Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

proses kerja yang benar pasti hasilnya benar

Dalam keseharian, kita selalu bekerja dan bekerja. Yang penting bekerja, apakah kita berorientasi kepada hasilnya, pasti iya. BUkankah jika orientasi bekerja pada hasil maka kita pengen merubah apa saja ayng kita kerjkan untuk menuju hasil yang sesuai yang kita inginkan.
Hal di atas sudah kita kerjakan dan hasilnyapun sudah sering kita dapatkan. Hasil dan apa yang kita kerjakan ditentukan olej kita sendiri, Harapannya adalah kita mendapatkan hasil kerja yang lebih baik, memberi kebaikan bagi kita sendiri dan mencukupkan kebutuhan kita.
Apa yang terjadi ? Sepanjang tahun hasilnya tidak memberi dampak yang mendorong kita menjadi seamkin baik  Lalu apa yang salah ? Jika kita telusuri maka ada beberapa faktor yang tidak dijalankan dengan sebenarnya. Alias yang salah dengan proses bekerjanya. Karena fokus kita kepada hasil bekerja, kita cenderung tidak menymepurnakan atau mempersiapkan bekerja yang benar, akhirnya kita mengerjakan 2 kali bekerja untuk satu tujuan
Apa bedanya fokus hasil dan proses bekerjanya ? Jika kita fokus kepada hasil maka kita benar-benar mencocokkan proses bekerja untuk meraih hasil yang kita inginkan. Sedangkan fokus kepada proses bekerja, maka kita benar-benar memperisapkan dan menyiapkan segala tenatng proses bekerja, dan hasil sudah pasti mengikuti proses bekerja. Ada kesungguhan untuk mengerjakan dengan benar BUKAN sekedar mengerjakan saja.
Misalkan kita yang ingin mendapatkan hasil kerja (uang Rp 1.000.000), maka kita berkeja sesuai apa yang diperintahkan  (SOP). Jika uang yang inginkan tidak kita dapatkan, maka kita selalu mengubah pola atau menambah kerja agar tercapai hasilnya.
Seorang admin yang membuat laporan yang ditargetkan selesai setiap tgl 1 awal bulan. Maka kecenderungan admin tersebut mengerjakannya di akhir bulan. Didalam pikirannya yang penting laporan selesai tgl 1. Kapan pun mengerjakannya tidak masalah.. laporannya selesai tgl 1, tapi bisa si admin bisa terburu-burumengerjakannya sehingga cenderung bisa salah. Kenapa buru-buru ? Karena saat membuat laporan itu ada pekerjaan lain yang rutin dikerjakannya.
Bagaiaman mereka yang berfokus pada proses laporannyanya ? Admin ini bekerja setiap hari mempersipakan data dan laporan. Jika ada kesalahan atau ada hal yang janggal maka dia bisa merubahnya dan mencari tahu kesalahannya di hari yang sama atau besoknya. Pekerjaan harian ini tidak memberatkan bila dibandingkan dengan pekerjaan di ujung bulan.  Laporan setiap hari jika dikumpulkan sampai tgl 30/31 itu adalah sama dengan laporan satu bulan.  Sikap dan perilaku admin ini berbeda jauh dengan asdmin yang pertama.
Jika sikap di atas kita terapkan dalam ibadah, maka kita mendapati pekerjaan yang ringan :
1. Shalat itu jadi berat karena kita menunda (seperti halnya admin yang membuat laporan di akhir waktu). Bayangkan shalat ntar aja, abis makan. Setelah makan jadi kenyang dan bikin malaes aktivitas termasuk shalat.  Waktu shalat sebelum makan lebih ringan dibanding waktu shalat setelah makan.
2. Mengeluarkan sedekah 20.000 itu berat, kita cenderung mengeluarkan 2.000 saja. Bayangkan kita sedekah 2.000 diberbagai tempat. Setiap sedekah 2.000, kita sedekah di tempat parkir sekali, kita sedekahkan lagi di pasar dengan membayar dilebihkan 2.000, bertemu pengemis kasih 2.000, makan bakso nambahin baksoteman 2.000 dan seterusnya. Menebarkan nilai kecil diberbagai tempat jauh lebih ringan dengan mengeluarkan 2.000 dan manfaatnya lebih banyak. Sesuautu yang kecil (ringan-ringan) jika dikerjakan konsisten jauh lebih baik
Sebenarnya hasil itu akibat dari proses, tetapi hasil A bisa diperoleh dari proses A atau proses B atau proses lainnya. Proses A sampai Z itu bisa benar atau bisa salah. Fokuslah pada proses yang benar dengan mengerti apa yang seharusnya kita kerjakan.
Demikian juga dalam beragama, di awali dengan iman percaya kepada Allah yang membuat aturan dan petunjuk bagi kita untuk mendapatkan hasilnya. Siapa yang rezekinya ditambah sama Allah jika bersyukur, proses bersyukur itu ada caranya yaitu yang diajarkan Allah di dalam Al Qur'an dan ilmunya. Bagaimana jika seseorang ingin menambah rezekinya tapi dengan jalan yang berbeda, yaitu mencuri, riba dan sebagainya. Orang ini dapat rezekinya tapi rezeki jadi barokah (rezeki yang didapat ada tapi penggunaannya bisa menghabiskan rezeki yang didapat.
Contoh untuk mendapatkan uang lebih, seseorang bisa menabung yang banyak di bank. Orang mendapatkannya karena dia fokus kepada hasil. Untuk dapat uang banyak harus menabung yang banyak. Bayangkan seseorang mempunyai uang yang sama (atau lebih sedikit), dia fokus pada proses yang benar yaitu sedekah. Maka dia mengeluarkan sedekah setiap hari ... hasilnya uangnya berlipat dalam berbagai bentuk bisa berupa keuntungan dalam bisnis dan selalu berkecukupan.
Insya Allah kita dapat mengmabil hikmah dari penjelasan di atas. Dengan memperhatikan orang disekitar kita, kita sudah dapat menyimpulkan orang yang fokus pada hasil dan orang yang foksu pada proses. Proses itu harus dibekali ilmu, yaitu percaya kepada Allah. Saya beriman dan beramal saleh. Amal saleh adalah proses yang seharusnya kita kerjakan.
Ya Allah maafkan dan ampuni kesalahan kami dalam orientasi hidup kepada hasil yang kami inginkan , maka kami pun beramal (bekerja) dengan berbagai cara agar hasilnya dapat kami peroleh. Kami lalai dan kami pun mudah tergoda. Ya Allah bimbing kami dan tuntun kami kepada amal yang benar, proses yang benar agar kami mendpatkan yang terbaik yang Engkau berikan. Aamiin

