Semangat pagi buat rekan-rekan, Insya Allah hari ini yang sedang tidak sehat disehatkan tubuh, pikiran dan hatinya agar mampu bekerja sekaligus beramal saleh. Yang sehat semakin mampu bekerja sekaligus beramal saleh yang produktif.
Tulisan saya sebelumnya tentang pengalaman dunia training center dan trainer adalah Membangun training center dari nol, Mengembangkan training center, Menjadikan training center sebagai pusat informasi, Membangun training center sebagai pusat pelatihan, Meneruskan keberadaan training center, Membangun kemampuan trainer, dan Efek kemampuan trainer, Membuat materi training itu mudah, Training center untuk Manager dan Direksi, Training center menyelenggarakan Sekolah SPG, dan Membangun kemampuan Salesmen.
Kali ini saya berbagi pengalaman dalam membangun kemampuan salesmen. Sebenarnya menjadi salesmen itu bisa dikerjakan oleh semua orang dan kemampuannya sudah ada. Kadang seorang salesmen sudah mahir menjual hanya dengan sedikit tambahan kemampuan. Inilah yang kata orang sudah bakatnya jago ngomong dan mahir menjual. Faktanya hanya sedikit sekali orang yang seperti ini, bisa jadi hanya 5 % saja. Mereka ini sudah tidak ada "malunya" berhadapan dengan banyak orang dan bisa saja dengan komunikasinya menjual dengan baik (pelanggan terhipnotis). Kadang ilmu sales yang dimilikinya lebih tinggi secara kualitas (naluri) dari pada ilmu yang diajarkan. Beruntunglah perusahaan yang memiliki salesmen seperti ini.
Saya teringat pengalaman kerja sebelumnya, saya yang dulunya sebagai manager service diwawancara dengan seseorang sales manager. Katanya manager sales itu "Dia percaya kepada saya untuk jadi manager sales karena sudah memiliki kemampuan teknis dan bisa berkomunikasi dengan benar". Saat itulah saya mulai pede dengan kemampuan saya untuk menjadi seorang salesmen sekaligus pimpinannya. Hal ini terjadi sebelum saya menjadi manager training, SLC. Dalam training center, ilmu salesmen saya berkembang dengan baik, karena saya bisa menjadi salesmen dan juga sekaligus mengajarkan ilmu salesnya kepada salesmen. Keadaan inilah saya membangun kemampuan salesmen yang tidak memiliki bakat jadi salesmen. Salesmen seperti banyak, ya sekitar 95%nya. Ada yang awalnya terpaksa jadi salesmen karena tidak ada pekerjaan lain. Dorongan terbesar mereka adalah uang yang dihasilkan. Inilah motivasi terbesar mereka, dapat kerja dan dapat uang sebagai salesmen. Walaupun orang tersebut tidak memiliki kemampuan sales dan kadang rada malu.
Sekali lagi sebenarnya mereka yang 95% itu memiliki kemampuan sales, tapi terhalang oleh berbagai kepentingan. Karena "malu" jadi tidak mampu mengeluarkan kemampuan salesnya. Karena "terpaksa menjadi salesmen", kemampuan sales nya tak terjangkau oleh pikiran untuk jadi tindakan. Dan banyak sebab lainnya. Oleh karena itu saya berpikir tidak perlu mengajari banyak hal yang bisa dilakukan mereka untuk jadi salesmen. Ini juga menjadi parameter dalam mentraining seseorang. Cara atau resep seseorang tidak pernah bisa ditiru oleh orang lain, maka sebagai trainer hanya bisa membangkitkan kemampuan pada diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Kalau saya memaksakan cara berjualan A, belum tentu bisa dijalankan dengan baik oleh salesmen. Hal ini karena salesmen itu sendiri sudah memiliki kemampuan dan sering terjadi self talk terhadap cara berjualan A itu. Alhasil adalah salesmen tetap menjalani caranaya sendiri.
Langkah membangun kemampuan salesmen adalah fokus utama saya setelah memiliki pengalaman dalam training center. Alhamdulillahnya saya diminta untuk merubah seorang office boy menjadi salesmen. Apa mungkin ? Ya Insya Allah mungkin. Karena saya berpikir semua sudah memiliki kemampuan dasar dalam menjual. Pertama kali yang saya lakukan adalah melakukan apa yang pernah saya buat dalam sekolah SPG. Dalam sekolah SPG, SPG sudah memiliki niat untuk jadi salesmen, sedangkan OB tidak memiliki itu. Hanya OB sering mendengar dan melihat jadi salesmen itu banyak uangnya dan "hebat" lah. Inilah yang mendasari OB ini menjadi salesmen, dengan kata lain "ingin merubah nasib". Diawal saya saya mengajak mereka ngobrol tentang nasib. Apakah nasib mereka yang tentukan ? Sebagian mereka menjawab nasib itu di tangan Allah. Tapi saya mengajak berpikir dan merenungkan, mengapa nasib mereka menjadi OB, apakah Allah yang tentukan ? Mereka sadar ternyata BUKAN Allah yang menentukan nasib mereka jadi OB. Mereka memilih sendir menjadi OB dan patennya lagi pekerjaan OB itu dilakukan terus-menerus (kebiasaan), maka dikenalnya mereka sebagai OB. Untuk merubah nasib mereka, apa yang harus dilakukan ? Ya merubah pilihan dan pasti atas izin Allah. Mereka memilih jadi salesmen dan terbuka kesempatan oleh perusahaan untuk dipercaya dan Allah izinkan itu terjadi sebagai amanah yang mesti dipertanggungjawabkan. Ada 3 hal, memilih, dipercaya dan diizinkan.
