Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Katanya mau berhemat

Katanya mau berhemat, kok nggak memperhatikan yang mau dihemat. Mau hemat listrik ? tapi listriknya (lampu) belum pakai lampu LED yang benar-benar hemat listrik. Lampu biasa yang 40 Watt setara dengan 7 watt LED. Terus saat pakai lampu LED, sikap kita belum berhemat karena kita tidak peduli dengan pemakaiannya. Terkadang ruangan tertentu tidak ada orangnya lampu LED nya menyala. Berhemat tidak hanya pada peralatannya tapi lalu cara bersikap dengan pemakaiannya. Teknologi sudah banyak membantu orang untuk berhemat, diantara dengan lampu LED sensor cahaya, yang menyala sesuai keadaannya (gelap atau terang). Berhemat tidak selalu dengan teknologi tapi cara kita bersikap hemat jauh lebih penting.

Bagaimana dengan hemat tenaga ? Pengennya kerja sedikit hasil besar. Apakah bisa ? Mungkin iya, tapi sebenarnya hemat tenaga itu bukan kerja sedikit tapi kerja yang efektif, kerja yang benar dengan ilmu yang benar. kerja yang benar itu pasti mudah, yang pertama karena ilmu yang tepat. kedua karena kita berpikir positif terhadap pekerjaannya, dan ketiga pekerjaan kita dirahmati Allah. Misalkan kita kerja menulis saja, kalau ilmunya belum cukup pastilah menulisnya agak sulit. Bisa tergantung mood dan sebagainya. Jika ilmu menulisnya saja sudah cukup masih ada hambatan karena sibuk dan belum tercipta pikiran positif dari menulisnya. Akhirnya jika memang Allah telah merahmati dengan memberi kebaikan, maka tidak ada yang mampu menghalanginya. Sama halnya dengan menulis, kerja kita sehari-hari mesti dievaluasi agar dapat diketahui apa yang kurang dari kerja kita. Berhemat dalam kerja menunjukkan kerja yang efektif dengan ilmu yang benar, pikiran positif dan mengikuti petunjuk Allah.

Apakah cara berhemat itu benar ? Misalkan berhemat dengan uang, kita cenderung tidak mengeluarkan uang banyak atau langkah utamanya menabung (menyimpan uang). Padahal tujuan kita berhemat uang adalah untuk mengumpulkan uang yang banyak. Salah satunya mengurangi pengeluaran untuk ditabung. Zaman sekarang menabung di Bank tidak semakin bertambah malah terpotong dengan biaya administrasi dan biaya atm dan lain-lain. Kita berharap dengan menabung uang bertambah. Bagaimana cara berhematnya dengan bersyukur ? Yaitu dengan mengoptimalkan uang yang kita miliki untuk investasi yang benar, misalkan dengan berdagang, keuntungannya melebihi bunga bank. berdagang juga mampu mengembangkan uang dengan cepat. keuntungan dari berdagang dapat disyukuri dengan bersedekah, uang yang kita keluarkan dibalas minimal 10 kali lipat. Mana yang kita pilih berhemat dengan menabung atau bersyukur dengan mengoptimalkan uang dengan berinvetasi lewat dagang dan sedekah ?

Pola pikir berhemat mesti kita luruskan agar kita menjadi semakin cerdas dalam mengambil langkah-langkah yang bener dalam hidup ini. Bisa jadi kata hemat juga mengambil porsi dalam kehidupan kita. Misalkan kita ingin membeli motor, kata hemat bisa dengan cara membeli motor sesuai kebutuhan (bukan yang mahal karena kecanggihannya). Atau berhematnya dengan cara tidak membeli motor tapi kendaraan yang lebih murah dari motor. 

Jangan sampai kita menggunakan kata hemat dalam ibadah dan amal saleh. Ibadah yang banyak dan berkualitas mesti kita bangun agar semakin bermakna. Sama halnya dengan amal saleh. Semakin banyak shalat dan semakin khusyuk shalat adalah yang terbaik, shalat yang  khsuyuk dibangun dengan kuantitas shalat yang semakin baik. Semakin banyak bersedekah dan dilakukan setiap hari (kuantitas) dapat mengantarkan kita kepada keikhlasan (kualitas). 

Katanya mau berhemat ... yuk kita persepsikan hemat itu bukan untuk mengumpulkan sesuatu lebih banyak. Tapi berhemat itu adalah sikap memanfaatkan secara optimal apa yang kita miliki, inilah bersyukur. Bersyukur dengan cara Allah yaitu berinvestasi untuk kehidupan setelah kematian.






No comments:

Post a Comment

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...