Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Sikapi dengan hati, yang besar menjadi kecil

 Ada hal kecil menjadi besar, dan hal besar menjadi kecil. Apa ya ? Dalam berita TV, ada yang membunuh gara-gara ditegur atau memperebutkan uang Rp 10.000 saling berkelahi. Ada banyak lagi kisah hal kecil menjadi hal besar. Anda pernah mengalaminya ?


Misalkan ditegur oleh orang, padahal tegurannya biasa saja,"Mas jangan minta uang saya dikembalikan". Yang ditegur menanggapi dengan responsif yang emosional, dan dilanjutkan,"mentang-mentang banyak uang, kok nggak pengertian". lanjutannya,"Saya ngingetin uang saya mas, hutang ya dibayar". Situasi ini jadi panas dan saling emosi. Begitulah jika kita merespon dengan sikap emosional. Apa yang terjadi jika mereka merespon dengan hati. Kata maaf dan merendah menjadi sikap dan perilaku yang bisa diterima,"terima kasih mas sudah diingetin, dan mohon maaf 2 hari lagi saya bayar". 

Sebaliknya jika suatu perkara ditangani dengan hati bisa menjadi semakin baik (hal besar menjadi kecil). Seseorang difitnah karena tidak hadir dalam pertemuan. Bagi seseorang yang menyikapi dengan hati mestinya tidak membalas dengan yang buruk. Orang tersebut tidak merespon, tapi menunjukkan hal positif sehingga persoalan itu menjadi tidak diperhatikan lagi dan hilang seiring waktu. Atau kita dapat menyelesaikan masalah dengan tindakan yang baik.

Setiap hari, kita dihadapkan berbagai masalah. Dan masalah itu pasti ada terus. Bayangkan jika kita menanggapi masalah dengan emosi ... bukan masalahnya selesai tapi malah membesar. Perasaan tidak nyaman dan mudah capek. Padahal kita butuh energi yang besar untuk menjalani kehidupan ini agar bersemangat dan mudah menjalaninya.

Terkadang memang tidak mudah untuk mengaktifkan hati, karena bisa bergantung kesalahan/dosa kita. Semakin besar kesalahan/dosa kita semakin tidak mudah mengaktifkan hati, dan cenderung emosional  yang mudah hadir. Dengan demikian harus ada upaya untuk terus mengaktifkan hati. Salah satunya adalah istighfar, sebagai bentuk mengingat Allah dan juga memohon ampun (membersihkan hati) serta ibadah kepada Allah. Insya Allah kita dimampukan menerima iman dengan bener.

No comments:

Post a Comment

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...