Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

mengapa saya tidak memahami petunjuk Allah ?

 Dari hari ke hari, saya dan semua orang ingin hidup lebih baik. Maka semua mencari jalan menuju yang hidup lebih baik melalui sekolah tinggi, melatih kemampuan lebih tinggi, belajar terus tentang ilmu dalam perjalanan yang saya pilih dan banyak lainnya. Sebagai orang beriman kepada Allah dan sangat tahu dan paham bahwa Allah menurunkan petunjuk yang mutlak kebenarannya, tapi mengapa tidak serius dan sungguh-sungguh mendalaminya agar hidup kita sebagai hamba menjadi tidak khawatir dan tidak sedih ? Al Qur'an hanya sekedar dibaca dan dipahami, tapi belum untuk diamalkan dalam pekerjaan kita dalam mencari kehidupan lebih baik.

Apakah saya tidak percaya kepada Al Qur'an ? Ternyata saya beriman, tapi apakah hanya sekedar beriman saja sebagai kewajiban ? Saya membaca kisah ilmuwan Islam yang berjaya di masanya yang menjadi referensi orang Barat mengembangkan ilmu sampai sekarang. Ternyata Ilmuwan Islam mengambil referensi mengembangkan ilmunya dari Al Qur'an, baik sebagai pedagang (bisnis), sebagai dokter, sebagai arsitektur, ilmuwan matematika dan sebagainya. Mereka memahami benar Al Qur'an sebagai petunjuk hidup. Bagaimana dengan saya dan Anda ? Entah tidak berani atau ntah tidak menarik atau beranggapan Al Qur'an itu sebagai referensi agama saja. Bisa jadi mereka yang memahami Al Qur'an itu dipintarkan oleh Allah sebagai pedoman detail yang dipahami dari Al Qur'an. Ulama zaman dulu bisa menulis, mengapa ulama sekarang jarang bisa menulis ? Apakah kita memikirkannya ?

Akal sehat saya hanya berpatok kepada ilmu yang mendorong pekerjaan menjadi lebih baik. Belajar dari Jepang, belajar dari China, belajar dari Korea, belajar dari Amerika, belajar dari Jerman ... ada dalam waktu kita untuk belajar Al Qur'an. Apakah ada jaminan dari belajar dari berbagai negara tersebut ? Padahal dalam kerja itu, ujung-ujungnya kita ingin meraih uang yang banyak, karir yang tinggi dan sebagainya. Sudahkah kita meraihnya ? Kalau ilmu yang kita miliki belum juga memberikan hasil yang memuaskan, bagaimana kita memilih ilmu Al Qur'an dalam kerja ?

Bayangkan jika dalam kerja itu, kita hanya bekerja dengan jujur saja. Apakah atasan dan perusahaan menyukainya ? 99,99% menjawab mencari karyawan yang jujur dan dipercaya memegang amanah. Bagaimana karyawan itu sangat menguasai Kaizen ? Maka kemampuan kaizen dihargai lebih tinggi dari kejujuran (kaizen lebih bermanfaat daripada kejujuran). Dalam dunia kerja nilai kaizen lebih tinggi dan dihargai. Bagaimana jika saat karyawan meninggal dunia ? Maka nilai kaizennya yang diingat rekan kerja daripada kejujurannya. Bayangkah bagi karyawannya sendiri, apakah bangga meninggal dengan kejujuran atau bangga dengan kaizennya ? Jawabannya adalah kejujuran dihargai Allah dengan  balasan sempurna, sedangkan kaizen belum tentu dibalas (karena bisa jadi kaizen itu diniatkan untuk kebanggaan dan sebagainya).

Ada banyak cara untuk berhasil dalam perjalanan kerja kita yaitu IQ dan EQ yang tinggi. Tapi tidak banyak orang yang memanfaatkan SQ sebagai referensi bagi keberhasilannya. Mungkin ini menjadi renungan bagi kita bagaimana iman menjadi pemimpin atas ilmu agar menjadi bermakna dalam kerja.

Kultum ini untuk memotivasi kita dalam memberdayakan diri agar meraih kehidupan dunia dan akhirat dengan bener. Insya Allah petunjuk Allah itu pasti benar janjiNya, mestinya kita berpegang kepada Allah dalam segala hal, dan Allah mengurus segala hal di dunia ini. Dia lah yang Maha Pencipta dan Maha Memelihara seluruh ciptaannya.


No comments:

Post a Comment

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...