Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Apakah saya percaya dengan petunjuk Allah ?

 Saya percaya kepada Allah Swt, tapi mengapa saya belum yakin tanpa ragu dengan petunjukNya ? Dalam kehidupan sehari-hari, saya pun belum sepenuhnya menjalankan ibadah dengan sebenarnya dan kontinu. Hal ini menunjukkan bahwa saya belum sepenuh hati percaya (yakin tanpa ragu). Jika saya benar yakin, maka petunjuk Allah itu saya jalani dengan ikhlas. Diutak-atik tentang ibadah dengan memperbaikinya menjadi semakin bener, sudah merupakan yang bener. tapi rasanya masih aja berat menjalani petunjuk Allah. 

Saya pengen banget menjalani ibadah itu dengan ikhlas. Misalkan shalat saja, kok masih belum sempurna. Selalu ada kelalaian dalam shalat, entah itu wudhu, niatnya, gerakan dan bacaannya dan sebagainya. Soal sedekah saja, masih belum rutin (setiap hari), masih ada rasa khawatir dalam bersedekah karena apa yang saya miliki bisa berkurang sedangkan kebutuhan harus selalu tercukupi. Belum lagi soal rezeki, rasa semua aktivitas tersebut memang belum didasari iman yang benar kepada Allah. Saya merasa sudah mengenal Allah, tapi kok tidak takut dengan peringatannya, saya sudah merasa beribadah yang bener, tapi kok ibadah saya tidak bertambah banyak. Saya merasa sudah bertaubat, tapi kok masih banyak hal baik tidak saya kerjakan. Semua menjadi renungan bagi saya untuk mengoreksi yang pertama dan utama yaitu iman saya kepada Allah.

Salah satu cara adalah mengurangi logika berpikir sebagai manusia dan menggantikannya dengan berpikir dengan hati. Bagaimana caranya ? Berpikir dengan logika cenderung berpikir untungnya buat saya atau ruginya buat saya, akibatnya tindakan saya tidak mau yang rugi, padahal bisa jadi secara nilai rugi tapi memberikan hikmah kebaikan. Berpikir memahami selain logika, yaitu hati. Memandang tidak kepada keuntungan dan kerugian saja, tapi makna dari tindakan saya. Bersedekah secara logika berkurang materi (rugi), tapi memberikan nilai kebaikan. Bisa jadi shalat saya masih berat karena berpikir capeknya shalat dan sebagainya, tapi jika berpikir dengan hati, maka shalat itu mendekatkan diri dan komunikasi saya dengan Allah. Apalagi Allah telah berikan rahmat dan karunianya kepada saya, maka saya mesti bersyukur lewat ibadah shalat. Saya berusaha setiap hari menguatkan dan mengafirmasi diri dengan memahami (berpikir) dengan hati. menggali maknanya dengan membaca Al Qur'an.

Langkah lain yang bisa saya lakukan adalah menerapkan ihsan dalam setiap tindakan saya. Jika bener-bener saya bisa "mengimajinasikan" seolah saya melihat Allah dan pasti Allah melihat saya. Maka setiap awal tindakan dengan niat dan menyebut Bismillahirrahmnirrahiim, di saat itulah saya sudah membayangkan Allah hadir dan melihat saya. Apakah saya berani tidak melakukan petunjuk Allah ? Apakah siap dengan balasanNya ? Sepertinya saya merasa takut dan dapat menjaga tindakan saya selalu dalam petunjukNya.

Apakah berani ikhlas ? terkadang masih berpikir kalau saya ikhlas, saya dapat apa ? Allah menjanjikan keikhlasan dengan pahala yang sempurna. teruslah berlatih ikhlas tanpa berharap kepada manusia, hanya berharap kepada Allah. Tunjukkan saya bertindak yang terbaik di hadapan Allah (ihsan) agar diridhai Allah. Dengan doa, saya berharap Allah memenuhi kebutuhan hidup saya.

Insya Allah kultum motivasi kali ini dapat memberdayakan diri saya untuk selalu menemukan cara untuk meningkatkan iman saya kepadaNya. Insya Allah saya dimampukan shalat yang semakin meningkat dan dimampukan memahami petunjukNya serta dimampukan menjalani kehidupan ini dengan iman yang bener.

No comments:

Post a Comment

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...