Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Emangnya naik gaji kalau saya kerjakan

 Saya bertemu seorang karyawan yang sudah senior dan terlihat kurang semangat kerjanya. Langsung saja dia bilang,"pak, naik ngga sih gaji tahun ini 2023 ?" Pertanyaan ini sudah umum ditanyakan semua orang yang bekerja. Saya jawab,"mas emangnya kalau nggak naik gajinya, kenapa ?" Karyawan ini sigap,"wah bisa berantakan hidup ini, udah ngga cukup untuk kebutuhan keluarga". Saya penasaran untuk apa tindakannya saat gaji naik tak lebih 10%, apakah dia cari pekerjaan lain ? atau bertahan ? Dengan sedikit berat hati, dia pun menjawab,"Ya tetap sih kerja, tapi kan ... susah jadinya dan bikin nggak semangat kerja".


Cerita karyawan ini sama dengan jutaan karyawan lainnya. Terus jangan merasa juga bahwa hanya kita sendiri yang mengalami. Dan di luar sana mereka yang mengalami yang sama tetep semangat bekerja dan terus mengejar mimpinya. Terus mengapa karyawan itu seperti itu ? Sepertinya tidak ada lagi pikiran sehat untuk melakukan yang baik, artinya pada diri karyawan itu didominasi oleh perasaan emosional. Sudah terbentuk dalam memorinya ... kalau kerja mesti gaji naik, membentuk persepsi tentang kerja. "kerja ya uang".

Karyawan tersebut saya ajak untuk berpikir akal sehat, apakah iya kerja itu identik dengan uang ? Kalau nggak uang maka kerjanya tidak bener. Saya mengajak karyawan itu membayangkan ... kalau gajinya tidak naik, maka dia bekerja seadanya. Saya memikirkan, apakah dengan kerja seadanya itu bisa membuat dia dinilai baik oleh atasannya. "Pasti tidak dan semakin tidak dipercaya". Kalau ada amanah kerja, apakah dia mendapatkannya ? Jawabannya juga "pasti tidak" dan selanjutnya apakah tahun depan direkomendasikan untuk naik gaji ? sekali lagi jawabannya pasti tidak. Pertanyaan selanjutnya saya ajukan, apakah mau kondisi seperti itu ? jawabannya tidak mau. Kalau begitu ... karyawan itu mau berubah dong. Yuk berubah dan mudah dan ringan kok.

Lalu tanya lebih dalam, bagaimana dengan kehidupan nanti (setelah kematian) ? Bukankah karyawan itu mesti mempersiapkan kematian dengan amal saleh. Sudahkah dia shalat ? Sudah katanya. Lalu apakah shalatnya bener ? Bukankah kita juga mesti banyak mengumpulkan amal saleh itu dari berbagai ibadah. Sedekah ? Tidak banyak. Bagaimana menafkahi keluarga ? Tidak cukup. Berapa banyak waktu yang telah dihabiskan ? Banyak. Jika karyawan itu kerja seadanya, akibatnya apakah bisa membantu amal salehnya ? Pasti tidak. Selain shalat, sedekah, kerja bisa sebagai ibadah (amal saleh) jika dikerjakan ikhlas. Bukankah Allah sudah memberi amanah kerja dan mesti dipertanggungjawabkan  ? Yuk semangat kerja untuk Allah, maka Allahlah yang membalasnya. Berharap kepada manusia pasti kecewa, berharaplah kepada Allah dengan kerja yang ikhlas, kerja yang produktif bagi perusahaan. Allahlah yang mencukupkan kebutuhan kita.

Insya Allah kita diberi kekuatan dengan kesadaran yang hadir kepada Allah. Allah yang Mah Kuasa, yang Maha Pemberi Rezeki dan Maha mengabulkan doa. 


No comments:

Post a Comment

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...