Semangat pagi rejan-rekan. Insya Allah makin hari makin bisa nyadar dan semakin mampu mengendalikan emosional kita. Aamiin
Terinspirasi sebuah film Mandarin yang berseri 50 dengan judul Long Balad, tentang persaingan kekuasaan dan dendam. Ada kebencian dan dendam yang tak pernah habisnya untuk merebut kekuasaan. Kebencian dan dendam itu melahirkan permusuhan dan saling membunuh. Inilah emosional negatif, saya menyebutnya. Akhir dari cerita film ini adalah lelahnya menjalani kebencian dan dendam itu yang menyebabkan banyak orang yang meninggal (yang tidak bersalah) dan keinginan menciptakan kehidupan yang damai.
Dalam sehari-hari film di atas mungkin ada, tapi sesuai perkembangan saat ini sudah jarang yang terjadi. Malah yang terjadi itu masih ada sih benci atau dendam itu bagi mereka yang pernah terzalimi atau sekumpulan orang yang bersaing dalam kompetisi. Misalkan orang terzalimi oleh atasan atau orang yang memiliki kekuasaan sering terjdai dalam masyarakat. Seorang karyawan yang salah melakukan sesuatu bisa jadi mendapat hukuman dari atasan atau perusahaan. Sebetulnya ada yang benar-benar zalim, ada kalanya karyawannya aja yang merasa dizalimi. Sebagai karyawannya apapun alasannya mesti bersikap (merespon) positif, menganggap hukuman atau apalah namanya sebagai koreksi atas apa yang sudah dilakukan. Dengan sikap ini segera hadir kerja yang produktif. Disini karyawan benar-benar membangun kembali kepercayaan atasan dan perusahaan dengan kerja konsisten. Jika belum terjadi kesalahan yang dilakukan, maka menjadi penting bagi karyawan untuk berpikir akal sehat (mengendalikan emosionalnya). Respon emosional itu sangat reaktif dan mudah tersulut terhadap keadaan yang mengundang "emosional" atau memang kitanya yang emosional. Diri yang dikuasai oleh emosional negatif itu adalah bukan diri kita yang sebenarnya. Bayangkan saat kita diam sejenak, emosional negatif itu menjadi turun dan bahkan ada semacam self talk dalam diri dengan emosional positif. "Saya balas nggak ya, dia sudah berbuat begitu ke saya dan merasakan direndahkan". Lalu ada self talk yang berkembang,"kalau saya lawan dia kan atasan saya, nanti bisa rusak status karyawan saya". Dan akhirnya karyawan pun menjadi "yes men" karena terpaksa.
Perhatikan menjadi karyawan yang "yes men" (terpaksa) tidak juga memberi kebaikan. karena alam bawah sadarnya menyimpan emosional negatif. Jadi sewaktu-waktu bisa saja alam bawah sadar itu membawa kerja yang tidak produktif. Yang baiknya ? Menjaga emosional diri (negatif), atau merawat emosional. Membiasakan kerja dengan minim emosional negatif. Mungkin awalnya ketidakcukupan ilmu membawa kita untuk bisa mengalihkan kepada akal sehat (wawasannya tidak luas). Apa yang terjadi ? Kita memiliki kaca mata yang tidak baik, selalu melihatnya sebagai dizalimi. Boleh dong dengan ilmu dan wawasan lain ... yang tidak baik itu memberi kita koreksi dan dengan belajar lagi bisa semakin baik. Oke dong. Tapi namanya jarang belajar, maka pola berpikirnya cenderung emosional negatif. Ditambah lagi dengan harapan yang tinggi dari kerja yang dilakukan. Ilmu yang tidak cukup tadi memberi hasil yang mengecewakan. Kalau udah kecewa ada kekhawatiran "nanti direspon negatif oleh atasan". Kecewa itu adalah golongan emosional negatif, maka dengan mudah menyulut emosional negatif lainnya, diantaranya marah, bertindak tidak baik dan bisa menjadi lebih buruk lagi. Tanpa disadari jika ini terjadi lagi dan lagi, maka bisa berdampak buruk kepada tubuh kita, menciptakan penyakit.
Emang ada yang mau sakit ? Semua pasti tidak mau, tapi hal ini terjadi karena tanpa disadari. Seseorang,"Saya nggak pemarah kok", Ya hal ini diungkapnya saat tidak marah. Kalau lagi marah, orang itu bukan lagi dirinya. Bayangkan saat 5 menit kita emosional negatif, maka kita tidak menghilang waktu 5 menit untuk bahagia (sehat). Dan perhatikan saja orang lain yang emosional negatif (sebagai bentuk bercermin), ada orang lain dan mungkin banyak yang dilukai, dan dirinya sendiri. Sebaliknya saat kita bahagia, kita yang bahagia dapat membahagiakan orang lain, (menjadi sahabat).
Lalu apa yang bisa kita perbuat untuk menjaga emosional negatif ? Ingat emosional negatif itu terjadi karena kita memberi "makan" kepada emosional itu sendiri, atau dengan kata lain kita malas belajar dan berpikir. Iya nggak ? Cek dong diri kita, apakah ilmu kita bertambah, terutama tentang terkait ilmu emosional ? Pernah baca buku nggak ? Pernah nggak mengambil hikmah kehidupan ? Kalau hal ini jarang kita lakukan, maka kecenderungan kita adalah orang yang responsif, buru-buru dan emosional negatif. Oleh sebab itu menjadi wajib belajar menambah ilmu, biasanya orang berilmu itu menjadi bijak (mampu mengendalikan dirinya). Tak sampai punya ilmu aja, tapi mesti dilatih dalam kehidupan sehari-hari, di kantor, dirumah dan masyarakat. Dengan latihan ini dapat membuat kita trampil dalam mengendalikan emosional diri.
Untuk berlatih itu kadang rada tidak mudah, ada cara lain yaitu berkumpul dengan orang yang baik dalam mengendalikan emosionalnya. Kok Bisa ? Dalam kumpulan orang ini kita membiasakan tidak emosional sehingga terbentuk kebiasaan baik. Sesering kita berkumpul dengan orang baik (sabar), maka kita jadi ikut sabar, mampu mengendalikan emosional negatif. Oke kan ?
Ada nasehat yang bilang begini, "kalau tidak mau emosional negatif, maka makanlah yang sehat untuk menjaga tubuh seimbang". Orang yang sehat bener, tercipta kondisi diri yang lebih baik, hal ini mendorong kita untuk berpikir akal sehat. Bayangkan kalau lagi malas, kan bawaannya mau yang nyaman sehingga saat berhadapan dengan kondisi yang tidak nyaman bisa memacu emosional negatif. Ada juga orang yang tidak mandi seharian, pasti suasana hatinya tidak baik-baik saja dan mudah tersinggung dengan ucapan orang lain. Misalkan,"kok bau sih" atau ada bahasa tubuh menjauh, kan ini memang nyata begitu. Tapi orang yang tidak mandi itu merasa dirinya oke saja (dengan parfum), tapi auranya tidak bisa ditipu. Jadi deh emosional negatif.
Dalam hal ini saya hanya mengulas beberapa penyebab seseorang bersikap dan bertindak emosional negatif, bisa jadi ada hal lain. Pertama sangat penting menambah ilmu dan wawasan dengan terus belajar, dan kedua menjaga kesehatan kita agar dapat menjaga suasana hati, atau happy. Terakhir saya mengajak kita untuk selalu berdoa juga agar dlindungi dari godaan setan. Dimana setan itu musuh kita dan pasti ingin merusak diri kita melalui nafsu atau emosional negatif kita.
Sahabatmu
No comments:
Post a Comment