Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Kapan saya cerdasnya ?

Saya pernah menuliskan ide di lembar karton seukuran saku, apa-apa yang penting dan menarik bagi saya tulis, ternyata banyak juga. Saat itu saya tidak berpikir tulisan itu kapan dimanfaatkan. Saat ini saya membacanya lagi dan saya dapat mengembangkan tulisan tersebut menjadi lebih baik. Cara saya ini diganti dengan HP note yang bisa menulis di HP. Karena hanya beberapa orang yang memilikinya ... cara ini masih lazim digunakan bagi yang suka lupa atau mendapatkan ide dimana saja. Gampang kok, beli karton manila di toko kertas dan minta potong seukuran saku baju

Baru saya ngeh bahwa kepintaran itu muncul pada saat kita kecewa atau gagal BUKANnya saat kita belajar. Hanya kita tidak fokus dengan ocehan kita saat kecewa atau gagal. Kekecewaan itu bisa kepada diri sendiri atau orang lain. Saat kita jujur terhadap diri sendiri, ada ada solusi atau ide mengatasi kekecewaan kita atau kegagalan kita.
1. Mengapa sih selalu begitu bukan begini ? Kita tahu kalau mengerjakan seperti begitu hasilnya begitu, tapi semua itu kita yang memilih begitu karena alasan terntentu. Setelah tahu hasil begitu, masih mau kita mengerjakan seperti itu ? Berubah dong.
2. Seharusnya saya melakukan ini dan itu, Kok tahu kita ? Padahal sebelum mengerjakan selalu ada faktor lain yang menyebabkan kita tidak mengerjakannya. 
3. Seandainya saya kemarin ini dan itu ... mesti saya tidak seperti ini
4. Dan banyak lagi 
Apa hikmahnya ? Saya ingin mengatakan bahwa kecerdasaan saya sudah ada dan memang tidak dimanfaatkan. Mengapa ? Bisa jadi kecerdasan dikalahkan dengan faktor emosional sehingga ksaya cenderung memilih yang saya nyaman.


Misalkan, saya dulu tidak mengambil untuk berusaha (berdagang) selagi muda. Tapi terus bekerja sampai tua sebagai karyawan. Ada karir yang menggoda atau ada uang yang lebih banyak yang bisa diperoleh, ada impian yang besar dan ada juga proses belajar serta lainnya. keputusan untuk tetap jadi karyawan memang terlihat hebat di mata sesama temen dan relasi, apakah hanya ingin dipuji atau diapresiasi dengan baik. Bagaimana di masa pensiun ? Tidak ada yang bisa dioptimalkan lagi dan banyak pertimbangannya. Ada penyesalan kenapa nggak dari dulu menjadi pengusaha ? 
Keputusan menjadi karyawan terus ada sedikit logikanya dan cenderung "emosional" dan hal inilah yang membuat saya "menyesal".


Sekedar info saja, saya merasakan rezeki Allah itu ada dan semakin baik jika saya mengupayakannya dengan tulus. Ada karir untuk menjadi pengusaha yang lebih besar, ada proses belajar dengan konsumen dan apa yang saya hasilkan, ada uang yang cukup yang bisa dikelola dengan baik, ada juga pujian dan sebagainya. Semakin semangat untuk memberikan produk dan jasa terbaik untuk konsumen, dan ada keinginan untuk menambah produk.
Agar kita bisa mengoptimalkan ilmu dan ketrampilan, maka memulailah dari kecil dari sekarang apapun yang mau didagangkan. Tidak ada ilmu yang sempurna untuk memulai dagang. Ilmu menjadi semakin sempurna dengan menjalaninya. Yakin lah,
Kecerdasan kita dapat kita hadirkan dengan cara berimajinasi tentang keinginan kita mau berdagang/berbisnis.
Seandainya saya .... 
Saya bisa ....
Saya nanti ....
dan sebagainya
Imajinasi itu diwujudkan dengan semangat mengerjakannya (dengan tulus) dan melibatkan Allah. Konsisten seperti halnya kita kerja (konsisten sampai pensiun). Ada semangat untuk menyempurnakan produk dan layanan sehingga sesuai dengan keinginan pelanggan.

Kakak saya pernah bilang ke saya, "kok kamu bisa dan sungguh-sungguh mengembangkan perusahaan tempat saya bekerja, tapi nggak mau kerja sendiri ?" Seperti Magic Word saya sebelumnya, "Orang sukses mengerjakan apa yang ia imajinasikan dan apa yang iya pikirkan atau apa-apa yang orang lain diskusikan". Just do it Now.



No comments:

Post a Comment

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...