Semangat pagi rekan-rekan. Alangkah baiknya pengalaman yang berharga itu dituliskan dalam kisah perjalanan kerja yang bisa menjadi hikmah bagi banyak orang. Selalu ada yang baik dan yang tidak baik ... Orang baik selalu melihat dengan kacamata yang baik.
Tulisan saya sebelumnya tentang dunia training center dan trainer Membangun training center dari Nol, Mengembangkan training center, Menjadikan training sebagai pusat informasi, Membangun training center sebagai pusat pelatihan, Meneruskan keberadaan training center, membangun kemampuan diri trainer
Cerita tentang dunia training center dan trainer bisa menjadi sebuah knowledge management yang berharga untuk dikaji lebih lanjut, sebagai cerita sukses, referensi untuk mengembangkan hal baru dan inspirasi untuk bidang lain. Kali ini saya berkisah tentang kemampuan saya dan team trainer yang tadinya tidak memiliki kemampuan training menjadi sosok trainer sekaligus trainer lebih. Kok ada kata lebihnya ? Kata lebih dari trainer itu dikarenakan adanya sikap pembelajar team untuk berkembang.
Saya mulai dari saya sendiri sebagai manager training dan trainer, dengan latar belakang teknis (hanya S1 elektro) dari lulusan institut terkenal di negeri ini. Ada semacam sugesti percaya diri yang tinggi dalam bekerja, apapun jenis pekerjaannya. Menjadi trainer itu tidak langsung berhubungan dengan latar belakang. dan produknya juga memang produk elektronik rumah tangga. Di awalnya kemampuan saya lebih fokus kepada hal teknis saja dan karena keterhubungannya saya dengan berbagai bidang lain seperti salesmen, kualitas produk, marketing, service menjadikan saya semakin menguasai materi dibidang tersebut. Yang menarik kemampuan saya itu menjadi lebih "tahu" karena saya meramu (menggabungkan dan mengembangkan) materi training dengan bisang terkait. Jadilah saya yang kaya kalau bicara produk dan disukai oleh banyak pihak (pimpinan perusahaan) dan pihak luar karena penjelasan yang saya sampaikan mudah dimengerti.
Karena kemampuan diri saya yang tahu teknis (produk) dan memahami bidang terkait, saya dipercaya sebagai orang yang berperan dalam pembuatan fitur produk. Saya diminta komentar dan menggali fitur produk yang lebih kaya dengan bahasa yang pas bagi pelanggan. Tugas ini sebenarnya dibebankan kepada product manager dan marketing manager, Alhamdulillah saya dipercaya mengambil peran. Saya berhak mengganti atau menambah kalimat yang ada di material brosur dan media iklan lainnya. Karena tugas ini saya memiliki kemampuan menciptakan istilah dari sebuah fitur produk dan juga tema produk. Pada zamannya, saya dan team mengembangkan produk yang sudah dipasarkan Active Jar dengan panci stainless steel. bersama team demo masak (trainer wanita) , saya menciptakan alat masak Active Jar dengan kemampuan 6 in 1. Yang utama adalah panci stainless steelnya dapat digunakan untuk menggorreng dan menumis. Hadirlah wawasan alat masak yang aman, karena siapa saja bisa memasak dengan Active Jar stainless steel dan jenis masakan menjadi lebih kaya karena bisa bikin kolak, sayuran dan tumisan. Bagi anak kos sangat berharga. Itulah kisah mengembangkan produk Active Jar menjadi berharga bagi pelanggan. Selanjutnya semua anggota team bisa masak karena tuntutan trainer mesti mendemokan produk. mengapa hal ini bisa terjadi ? Saya dan team yang biasa mendeliver pengetahuan produk kepada toko mesti mengikuti fitur-fitur dan pengetahuan dari produknya. Bayangkan Saya dan team sering mengalami ketidakcocokan apa yang disampaikan (teknis) dan fitur yang ada yang menyebabkan calon pelanggan tidak percaya kepada produk. kepercayaan perusahaan terhadap kemampuan saya dan team sangat membantu memarketingkan produk.
Setelah hal di atas terjadi, saya mendapatkan kepercayaan untuk mencoba, memainkan, mengevaluasi dan fitur produk yang segera dijual. Sebenarnya tugas ini sudah dilakukan di pabrik, tapi menjadi tantangan bagi saya untuk menjadi kaya terhadap evaluator produk. Bersamaan dengan kepercayaan ini pula, saya selalu mengusulkan produk sejenis untuk dibandingkan dari berbagai merek. Al hasil saya dan team menjadi sangat kaya tentang produk dan isi dalamnya, dan bahkan sangat tahu kelemahan dan kelebihan dari berbagai merek. Kepcercayaan ini menjadi sangat berharga dimana saya selalu menerima dengan pekerjaan baru. Dalam perjalanannya, Saya dan tema juga mampu membandingkan produk terkenal untuk dievaluasi dicarikan kelemahannya (real teknis) bukan diakali. Hal ini bisa berasal dari keluhan salesmen yang tidak mudah menjual produk atau secara produk memang terlalu umum. Masukan ini menjadi bahan untuk saya mengolah produk itu dengan tema dan fitur yang baik "baru" yang membantu salesmen mudah menjualnya.Ada menarik lagi, saya dipercaya untuk memberi nama produk baru. Saat itu saya menciptakan nama Pladisk dan Spoony, dimana produk tersebut menjadi booming di pasaran. Saya merasa sudah bukan lagi sebagai trainer, tapi trainer lebih. Saya bekerja lintas bidang pekerjaan, bukan sebagai teoritis tapi sudah benar-benar terapan.
Dengan awalnya berlatar belakang teknis, lalu keterkaitan dengan bidang terkait yang membawa saya dan team menjadi kaya dengan knowlegde lebih. Saya bukan saja sekedar tahu dunia training, tapi bisa berbicara dengan nuansa sales, marketing, teknis, kualitas, iklan dan lainnya. Inilah yang saya sebut trainer lebih. Atau sebaliknya saya bisa menjadi marketer dengan nuansa background dunia training. Awalnya memang saya hanya mengandalkan karyawan pembelajar dan selalu menerima pekerjaan baru yang diluar pekerjaan utama. Dalam hal ini saya tidak muluk-muluk dengan teori-teori yang ada, yang penting saya mengerjakannya dan mengalaminya (pengalaman). Ini sudah menjadi saya menerapkan yang real dalam pekerjaan.
Alhamdulillah saya bisa menjadi seperti di atas (trainer lebih) karena Allah. Semua milik Allah, tubuh saya, pikiran saya, team saya, kepercayaan (amanah Allah), ilmu saya dan apapun, Saya hanya pelaksana saja. Saya wajib berterima kasih dan bersyukur. Bayangkan kalau semua itu bukan saya tapi orang lain, maka saya tidak bersyukur dan tidak mendapatkan amalan yang diizinkan Allah. Bekerjalah dan lakukan dengan sungguh-sungguh.
No comments:
Post a Comment