Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Kadang seneng kadang kecewa edisi 2

 Kemarin saya sudah berbagi tentang seneng dan kecewa. Banyak aktivitas agar kemungkinan seneng lebih besar. Semakin sedikit beraktivitas semakin kecil untuk senengnya, tergantung nilai dari aktivitas tersebut. Kali ini ingin berbagi kebanyakan orang merespon dari rasa kecewa. Salah satu larut dalam kekecewaan dan marah sendiri dan curhat kepada orang lain. Yang lebih berbahaya adalah sikap diam (apalagi mereka yang pendiam), maka rasa kecewa semakin sakit dan ingin menyendiri.

Perhatikan saat saya berharap sesuatu yang baik dari pasangan saya atau anak saya, ketika mereka mengecewakan saya. Maka alamiah sebagai manusia cenderung marah, saya nggak marah karena tidak ingin ribut. Saya tahan marah saya dan rasanya pasti sakit. Saya dan banyak orang untuk menghindari kekecewaan itu dengan pergi dari keadaan itu. Biasa menyendiri atau tak ingin diganggu, keadaan bergejolak emosi sekalipun ada aktivitas. Emosi belum terkendali dan berkembang menjadi prasangka, mengapa begitu ? apa mereka begini dan begitu ? Semua tidak ada prasangka baik.  Muka saya pun tidak tersenyum. Seiring waktu dengan semakin aktivitas itu lebih terfokus dan emosinya smekain menurun. Tahu nggak sih, bahwa kejadian itu telah tersimpan dengan baik di memori pikiran saya. Memori itu kuat karena ada emosi yang kuat. Memori ini selalu menemani saya, selalu muncul memori sakit itu saat menerima rangsangan/keadaan yang sama. Ini adalah akibat dari apa yang saya lakukan, merespon emosi dalam diri.

Menyendiri ? Boleh aja sih dalam rangka meredam emosi, aktivitas ini dimaksudkan untuk mengalihkan fokus aktivitas. Pengalihan fokus bisa lebih baik kepada aktivitas dengan banyak orang yang sedang kondisi seneng. Pengalihan secara pikiran memindahkan fungsi emosi ke fungsi fisik (aktivitas) dan fungsi pikiran. Cara ini efektif untuk meredam emosi dan langsung memfungsikan pikiran sehat.

Dalam agama disarankan saat emosi untuk salat sunnah, hal ini merupakan pengalihan fungsi emosi kepada hati. Hati yang sadar kepada Allah membuka pikiran sehat untuk bertindak yang bener. Kalau marah (umumnya berdiri), maka duduklah. Jika masih marah (emosi juga) maka tidurlah. Saya melihat pesan ini bertujuan mengalihkan perhatian dengan gerakan fisik yang lebih "lemah". Misalkan orang emosi diajak ke tempat laiin untuk membicarakannya dengan duduk. Ternyata Agama memberikan solusi untuk hal kecewa. 

Masih kecewa, saya perbanyak aktivitas agama sehingga fungsi hati dapat membimbing saya untuk bisa berakal sehat dan emosi terkendali. Kemudian jika masih terjadi, lakukan pengalihan aktivitas dari posisi tubuh berubah atau bergerak aktivitas lainnya yang banyak orangnya. Kalaupun ingin menyendiri, hindari diam mesti melakukan aktivitas. Insya Allah semua ini mencegah dan merespon kecewa yang berkelanjutan.

No comments:

Post a Comment

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...