Semangat pagi rekan-rekan dan Insya Allah selalu dapat merasakan nikmat Allah dan mengikutinya dengan bersyukur
Tulisan saya sebelumnya adalah Membangun training center dari nol, Mengembangkan training center, menjadikan training center sebagai pusat informasi, dan Menjadikan training center sebagai pusat pelatihan
Pengalaman yang menarik dalam mengelola training center atau apapun adalah keberlanjutan atau continously atau konsisten atau istiqamah. Dalam perjalanan membangun dan mengembangkan training center, selalu ada kebanggaan saat berhasil dan ada pula sebaliknya "menurunnya motivasi" yang berdampak kepada keberlangsung training center itu sendiri. Ini menjadi concern saya meneruskan keberadaan training center. Karena isi training center itu manusianya, ya trainernya ... sudah sepantasnya saya berfokus kepada orangnya (teamnya).
Apa yang menjadi persoalan team, diantaranya adalah gaji. Keinginan semua orang memiliki gaji yang tinggi dan semakin tidak mudah setelah dihadapkan dengan persoalan ekonomi keluarga. Solusi singkat bagi team adalah mencari gaji tinggi dengan melirik perusahaan lain. Tidak mudah menahan team SLC, dan 1 trainer mengundurkan diri. Hanya persoalan gaji. Sebelumnya saya selalu mengedepankan "masa depan" dengan menjadi trainer yang berkualitas. Memang dengan kualitas trainer saya sudah melebihi dari trainer standard dan memang laku di perusahaan lain. Saya selalu mengajak team untuk berpikir bahwa jika pindah atau keluar dari team, apakah ada jaminan trainer bisa berkembang ? Didalam team, saya menekankan untuk melihat masa depan yang cerah dengan melakukannya. Saya memberanikan memberi janji bahwa "kalau team sudah menjadi diatas ekspektasi perusahaan, mestinya perusahaan pun tidak mau kehilangan sdmnya". Janji ini selalu saya buktikan dengan selalu memberi ilmu baru agar kemampuan trainer menjadi semakin berkualitas. Saya tidak hanya mengajarkan ilmu training, tapi membuka opsi pengetahuan yang dibutuhkan seperti ilmu komunikasi yang baik, ilmu pikiran (alam bawah sadar), NLP, memahami bidang lain seperti menjadi MC, menjadi EO dan bahkan dibangkitkan nilai agamanya. Dengan ilmu yang saya berikan membuat trainer jadi "terbuai" untuk bertahan atau meneruskan training center. Saya menekankan bukan sekedar uang (gaji), tapi perlu membangun diri terhadap lead masa depan dan ilmu yang terus bertambah. Alhamdulillah saya masih bisa meneruskan training center dengan 3 team, dan saya memutuskan menambah 1 team baru.
Alhamdulillah saya mendapatkan 1 team trainer yang tanpa pengalaman, hanya mengandalkan pintar komunikasi dan humoris. Trainer baru inipun menjadi contoh bagi team yang ada bahwa saya bisa menciptakan trainer dari nol. Trainer baru ini tidak memiliki kemampuan pengetahuan yang sesuai produk. Mulailah saya mendidik dan mengajarkan produk dan tentang training. Tak lama juga dalam waktu 1 tahun, trainer baru sudah siap menjadi team baru. Gaya humorisnya membuat training menarik dan di awal saya mendampingi dari aspek teknis produk dan trainingnya. Beberapa peserta lebih tertarik dengan trainer baru yang lebih humoris, dan team yang ada kurang humoris. Tetapi bila digabung, maka team SLC ini menjadi sempurna.
Tentu tidak sekedar menglead masa depan dan ilmu untuk meneruskan keberadaan training center, saya juga mengembangkan produk training center yang lebih kaya. Ada kebutuhan saat itu adalah bagaimana bisa menjual dan menarik bagi calon pelanggan ? Saya berpikir Calon pembeli cenderung percaya dengan apa yang dilihat dan dijelaskan tentang produk. Terpikirlah saat itu menjadikan terutama trainer wanita untuk mendemokan produk dengan "masakan". Trainer wanitanya juga seneng masak. Jadilah saya mengembangkan produk dengan masakan. Active jar yang berbahan panci stainless diperkaya bisa masak dengan menggoreng. Hal yang berbeda dari biasanya. Satu alat bisa masak semuanya. Tidak hanya demo masak saja, tapi team mengembangkan resep-resep yang disukai banyak orang dan akhirnya menjadi training center juga menjadi "cooking class". Tidak hanya active jar, tapi team juga mengembangkan demo untuk dispenser dengan menyajikan minuman dan hal praktis lainnya. Program ini disambut baik oleh team salesmen dan semakin meningkatkan penjualan. Team trainer menjadi bersemangat dengan program ini karena trainernya bisa tampil di tempat umum dan juga bersama brand ambasador merek. Jadilah terkenal deh. Bagi saya meneruskan keberadaan training center itu menjadi penting yang penuh dengan inovasi. Puncak program demo ini adalah masak bersama 100 ibu-ibu yang disupport menteri wanita saat itu. Sangat berkesan bagi team dan menjadi dikenal program demo masaknya.
Saya merasa lega ... sesuatu yang tidak terpikirkan sebelumnya dapat saya jalani. Menjalani langkah demi langkah menjadi kunci saya dalam meneruskan keberadaan training center yang semakin berkualitas. Satu langkah dapat membuka jendela tentang banyak hal yang bisa saya lakukan. Saya pun bisa demo masak. Beberapa event demo masak, saya dan team menjadi konsultan produk dan demo masak bagi chef untuk tampil di TV. Yang pasti knowledge managementnya saya jalankan dengan membuat buku resep praktis masak dengan active jar, dengan dispenser dan microwave oven. Dan tak lupa pula video demi video dibuatkan untuk menjadi petunjuk bagi team salesmen.
Inilah pengalaman dalam menjalankan training center menjadi semakin kaya dan berkualitas. Tidak mungkin setelah membangun training center dan tidak menjadikannya apa-apa. Kata kuncinya memang sikap pembelajar yang terus-menerus sehingga mampu meneruskan keberadaan training center. Satu hal yang mesti bersaing dengan "uang" karena semua orang butuh, tapi jauh lebih bermakna untuk memahami dan menuju masa depan dengan bertambahnya ilmu. Lead tentang masa depan itu adalah berbuat hari ini. Saya terus menulis berbagi pengalaman sebagai pimpinan training center dan sebagai trainer profesional. Ikuti tulisan saya berikutnya
No comments:
Post a Comment