Mendekatlah kepadaKu

Kita sering merasa tidak dekat dengan seseorang secara fisik, tapi kita selalu ingat kepada orang itu apalagi dia adalah orang yang kita sayangi atau hormati. Bagaimana jika kita tidak ingat ? maka seseorang itu tidak nampak kehadirannya dalam pikiran kita dan bisa jadi kita bertemu tapi seperti tidak bertemu. bertemu secara fisik terasa berat ("malas bertemu"), waktu terasa lama sekalipun bertemunya sebentar. Apa yang terjadi ? Mengingat seseorang menjadi kunci kita dekat dengannya, dan kedekatan itu semakin dekat ketika keduanya juga saling mengingat. Yang sering terjadi kita ingat tapi seseorang yang diingatkan tidak mengingat kita. Kita semakin merasa dekat dan ingat, jika apa yang kita kerjakan untuk seseorang yang kita ingin dekatin. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah orang yang kita dekatin atau kita ingat atau yang kita merasa dekar JUGA dekat dan inget kita ? Bisa ya dan tidak. Jika sudah ada tali ikatan hati hal itu pasti tersambung, jika tidak pastilah tidak nyambung dan kita saja yang merasa dekat.
Bagaimana dengan kisah kita dengan Allah. katanya Allah itu dekat. Karena Allah itu ghaib dan tak terlihat mata maka kita merasa Allah itu dekat (ada) saat kita dikabulkan doanya. lalu terpikir oleh kita untuk mendekat kepada Allah.Allah berfirman," Aku dekat dengan hambaKu dan bahkan lebih dekat dari urat nadi hamabKu. Aku mendengar hambaKu yang berdoa dan Aku kabulkan doanya". Allah itu dekat dan Maha mendengar, dalam persepsi manusia "dekat sekali". Apakah kita perlu mengeraskan suara kita dalam berdoa ? Allah memerintahkan lembutkan suaramu. karena ada kata dekat, maka kita mempersepsikan bahwa kitalah yang seharusnya mendekat kepada Allah. kata dekat seperti kisah di atas maka yang didekatkan itu adalah hati kita, Bagaimana mendekatkan hati kita kepada Allah, BUKANKAH Allah itu meliputi segala sesuatu, termasuk diri dan hati kita. Bagaimana kata dekat itu kita ganti dengan kata "terhubung". Dekat atau jauh itu sola jarak, kita dengan Allah bukan soal jarak tapi soal belum terhubung.
Perhatikan "ingatlah kepada Allah maka hati kita menjadi tenteram". kata ingat seperti kisah diatas berarti kita merasa dekat. Untuk itu kata ingat atau zikir kepada Allah membuat kita terhubung seperti halnya kita berbicara dalam telepon dengan seseorang. "jika kita ingat maka Allah pun ingat kita, sebaliknya jika kita lupa maka Allah melupakan kita". Ada orang ingin dekat dengan Allah menempuh berbagai cara dan media, padahal Allah tidak menyediakan perantara bertemu denganNya. mari kita pahami bahwa Allah itu dekat, bukan menyuruh kita untuk mencari dan menemukan Allah. Tapi Allah yang Maha meliputi segala sesuatu dan Maha Mendengar serta Maha melihat ...... sudah ada di hati kita dan siap terhubung dengan kita. Sudahkah kita menghubungi Allah Allah ?
Tanyakan diri kita, seberap banyak kita imengingat Allah ? apakah hanya dalam shalat saja ? Atau dalam shalat pun kita masih ingat selain Allah ?
Tanyakan seberapa sering kita menggunakan hati dalam kehdiupan kita ? Bukankah kita masih pakai ikiran dan nafsu ? Hampir semua kehidupan kita berujung kepada untung dan rugi atau nyaman dan tidak nyaman, pilihan kita adalah mengerjakan yang untung dengan sungguh-sungguh dan menikmati kenyamana yang kita ingin jalani.
BUkankah mengingat Allah itu bisa dengan lisan mengucapkannya, atau kita mengerjakan apa yang Allah minta kepada kita atau kita merasakan nikmat Allah dan bersyukur.
Insya Allah kita selalu ingat kepada Allah dan Allah pun ingat dan mendengar persoalan kita. Motivasikan diri kita untuk selalu ingat dan mengerjakan amalan kepada Allah. . 

