Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Orang hebat

 Orang hebat ? Pasti menyebut hal itu pasti menjadi sebuah keinginan banyak orang. Apa sih yang terjadi jika saya menjadi orang hebat ? Cenderung saya dipuji karena kehebatannya,"hebat ya, kok bisa ?" Misalkan saya bisa menyembuhkan penyakit, maka saya diminta tolong karena dipercaya. Dalam bayangan saya juga selain dipuji, menjadi terkenal dan dapet banyak uang. Apa iya ?

Imajinasi orang hebat itu hampir sama semua orang. Tapi memang kehebatannya berbeda-beda setiap orang. Ada yang hebat pidato sehingga pendengarnya terpana, ada yang hebat jualannya sehingga apa saja bisa dijual, Ada yang hebat dalam mengobati orang sehingga orang percaya untuk berobat dan lainnya. Ada juga yang bilang "kehebatan negatif" tapi hal ini tidak lazim, hebat maling, hebat marahnya dan sebagai. Sekalipun memang hebat maling misalkan, tapi tidak lazim dan tidak dipuji.

Ada persepsi lain tentang hebat yang sebenarnya yaitu orang yang hebat itu adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya. Saat dia bisa marah, tapi dia tidak marah. Inilah orang hebat. Ada juga orang yang berkuasa, tapi tidak menggunakan kekuasaannya. Pada prinsipnya orang hebat BUKAN yang mampu menaklukan orang lain, tapi orang yang mampu menaklukan dirinya sendiri. Tapi tidak hebat kalau orang tersebut tidak melakukan karena alasan tertentu. Misalkan ada orang yang tidak bisa marah karena dia memang tidak berkuasa atas orang lain. Hal ini belum hebat. Seorang karyawan tidak berani marah kepada atasannya.

Setiap hari saya diberi kesempatan untuk menjadi hebat, mengapa tidak diambil kesempatan itu ? 

1. Bukankah saya diberi kesempatan untuk tidak emosi, saat melihat orang salah. Tapi dalam hati masih dongkol.  Agar kesempatan itu dapat saya ambil, maka saya lebih baik mengerjakan sendiri untuk orang lain sekalipun tidak diminta. Dalam bahasa agama, amalan sunnah. Mengerjakan yang tidak diwajibkan.

2. Bukankah saya diberi kesempatan untuk bangun pagi dan beraktivitas, setelah dibangunkan. Tapi saya masih malas bangun karena capek atau dingin. Agar kesempatan itu dapat saya ambil, maka saya lebih baik segera bangun dan mengerjakan banyak hal. 

3. Bukankah saya juga diberi kesempatan untuk kerja dengan ikhlas pada jam kerja. Tapi saya masih mempertimbangkan untung ruginya, nyaman dan tidak nyamannya.  Agar kesempatan ini dapat saya ambil, maka saya fokus dan berniat mengerjakan sungguh-sungguh. Urusan hasil tak perlu dipikirkan. Niat dan kerja yang sungguh-sungguh itu tidak pernah dibohongi oleh hasil.

4. Membayangkan banyak aktivitas BUKAN sekedar kewajiban atau disuruh, tapi dikerjakan untuk membangun diri menjadi semakin baik dan orang lainlah yang bilang,"Kamu hebat !"

Insya Allah saya diberi kemampuan melihat kesempatan itu dengan hati agar dapat membuat diri saya mengendalikan diri saya dan siap mengerjakan apapun menjadi semakin mahir dan profesional.




No comments:

Post a Comment

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...