Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Bersyukur atau keinginan edisi 1

 Dalam dunia kerja yang ada adalah membuat keinginan (target), apalagi salesmen. Setiap bulan pencapaian di monitor dengan ketat dan naik terus targetnya. Ada tekanan pada diri seorang salesmen berupa target dan monitoringnya. Dan orang yang seperti bilang,"stress itu baik". Apa iya ? Bukankah kalau sudah stress berdampak buruk bagi tubuh dan meningkat terus seiring waktu. Dampak psikologis dan fisik yang buruk masih bisa ditangani dengan fisik yang kuat (masih muda). Bisa jadi seorang sudah membiasakan dengan situasi ini, maka mereka tidak merasakan "sakit", kecuali tubuh mereka sedang turun. Biasanya mereka baru merasakan kesakitan saat mereka mulai berusia. Atau mereka tetap sehat selama kerja, tapi dalam usia tua (pensiun) mereka merasakannya dan banyak mengeluarkan uang yang mereka kumpulkan dulunya untuk berobat di usia tuanya.

 Begitulah kemampuan bisa ditingkatkan dengan "paksaan" yaitu keinginan (target). Sama halnya pola yang terjadi di setiap bisnis dan hampir semua karyawan. Karyawan stress dan atasannya pun stress. Memang ada kepuasaan batin yang luar biasa jika mampu meraih target. Mereka ini yang senang pola kerja seperti ini adalah mereka yang "memerlukan uang" atau "haus jabatan". Demi uang dan jabatan yang mereka inginkan, mereka siap menerima resiko dari apa yang terjadi. Apa saja yang dilakukannya :

1. Mencari hal yang belum dimiliki, baik ilmu dan caranya agar kerja bertambah lebih baik. Tetapi sebagian orang hanya fokus dengan kerja keras BUKAN kerja cerdas. Ilmu dan caranya diserahkan kepada atasannya (ikut perintah saja)

2. Menyisihkan waktu, bisa lembur dan menggantikan waktu yang sudah ada untuk mengerjakan point 1 demi tercapainya target. Beberapa orang mengambil waktu keluarganya untuk terus kerja.

3. Bahkan jika belum tercapai beberapa orang mengakali cara agar target tercapai dengan berbagai alasan. Ada program sales dan push untuk memenuhi target bulan ini tanpa memikirkan bulan berikutnya.

4. Tapi ada yang sebaliknya, beberapa orang tidak melakukan yang berlebih dan mereka bekerja seperti biasa saja. Mereka mengerjakan apa yang diperintahkan atasan, dan kalau tidak tercapai target mereka memberikan alasannya (kondisi ini pun mereka stress).

5. Mereka mesti berkompetisi dengan pesaing. Saling mengalahkan dengan saling menjelekkan, yang penting mereka yang menang dan capai target. Sering mengungkapkan kelemahan pesaing atau orang lain untuk keuntungan sendiri, bahkan ada sedikit "ketidaksukaan".

5. Bagi karyawan yang memiliki sedikit uang, mereka mensupport dirinya dengan berbagai vitamin dan makan yang enak untuk menjaga kesehatannya.

6. Mereka ini mudah tersinggung dan sangat responsif, cenderung keputusannya tidak untuk jangka panjang. "Yang penting tercapai".

Karyawan ini mudah dipuji oleh perusahaan dan sering diapresiasi dengan baik sehingga membuat mereka tersanjung. Menjadi orang penting. 

Dari penjelasan di atas, saya merasa ada upaya untuk meningkatkan dengan cara memaksakan kemampuan diri saat ini menjadi sesuai target. Sisi baiknya, banyak orang berubah menjadi lebih baik dari sisi kinerja dan menjadi pekerja keras. Mereka ini digaji tinggi. 

Selanjutnya saya ingin berbagi bagaimana cara untuk menjadi lebih baik dengan manajemen bersyukur. Dalam manajemen Jepang dikenal dengan Kaizen, yaitu mengerjakan dari apa yang dimiliki dengan meningkatkan produktivitasnya (optimalisasi) agar mendapatkan hasil, yang bisa berupa penghematan atau peningkatan ... bersyukur atau keinginan edisi 2.




No comments:

Post a Comment

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...