dalam alam bawah sadar. Pikiran ini mempengaruhi cara kita berinteraksi, cara kita memandang diri sendiri, dan bahkan cara kita beribadah. Kita menjadi mudah mengeluh, sulit bersyukur, dan merasa hidup tidak adil. Alam bawah sadar ini sangat berpengaruh dalam tindakan kita sehari-hari. Semua ini tanpa disadari. kita sering bertanya-tanya "saya melakukan itu tapi saya maunya beda".
Dalam perspektif spiritual, ini adalah titik yang berbahaya. Allah berfirman bahwa siapa yang bersyukur akan ditambah nikmatnya, dan siapa yang kufur akan mendapat azab. Ketika kita tidak bersyukur atas pekerjaan yang kita miliki, kita menutup pintu rezeki yang lebih luas.
Kerja Sebagai Ladang Ibadah dimana kerja (uang) itu sebagai medianya.
Maka, penting untuk mengubah cara pandang: kerja bukan beban, tapi kesempatan. Senyum bukan tanda kelemahan, tapi kekuatan. Dan gaji bukan satu-satunya ukuran keberhasilan, tapi hanya bagian kecil dari rezeki yang Allah berikan.
Tak salah dan memang semestinya kita Mengembalikan Senyum di Tempat Kerja dan juga di rumah. Awali dengan sadar kepada Allah dan segera ingat kepada Allah.
- Ubah Niat yang selama ini hanya sekedar kerja sebagai cara memenuhi kebutuhan hidup – Niatkan kerja sebagai ibadah dan bentuk syukur atas kesempatan hidup.
- Latih bersyukur – Fokus pada hal-hal yang sudah dimiliki, bukan yang belum. Dengan begitu berlatih untuk memanfaatkan apa yang sudah dimiliki menjadi sebuah nilai plus.
- Bangun Kebersamaan – Ciptakan suasana kerja yang saling mendukung dan menghargai. Baik bersama temen kerja, atasan dan semua yang terlibat dalam kerja. Dan pasti juga kebersamaan dari dukungan keluarga.
- Jaga Kesehatan Mental – Istirahat cukup, hindari overthinking, dan cari waktu untuk refleksi.
- Dekatkan Diri kepada Allah – Dzikir, doa, dan ibadah bisa menjadi sumber ketenangan dan kekuatan.
Kerja tanpa senyum adalah kerja yang kehilangan ruhnya. Kita bukan robot yang hanya menyelesaikan tugas. Kita adalah manusia yang punya hati, punya harapan, dan punya tujuan. Jangan biarkan tekanan dan gaji kecil mencuri kebahagiaan kita. Karena senyum adalah bentuk syukur, dan syukur adalah kunci rezeki.
Jadi, kalau hari ini kamu merasa berat, coba tersenyum. Bukan karena semuanya mudah, tapi karena kamu memilih untuk tetap kuat.
"Kantor bukan hanya tempat bekerja, tapi ruang tumbuh bersama. Di balik tumpukan tugas, ada senyum, tawa, dan semangat yang membuat setiap hari berarti."
Ini perlu kita lakukan agar kita bisa memaknai apa yang kita lakukan selama hidup. Senyuman adalah awal dari segala hal yang kita lakukan di dunia ini, dalam keluarga dan kerja. Terlihat biasa dan kecil, tapi senyum tidak terjadi saat hati tidak bersih atau tidak dekat dengan Allah.
Insya Allah ini mengingatkan kita bahwa ada hal yang perlu diperhatikan dalam setiap aktivitas (kerja). Tidak sekedar kerja, tapi ada senyum yang lebar atau senyum tipis. Inilah cara memberdayakan diri untuk semakin memotivasi diri menjadi semakin baik. Jadikan motivasi ini semakin kuat.
Munir Hasan Basri