Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Ada karyawan yang curang, lalu ?

 Ada karyawan yang curang, ya adalah dari sekian banyak karyawan. Curang dalam hal ini semua perilaku negatif yang menguntungkan pribadi, bukan sekedar "mengambil uang" saja. Tapi yang lebih besar adalah curang dalam hal waktu, pura-pura kerja tapi tidak kerja (sok sibuklah). Hal ini hampir dilakukan semua orang, tapi tidak diperhitungkan sebagai kerugian. Padahal kerugiannya nyata dan terjadi setiap saat dan berlangsung setiap hari.

Mari perhatikan, waktu kerja dihitung sebanyak maksimal 8 jam sehari dan 40 jam seminggu. Bayangkan karyawan yang dibayar dengan UMR sesuai jam kerja, maka saat mencuri waktu itu kerjanya jadi tidak sampai 8 jam perhari. Kalau saja waktu yang dicuri sehari 1 jam, maka sudah 5 jam perminggu. Kalau 5/40 saja artinya waktu yang dicuri sebanyak 12,5%. Itu artinya kita sebagai karyawan sudah menerima uang (gaji) yang bukan milik kita sebesar (Rp 625.000, jika UMR 5 juta). Sebagai karyawan mungkin protes, kan UMR memang harus dibayar. Tetapi kan kalau dibayar UMR kan berarti kerja benar harus sesuai jam. Perhatikan sejak kehadiran kerja, jika kita masuk pas waktu masuk, artinya kita belum bekerja. Bisa jadi siapa kerjanya setelah 20 menit. Padahal jam masuk kerja itu saatnya mulai kerja. Maka mau tidak mau sebelum jam masuk sudah mesti mempersiapkan diri. Ini baru jam masuk sudah "curi" waktu kerja, bagaimana dengan istirahat yah bisa 10 - 20 menit. Selama kerja kita bisa menghabiskan waktu untuk ngobrol atau rehat bisa lebih 30 menit sepanjang hari.  Minimal kerja 8 jam, yang efektif sekitar 7 jam. Mencuri waktu ini tidak dipedulikan dan tidak dikontrol, maka efisiensi waktu kerja menurun.

Bisa dibilang mencuri waktu juga saat bekerja dimana tugas dikerjakan begitu lama. Hal ini karena kemampuan atau memang dilamain. Perhatikan karyawan yang berada di depan komputer, terlihatnya kerja tapi "pura-pura" kerja. Perhatikan lagi saat pulang yang ontime, biasanya sudah siap 10 - 20 menit menunggu jam pulang. Apa dampaknya ? Keadaan ini jika dibiarkan terus, maka menjadi terbiasa dan bisa bertambah jam kerja yang hilang (dicuri). Produktivitas karyawan menjadi menurun dan menuntut uang yang lebih jika ingin kerja bagus. Perusahaan butuh karyawan dan karyawan menuntut, ujungnya tak ada solusi. 

Kontrol aktivitas kerja menjadi sangat penting, tetapi menjadi sulit untuk selalu memonitor jam kerja karyawan. Absensi bisa memonitor masuk dan pulang jam kerja, tapi pencurian waktu dalam kerja masih sangat  mungkin terjadi. Jalan tengah adalah memberi tugas atau pekerjaan dengan target ketat. Seseorang dilihat dari hasil kerjanya, maka kita bisa mengontrol hasil kerjanya yang berkualitas dan sebelum waktunya. Jika terlihat kemampuan karyawan tinggi dan dpat menyelesaikan dengan cepat, maka mesti dipikirkan tugas atau pekerjaan baru yang mendorong karyawan terus kerja yang bener. Tugas dan pekerjaan baru bisa memberi motivasi karyawan untuk bisa naik level. Salah tugas penting adalah karyawan mesti menganalisa pekerjaannya untuk selalu meningkat.

Sebagai karyawan kita mesti sadar diri untuk mengerjakan pekerjaan dengan bener dan selalu ingin meningkatkan kemampuan agar bisa lebih baik. Tak perlu berharap kepada perusahaan, jadilah karyawan yang siap kerja dan siap pula menjadi lebih baik. Untungnya buat karyawan sendiri, lebih nyaman kerja dan lebih baik penghasilannya serta dipercaya.


Kultum singkat ini tidak lain untuk memberdayakan diri sendiri tanpa perlu berharap kepada orang lain atau perusahaan. Biasanya yang ada kecewa, gantungkan harapan kita kepada kita sendiri. Inilah motivasi internal yang sangat baik dalam bekerja.

No comments:

Post a Comment

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...