Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Bagaimana menjadikan bahagia tujuan kita ?

 Judul di atas hanya salah satu pertanyaan, apakah salah saya menjadikan bahagia sebagai tujuan hidup ? Tetapi saya tidak mudah untuk mewujudkannya. Mengapa ? Karena saya tidak memiliki nilai untuk diukur dan untuk dievaluasi. Sama halnya dengan tujuan seseorang untuk menjadi orang baik. terus gemana dong agar tujuan itu mendorong saya untuk mewujudkannya ?

Bahagia menjadi porsinya hati, yang bersifat kualitatif (bukan kuantitatif). Sudahkah saya bahagia hari ini ? Bisa sudah. Bahagia karena dapat beribadah lebih baik. Terus bagaimana hari berikutnya ? Saya juga bahagia karena ibadah. Apakah hari berikut itu lebih baik dari hari sebelumnya ? Disinilah saya rada bingung. Untuk memudahkannya, saya mendefinikan bahagia menurut padangan saya terlebih dahulu. Misalkan yang membuat saya bahagia, salah satunya bersedekah. Untuk mengukurnya saya bisa membuat parameter sedekah :

1. Nilai ikhlasnya yang bisa diterjemahkan dalam nilai 0 - 10 (angka terbesar adalah paling ikhlas). Kesempurnaan angka 10 tidak saya gunakan karena kesempurnaan itu milik Allah, dan ikhlas saya tidak sempurna. Angka 0 bisa saya gambarkan untuk niat saya tidak ikhlas, dimana saya bersedekah untuk tujuan tertentu.

2. Yang kedua,  saya mengukur sedekah itu dari angka yang saya berikan (berupa uang). Semakin besar nilai Rp yang berikan semakin bahagia. Saya juga membuat penilaiannya 0 - 10. Angka 0 saya tidak bersedekah dan angka 1 uang minimal yang saya sedekah misalkan Rp 1000.

3. Cara saya bersedekah yang saya ukur dari tidak ada yang melihat atau dilihat orang lain. 0 - 1, angka 0 sedekah yang dilihat orang dan 1 untuk sedekah yang orang tidak lihat. Kondisi inipun bisa menjadu ukuran kebahagiaan saya

4. Sedekah karena sengaja (rencana) atau sedekah dadakan. Sama juga ada angka 0 dan 1.

5. dan saya bisa menggali lebih banyak faktor lain dari sedekah yang membuat saya bahagia.

Tetapi saya juga mesti membuat faktor lain selain sedekah yang membuat saya bahagia. Faktor lain adalah saya mendapatkan rahmat Allah (dikabulkan doa saya), seberapa besar saya memberi bantuan berupa amal jariyah, kualitas salat saya dan seterusnya. banyak dong ? Betul banyak dan sangat tergantung dari wawasan seseorang. Tapi tidak perlu juga semuanya menjadi parameter kebahagiaan. Saya bisa memulainya dengan 3 parameter dulu, 3 bulan berikutnya saya tingkatkan menjadi 5 dan seterusnya. 

Saya berpikir bahwa tujuan itu mesti didefinisikan dengan benar agar pikiran saya dapat memahaminya. Misalkan saya tetap ngotot tujuan saya adalah ingin bahagia. Renungkan, apa yang diperintahkan pikiran saya tentang bahagia kepada tubuh ? ... Tidak ada. Kata bahagia tidak memberi perintah apapun. Sama halnya jika tujuan kita menjadi orang baik, apa perintah pikiran kepada tubuh (pelaksana) untuk menjadi orang baik ? Tidak ada. Ada yang bilang,"ada pak, berbuat itu membantu orang lain". Lalu berbuat baik itu kan banyak. jadi pikiran saya bingung untuk memerintahkan berbuat baik yang mana ? Disinilah pikiran menjadi tanpa perintah, dan membuat saya menjadi pemimpi saja. Agar tidak bingung, tujuan saya itu mesti saya definisikan menjadi spesific (penjelasan dari bahagia, seperti contoh di atas).


Bagaimana dengan urusan kantor, target saya tahun ini 2023 adalah kerja keras. kerja keras pun tidak bisa dilaksanakan oleh tubuh. Bayangkan "saya kerja keras", kerja seperti apa ? Ada yang bilang,"kerja sampai malam". kerja sampai malam itu adalah definisi dari kerja keras, maka pikiran saya bisa menjalankannya. kalau begitu kerja keras bisa juga didefinisikan kerja yang sungguh-sungguh sampai menuntas. Atau yang lainnya. 

Bisa jadi selama ini saya tidak mencapai tujuan saya karena saya tanpa disadari membuat tujuan merasa sudah bener, tapi pikiran saya tidak memahaminya sehingga saya tidak melakukannya. Insya Allah penjelasan di atas sebagai sudut pandang saya, yang saya alami. Setiap orang memiliki sudut pandang sesuai latar belakangnya. Semakin luas wawasannya semakin memudahkan mereka untuk membuat tujuan yang bener-bener bisa diwujudkan. 

   

No comments:

Post a Comment

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...