Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Enak nggak sih berlibur ?

 Setiap Minggu banyak orang menghabiskan waktunya di tempat wisata atau tempat yang dirasa memberi kenyamanan. Puncak, Bogor menjadi tempat favorit untuk melepaskan lelah. Udara Puncak yang sejuk mendukung untuk beraktivitas santai yang bisa menurunkan otot-otot tubuh yang selama seminggu telah bekerja. Mungkin yang punya uang cukup bisa menghabiskan liburannya seminggu sekali. Tapi yang nggak cukup uangnya bisa jadi 1 bulan sekali atau bahkan lebih. Yang jadi pertanyaan saya adalah, apakah mesti berlibur setelah merasa lelah dari bekerja ? Yang lelah itu yang bekerja, tapi yang lain jadi ikut. Bagi yang lain, apakah juga melepaskan lelah "kerja" ?

Yang pertama adalah setiap hari kita bekerja sampai malam, tentu perlu waktu untuk memulihkan keadaan kita untuk bekerja hari berikutnya. Kita sudah disiapkan waktu malam untuk istirahat, tapi beberapa orang malah bekerja sampai larut malam sehingga tidur di waktu malamnya merasa tidak cukup. Dilematis aja, kurang tidur atau kurang cerdas kerjanya atau hanya ingin menghabiskan waktunya saja (di malam hari biar disebut gaul). Yang menjadi anehnya adalah waktu kerja yang tidak cukup itu diterusin setiap hari dan tidak ada kemauan yang tinggi untuk mencerdaskan diri (intelektual dan spiritual) agar mampu menyelesaikan pekerjaan lebih cepat dan berkualitas. Keadaan ini semakin terpuruk karena semakin hari keinginan (target kerja) semakin tinggi sedangkan ilmu tak sebanding, yang menyebabkan kita bekerja lebih lama (semakin malam).  Akibatnya tidur tidak cukup, dan butuhlah yang namanya liburan. Apakah kita menyadari ini ? kondisi yang tidak memperbaiki keadaan. Sudahkah kita selalu belajar setiap hari ? Mungkin beberapa orang merasa tidak ada waktu lagi untuk belajar karena disibukkan dengan pekerjaan.

Yang kedua, sepertinya kita merasa kerja sendirian. Maksudnya kita bekerja yang staf atau temanlah yang levelnya sama. pernahkah kita berpikir bahwa keadaan inipun tidak memberi kebaikan. Ada sedikit, tapi tak banyak. Kalau kita atasan, malah kita menghabiskan memberikan waktu dan ilmu, sedangkan untuk diri kita sendiri sudah tidak ada. Meminta bantuan ke siapa ? Mungkin teman yang baik. Bisa saja sesekali, tapi tidak bisa terus-menerus. kembali lagi kepada kita sendiri. Kalau kita tidak sanggup menerima keadaan ini, yang muncul adalah "emosional". Lagi-lagi "emosional" ini tidak ada baiknya buat kita. Belajar lagi sangat mungkin jika ada kemauan yan besar, hal ini bersaing dengan waktu kerja. Bisa diraih ilmu baru tapi tak prosorsional dengan apa yang kita emban. Saat kita merenung di malam hari dan pagi, sering hadir yang namanya Allah. Adakah kita merasa penting menggunakan Allah dalam kerja kita ? Merasa kurang percaya, apakah shalat bisa membuat kerja kita semakin baik ? Apakah sedekah kita bisa meringankan kerja kita ? Apakah niat yang ikhlas itu dapat menyakinkan kita Allah membalasnya dengan kecukupan ? Padahal pertanyaan ini sudah dijelaskan Allah dengan terang. Allah membalas apa yang kita kerjakan dengan ikhlas dengan balasan yang berlipat dan bahkan mendudukkan kita sebagai pemimpin. Semakin banyak sedekah semakin mudah bagi Allah mencukupkan dan menolong kita dalam pekerjaan kita. Jika kita ingat Allah, maka apakah tak cukup Allah membantu kita dalam kerja ? dan Allah pun menidurkan kita dan membangunkan kita kembali dengan keadaan fresh di pagi hari. Setiap malam Allah sudah menyiapkan kita untuk istirahat dan bekerja di siang hari. Setiap hari kita diberi kesempatan untuk mau menyerahkan jiwa kita pada setiap malam atau kita terpaksa tidur karena kelelahan. Apakah masih perlu berlibur ? Ya pasti masih perlu, kita bisa berlibur karena ingin bersama dengan keluarga.

Yang ketiga, apakah nggak bisa kita bekerja setiap hari seperti berlibur ? Kita menjawab,"mana mungkin". Mari kita pakai kata berlibur itu kan melepaskan lelah setelah seharian kerja. Pertanyaannya adalah bagaimana jika kita bekerja tanpa kelelahan yang berarti ? Apa bisa ? Perhatikan pelukis dapat menjadikan melukis itu sebagai yang menarik (hobby) sehingga sewaktu mengerjakan lukisan tidak terasa lelah. Artinya kerja melukis itu tidak menjadi beban tapi malah menyenangkan. Kita lelah bekerja karena cenderung menganggap kerja itu sebagi beban, berat dan melelahkan. Sedangkan berlibur itu enak dan menyenangkan. Konsep ini bisa kita diterapkan (mungkin tidak 100%), tapi dapat mengurangi kelelahan kita. Apa itu ? Bagaimana kalau kita kerja itu sebagai amanah Allah yang mesti kita pertanggungjawabkan dengan baik ? Semua itu bisa kita lakukan hanya dengan kerja yang ikhlas. Kerja ikhlas itu adalah menaruhkan kecintaan yang banyak pada kerjanya bukan berapa lama kita kerjanya. Insya Allah kerja yang ikhlas selalu diiringi dengan semangat (energi) sehingga kerja kita sangat kondusif. Senang mengerjakannya dan bahkan kita senang menghadapi masalah yang terjadi. Toh Allah selalu membimbing kita selama bekerja (selama kita ingat). Akhir waktu tetap ada kelelahan yang kita alami, tapi kelelahan ini sangat menyenangkan. Agar kerja kita ikhlas, maka dekatkan diri kita kepada Allah dengan memahami petunjukNya. Ikuti dengan belajar pengetahuan tentang pekerjaan kita agar mulai menyenanginya. Dan ciptakan setiap hari kita memiliki hal baru dalam bekerja. Masih ingin berlibur ? Beberapa orang menjadi "sakit" kalau nggak kerja. Berliburpun dijadikan waktu kerja dengan makna lain.

Terakhir yang dapat kita maknai dengan libur adalah libur itu sendiri bisa menjadi bagian dari kerja kita. Kita bukan lagi butuh libur untuk melepaskan kelelahan, tapi kita memerlukan libur untuk kerja yang lebih baik lagi. Insya Allah berlibur bukan saja melepaskan lelah, tapi menjadikan kita lebih baik. Habis libur tambah lelah dan sakit, itu artinya berliburnya tidak tepat. jangan sampai ya. Habis berlibur semakin bersemangat melanjutkan aktivitas lainnya.

Insya Allah kultum singkat membuka pikiran kita semakin bijak dalam hidup. Setelah itu mesti kita berdayakan diri untuk mengamalkannya. Inilah motivasi yang penting dalam hidup kita. Semua ini menjadi rasa syukur atas pemberian Allah dengan akal pikiran, hati, pendengaran, penglihatan dan tubuh ini. Maha suci Engkau, ya Allah. ajari kami, bimbing kami untuk menjadi hamba yang pandai bersyukur dengan mengoptimalkan apa yang telah Engkau berikan.

No comments:

Post a Comment

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...