Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Apa iya saya bicara begitu

Saya pernah memikirkan apa yang ada di dalam teko, maka itulah yang keluar. Ibarat teh yang ada di teko,, maka saat saya tuangkan maka teh dalam teko itulah yang saya dapatkan. perumpamaan ini sering kita dengar atas ucapan yang keluar dari apa yang ada dalam pikiran. Mungkinkah sesuatu yang tidak ada dalam pikiran kita terucap ? Sepertinya tidak. Pasti sudah ada dalam memori pikiran kita. Kita merasa tidak pernah ada, tapi memori yang sudah tercipta dalam kondisi kita sadar maupun tidak sadar.

Kalau isi dalam teko tidak ada pilihan untuk dikeluarkan, tapi apa yang ada dalam pikiran kita BISA memilih apa yang diucapkan. Jika dalam keseharian saya sering mengatakan,"selamat pagi" sebagai sapaan kepada seseorang saat bertemu, maka ucapan itu pula yang terjadi setiap hari. Apa yang terjadi saat saya tidak mengucapkan itu ? Ada kata yang baik seperti "Assalamualaikum" saat saya berkumpul dengan sesama muslim, atau saya mengucapkan kata yang tidak begitu nyaman kepada seseorang yang lebih muda dengan "hai". Atau saya bisa berucap tidak baik saat saya tidak suka atau lagi marah kepada seseorang,"pagi". Jadi kita bisa memilih ucapan yang baik saat kondisi sadar bertemu orang yang lebih tua atau orang baik, dan sebaliknya ucapan tidak baik saat kondisi yang memang jadi kebiasaan berkumpul dengan kelompok yang tidak baik atau lagi marah.



Apa sih yang bisa saya lakukan ?  Paling tidak, saya harus berani mempelajari ilmunya. Ilmu menyapa misalkan, saya belajar memahami makna ucapan "Assalamualaikum" untuk sesama muslim. Saya menjadi membiasakan ucapan itu karena itu petunjuk Allah dalam bermasyarakat dan memiliki makna yang baik. Ada semacam dorongan yang saya dapatkan dengan mengucapkan "Assalamualaikum" sehingga saya menjadi nyaman dan tenang, sekalipun saya memiliki memori lain untuk mengatakan "selamat pagi" dan lainnya. Bagaimana dengan ucapan buruk ? Saya cenderung dalam keadaan tidak "sadar" atau terbiasa.

Beberapa orang dapat menilai dari ucapan saya yang baik dan yang tidak baik. Menilai apa ? Menilai kepribadian saya. Memang lisan yang diucapkan seseorang itu bisa menentukan nilai atau kualitas pribadinya. Paling tidak, kita dapat menilai apa yang sedang terjadi pada saat itu tentang perilakunya. Berprasangka baik mesti saya lakukan terhadap ucapan seseorang. Saat seseorang berkata kurang sopan atau tidak baik, bisa jadi dia lagi bermasalah atau lagi sakit dan sebagainya. Saya mesti belajar untuk merespon ucapannya dengan ucapan yang lebih baik agar tercipta suasana yang semakin baik.


Islam mengajarkan kita berprasangka baik dan membalas ucapan yang tidak baik dengan yang lebih baik. Petunjuk ini mengajak semua orang memiliki kesempatan untuk beramal saleh. Buat apa beramal saleh ? Karena saya percaya dan yakin kepada Allah. Petunjuk inipun membuat saya bisa berdakwah untuk mengajak orang lain kepada kebaikan. Kesempatan ini hanya terjadi saat ada orang yang berucap yang tidak baik, padahal dalam kosakata saya masih ada ucapan juga yang tidak baik. Kesadaran saya kepada Allah, menghadirkan saya untuk memilih yang baik. kapan lagi saya beramal yang saleh ? 

No comments:

Post a Comment

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...