Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Pengkayaan pelatihan

 Selamat malam, tak terasa semakin menarik memberikan pelatihan dan coaching. Sebagai trainer memang mesti memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas, dan mesti memiliki perilaku "menarik". Pengalaman ini memberi keleluasan saya untuk memberikan solusi yang menarik yang bisa diterima oleh peserta (karyawan).

Awal pelatihan mesti cair antara saya dan karyawan yang ditraining. Disini saya merasa khawatir tidak "lucu" dan tidak menarik. Jika kondisi ini terjadi, suasana yang tegang dan serius membuat pesan yang ingin disampaikan tidak mudah diterima oleh peserta. Untuk itu saya mesti mengenal karyawan lewat perkenalan singkat. Agar perkenalan ini menjadi cair, hanya memberanikan komentar tertentu yang bisa bikin ketawa. Misalkan ada karyawan ibu-ibu, saat memperkenalkan diri ternyata 2 kali nikah. Agar jadi gerrr, saya komentari,"enak dong 2 kali ...". Dengan cairnya suasana training menjadi awal yang baik untuk diteruskan.

Kemudian saya meminta harapan mereka dalam training tersebut. Kesungguhan saya mesti saya tunjukkan dengan cara menulis apa yang menjadi harapan mereka. Sebagai trainer, saya BUKAN pengambil keputusan untuk curhat para peserta training. Maka sebagai trainer mesti menjadi jembatan antara pemilik perusahaan dan karyawan. Training yang sudah ditentukan kurang menarik bagi saya, saya lebih suka dengan menemukan persoalan dari peserta. Setelah itu saya mikir untuk mendorong menyelesaikan curhat mereka. Saya meluruskan curhat peserta dan membuka wawasan mereka tentang curhatan mereka. Setelah mereka menyadarinya, maka barulah dimasuki dengan pengetahuan yang mendukung.

Kebanyakan training memberikan ilmu atau pengetahuan, apa yang terjadi ? Peserta hanya bertambah ilmu dan mereka senang, tapi tujuan training tidak terjadi. Tujuan training adalah merubah peserta menjadi lebih baik lewat sikap, ilmu dan ketrampilan. Maka sebagai trainer tidak hanya menguasai ilmu teknis saja, tapi memiliki daya memotivasi peserta untuk sadar dan berubah dengan sendirinya. Menjadi semakin bermakna saat disentuh hati (spiritual)nya yang semakin perubahan itu menjadi langgeng.

Inilah pengalaman saya menjadi trainer yang Insya Allah diminati peserta. Bagi saya pelatihan itu sebagai ibadah, yaitu amal jariyah. Oleh karena itulah saya selalu  mempersiapkan diri dengan kesungguhan dan benar.


No comments:

Post a Comment

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...