Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Kesalahan itu membuat kita kesulitan

 Dalam sehari-hari saya jarang memperhatikan bahwa setiap ada kesalahan yang dibuat dapat membuat saya mengalami kesulitan. Saya anggap biasa dan tinggal perbaiki aja. Tapi dalam kenyataannya saya tidak pernah ingin mencari cara yang bener, maka kesalahan itu pun terjadi. Misalkan bangun pagi yang terlambat, mestinya saya sadar bahwa tidak boleh terlambat lagi. Tapi bangun pag yang terlambat itu terus terjadi. Inilah yang dibilang kesulitan itu berasal dari kesalahan, ya kesalahan cara menjalaninya (kurang ilmu atau tidak tepat ilmunya) atau kesalahan dalam menyikapinya atau kesalahan lain. 

Kesalahan demi kesalahan terjadi dari mulai bangun pagi, indikasi kesalahan itu adalah kesulitan atau kerjanya banyak hambatannya. Di kantor apa lagi, banyak orang melakukan dengan ilmu dan cara yang sama setiap hari setiap bulan untuk pekerjaan yang sama. Disiplin kerja saja yang sudah terbiasa terlambat masuk kerja, mengerjakan laporan yang tidak sesuai tanggal atau laporannya begitu-begitu saja, pulang kerja on-time tapi kerjaan belum selesai dan pencapaian yang tidak pernah terjadi. Apa yang salah dengan semua itu ? Masuk kerja, saya masuk kerja walaupun ada beberapa kali terlambat, laporan tetap dikerjakan dan pencapaian kerja selalu ingin dicapai ... mungkin itu semua hanya menyenangkan hati saya saja. Tapi ada indikasinya mau mulai kerja berat ("rada malas") , bukankah ini kesulitan dalam kerja. Apakah ini masih dianggap biasa ? Akibat dari masuk kerja ini menular kepada pekerjaan lain jadi tidak nyaman dan tidak tepat. Indikasinya kerja jadi kurang fokus dan membuat  kelelahan, mengerjakannya rada males (bosen). Apakah ini masih dianggap biasa ? Bukankah ini adalah kesulitan kerja. Semua indikasi ini berujung kepada bosen, males, tidak produktif, "cepek dulu", atau kok pendapatan saya begitu-begitu saja (alias nilai kepercayaan yang tidak naik). Sadarkah saya semua itu berawal dari kesalahan cara menyikapinya, kesalahan menggunakan referensi ilmu yang tepat, kesalahan tidak mampu mengendalikan diri, atau kesalahan kecil yang menganggap itu semua itu biasa. 

Dalam beragama juga sering saya lakukan, shalat tidak tepat waktu sudah dianggap biasa. Salahkah ini ? Ya salah karena Allah inginnya saya shalat tepat waktu. Lalu apakah ada kesulitan ? Bisa jadi kesulitan itu berupa banyak keinginan yang belum diizinkan Allah, rezeki kurang sesuai harapan dan sebagainya. Sadarkah saya ? Menyadari indikasi ini penting. Sebenarnya shalat tidak tepat waktu itu tidak mendekatkan saya kepada rahmat Allah. Pilihannya ada satu yaitu shalat tepat waktu, maka saya mendapatkan kebaikan dari Allah (tidak ada kesalahan waktu shalat, maka tidak mendapatkan kesulitan tapi malah mendapatkan balasan kebaikan dari sisi Allah). Karena saya tidak memilih yang bener dengan shalat tepat waktu, maka itu kesalahan, maka hasilnya saya belum mendapatkan balasan yang sebenarnya dari Allah

Yuk mulai perhatikan indikasi dari kesalahan yang kita perbuat adalah kesulitan, kesusahan, masalah, banyak hambatan dan sejenisnya. Akibat dari kesalahan itu ditunjukkan dengan

1. sikap yang berat untuk mengerjakannya

2. bosen

3. sering ditegur orang baik berupa kemarahan atau nasehat baik

4. malas belajar (males mikir) terus-menerus

5. mudah capek dan mudah merasa lelah, inginnya istirahat aja

6. banyak keinginan tapi tak pernah diwujudkan, menjadi pemimpi saja

Apa yang bisa saya lakukan dengan hal di atas ? 

a. Pertama adalah menyadari setiap merasakan indikasi di atas, saya mesti memeriksa bagian mana yang tidak tepat dalam mengerjakannya. 

b. Kedua yang mudah mengatasi hal itu adalah merubah sikap yang berbeda. Langkah ini untuk tindakan segera untuk mengurangi kesalahan dan mengurangi indikasi tidak baik terhadap saya.

c. Barulah langkah ketiga menyempurnakannya dengan belajar ilmunya, meningkatkan iman (dekat) dengan Allah, dan melatih semuanya agar terampil.


Berani salah itu bagus, karena berani juga untuk memperbaiki kesalahannya. Hasilnya berani untuk mendapatkan kemudahan. Bayangkan saat saya tidak berani salah, maka saya selalu khawatir salah dan kesalahan itu terjadi, hasilnya saya belum mengerjakannya atau mengerjakannya dengan cara lama (kesulitanlah yang saya dapat).  Seolah ada 2 pilihan, tapi sebenarnya pilihan itu hanya satu yaitu berani salah atau mau lebih baik (mengurangi kesalahan). Pilihan tidak berani salah itu bukan pilihan, apakah saya mau memilihnya ? Tidak mau. Semua itu karena emosional saya yang mau nyaman aja (tidak terganggu). 

Kultum motivasi hari ini untuk menyadari hal biasa yang saya lakukan ternyata kurang baik buat diri saya. Oleh sebab itu saya mesti memberdayakan diri saya untuk menjadi lebih baik dengan memaksimalkan potensi saya berupa akal sehat, referensi yang tersedia sudah ada (Al Qur'an dan online), hati yang ingin selalu mendapatkan banyak kebaikan dari Allah dengan kerja. 

No comments:

Post a Comment

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...