Jika Allah itu dekat, kok kita tidak merasakannya ?


Assalamaualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirrahmanirrahiim, kita dipertemukan kembali untuk saling mengingatkan dan saling menasehati.. Kali ini saya mengambil petunjuk Allah Surah Al baqarah ayat 186.

186. Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

Bisa jadi beberapa hanya mendengar dari penyampaian petunjuk di atas hanya sampai "Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku" Sehingga amalannya fokus pada doa dan ibadah. Tepi petunjuk ini ada syaratnya doa kita bisa dikabulkan yaitu maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku. Persyaratan itu menjadi kunci dikabulkannya doa kita atau tidak. Buatlah pertanyaan berikut "apakah kita sudah mengerjakan perintah Allah atau belum ? Kita jawab sudah. Tapi kok belum juga dikabulkan doa kita ?
Kalimat terakhir dari petunjuk di atas "agar mereka selalu berada dalam kebenaran". Aa maknanya ? Kita mesti menajalankan perintah Allah itu secara terus-menerus (selalu berada dalam kebenaran).  Insya Allah apa yang kita lakukan dengan menjalankan perintahNya secara terus-menerus maka kita berada di jalan Allah. Keadaan ini dapat kita rasakan bahwa Allah itu dekat. Apa yang bikin kita dekat ? Kita percaya dengan Allah dan menjalankan perintahNya menggiring kita merasa Allah ada disekitar kita.
mari kita motivasi diri kita untuk mendapatkan apa yang kita inginkan dengan
1. percaya kepada Allah
2. Kepercayaan itu butuh ilmu (petunjuk) Allah, maka bacalah Al Qur'an
3. Amalkan apa yang Allah perintahkan dan sempurnakan
4. rasakan semakin banyak yang kita kerjakan semakin ada kehadiran Allah itu, Allah itu hadi dan dekat dengan kita
5. lakukan point 4 itu secara terus-menerus. Keadaan ini membuat kita semakin yakin, "saya percaya kepada Allah"
6. Berdoalah
Insya Allah kita diberikan petunjuk, dorongan dan bimbingan dengan iman yang semakin bertumbuh menjadi kuat. Aamiin



A
sbabun nuzul :
Ayat ini turun berkenaan dengan datangnya seorang Arab Badui kepada Nabi SAW yang bertanya: "Apakah Tuhan kita itu dekat, sehingga kami dapat munajat/memohon kepada-Nya, atau jauh, sehingga kami harus menyeru-Nya?" Nabi SAW terdiam, hingga turunlah ayat ini (S. 2: 186) sebagai jawaban terhadap pertanyaan itu.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Marduwaih, Abussyaikh dan lain-lainnya dari beberapa jalan, dari Jarir bin Abdul Hamid, dari Abdah as-Sajastani, dari as-Shalt bin Hakim bin Mu'awiyah bin Jaidah, dari bapaknya yang bersumber dari datuknya.)

Menurut riwayat lain, ayat ini (S. 2: 186) turun sebagai jawaban terhadap beberapa shahabat yang bertanya kepada Nabi SAW: "Dimanakah Tuhan kita?"
(Diriwayatkan oleh 'Abdurrazzaq dari Hasan, tetapi ada sumber-sumber lain yang memperkuatnya. Hadits ini mursal.)

Menurut riwayat lain, ayat ini (S. 2: 186) turun berkenaan dengan sabda Rasulullah SAW: "Janganlah kalian berkecil hati dalam berdoa, karena Allah SWT telah berfirman "Ud'uni astajib lakum" yang artinya berdoalah kamu kepada-Ku, pasti aku mengijabahnya) (S. 40. 60). Berkatalah salah seorang di antara mereka: "Wahai Rasulullah! Apakah Tuhan mendengar doa kita atau bagaimana?" Sebagai jawabannya, turunlah ayat ini (S. 2: 186)
(Diriwayatkan oleh Ibnu 'Asakir yang bersumber dari Ali.)

Menurut riwayat lain, setelah turun ayat "Waqala rabbukum ud'uni astajib lakum" yang artinya berdoalah kamu kepada-Ku, pasti aku mengijabahnya (S. 40: 60), para shahabat tidak mengetahui bilamana yang tepat untuk berdoa. Maka turunlah ayat ini (S. 2: 186)
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari 'Atha bin abi Rabah.)

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...