Saya meletakkan dasar berpikir menjadi salesmen yang kalau saya sebut sebagai windownya. Sedangkan software mengikuti sistem windownya. Software itu adalah cara berjualannya dan manajemennya. Saya menguatkan mereka tentang 3 hal di atas. Memilih adalah tidak perlu disesali karena memang itu yang diinginkan. kadang memilih itu bisa dipengaruhi oleh pengaruh luar (seperti uang dan imajinasi menjadi salesmen). Sebenarnya Memilih itu tidak hanya memilih pekerjaannya saja menjadi salesmen, tapi memilih seluruh aspek tentang salesmen. Tidak sekedar berpikir sekedar uang dan kehebatannya, aspek belajar pelanggan, belajar manajemen dan berlatih mempraktekkan penjualan dan sebagainya.Apa artinya memilih ? Seperti halnya nikah itu juga memilih, tapi ditengah jalan bisa berpisah. Padahal memilih itu diawal adalah baik dan menjadi baik seterusnya. jangan sampai bilang, "udah tidak jodoh lagi karena beda prinsip". Memilih menjadi seorang salesmen sebagai pilihan, maka konsekuensinya adalah membuktikan bahwa menjadi salesmen itu benar sebagai pekerjaan yang saya tekuni. Apakah nanti bisa berubah memilih yang lain ? Bisa saja asal seorang salesmen sudah membuktikan bahwa jadi salesmen itu benar (dengan kata lain sudah sukses). Sukses itu adalah pembuktian pilihan tersebut. Bagaimana kalau memilih jadi salesmen tapi malas-malas yang bikin target tidak tercapai ? Ini bukan memilih tapi asal memilih alias mumpung ada kesempatan. Menjagak salesmen itu berpikir dan merenungkan tentang memilih saja sudah bisa membangkitkan rasa tanggung jawab atas pilihannya. Disini saya bisa membangkitkan semangat dan motivasinya. Alhasil semua ini bisa mendorong mereka untuk bekerja sebagai salesmen yang bertanggung jawab.
Disisi lain adalah kepercayaan perusahaan untuk mengangkat mereka menjadi salesmen. Kepercayaan itu pasti ada latar belakangnya dan percaya juga dengan kemampuan Ob dalam menjual. Bagi OB saya hanya mengajak berpikir bahwa tidak mudah mendapatkan kepercayaan itu dan itu adalah kesempatan. kesempatan untuk mengubah nasib. Apa yang harus OB lakukan terhadap kepercayaan itu ? Membuktikan kepercayaan itu bener. Hal ini sangat berarti bagi OB karena dipercaya dan memiliki dorongan dengan mensyukuri kepercayaan itu dengan bekerja maksimal. Lalu hal berikutnya adalah izin Allah. Pasti semua terjadi atas izin Allah. Banyak orang tidak mempercayai hal ini, dan cenderung berpikir karena pilihan mereka saja. Disinilah saya membangun religius mereka untuk menyadari ada Allah dalam peran hidup mereka. Mengapa Allah izinkan ? Bisa jadi Allah memberi amanah karena Allah tahu mereka (OB) itu bisa mempertanggungjawabkannya. Bagaimana bisa mempertanggungjawabkannya ? Apakah mereka mampu ? Apakah mereka sanggup menghadapi semuanya ? Disinilah diingatkan lagi bahwa semua tanggung jawab kepada Allah itu adalah tanggungjawab tertinggi diatas perusahaan. Artinya secara tidak langsung, mereka bekerja menjadi salesmen itu untuk Allah. Dapat diartikan mereka melakukan hal yang baik dan positif jadi salesmen. Dan Allah tidak membiarkan mereka bekerja sendiri, tapi Allah selalu mendampingi mereka asal selalu sadar kepada Allah.
Selanjutnya pasti diajari tentang ilmu dan manajemn salesmen yang memudahkan mereka bekerja sebagai salesmen. Dengan kata lain saya hanya menambahkan ilmu yang mereka miliki dan meluruskan ilmu mereka. Alhasil OB tersebut menjadi salesmen beneran. Walaupun ada beberapa yang tidak performe dengan baik. 60% berhasil dan sekarang mereka menjadi salesmen di berbagai merek. Itulah nasib mereka yang tadinya seorang OB dan sekarang menjadi salesmen ... karena memilih untuk membuktikannya kepada Allah yang telah memberi amanah dan dipercaya oleh perusahaan.
Inilah yang saya lakukan dalam training center untuk membangun kemampuan salesmen, dan ini menjadi pengalaman yang luar biasa. Apa yang terjadi selanjutnya ? Saya menjadi kaya dengan pengalaman ini dan saya mampu melakukannya lagi. Ikuti kisah berikutnya tentang training center dan trainer.
Munir Hasan Basri
Penulis buku, trainer, motivator
No comments:
Post a Comment