Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Kepada siapa saya mengeluh ?

Mengeluh ? Semua orang mengalaminya. Saat ini dalam era media sosial. lebih mudah untuk melihat orang itu mengeluh dari status atau tulisannya di media sosial. Bisa langsung mengeluarkan keluhannya atau menuliskannya yang baik sebagai ungkapan keluhannya. Memang media sosial dipakai untuk mengungkapkan keluhan atau curhat mereka agar perasaannya menjadi lebih lega. Tapi isi keluhan atau curhat itu membuat yang membaca tidak tahu makna yang sebenarnya. Untuk siapa pun kita tidak tahu. Akhirnya memunculkan banyak prasangka tidak baik dan beberapa orang tidak menyukai hal seperti ini. Keluhan itu pun membuat aib kita sendiri dan ada pula orang yang memutuskan diri dari pertemanan (silaturahmi). Jadi banyak keburukannya daripada kebaikan. Yuk hindari untuk mengeluh atau curhat di media sosial, kalaupun ada mari bersikap mendiamkan tanpa membalas (tidak ditanggapi) agar perlahan menjadi berkurang mengeluhnya atau curhatnya.

Seorang karyawan yang sering bertemu beberapa orang yang selevel (senasib) dan merasa nyaman berkomunikasi memunculkan sikap saling percaya sehingga menjadi tempat mengeluh dan curhat. Keluhan itu dianggap masalah awalnya, tapi sebenarnya adalah mengungkapkan aib diri sendiri. Temen kita hanya bisa menjadi pendengar yang baik, itulah yang kita harapkan, karena belum tentu temen kita itu memiliki solusi. Atau kita bisa mencurahkan keluhan kita kepada "atasan" atau orang yang dianggap mampu. Keluhan kita hanya dimanfaatkan untuk keuntungannya. Tahu aibnya dan memberikan ala kadarnya solusi yang juga menguntungkan "atasan" kita.

Mengeluh kepada pasangan dan keluarga masih lumayan, karena merasakan hidup bersama. Tetapi sekali lagi tidak semua bisa membantu karena memang tidak yang ada tahu tentang kita adalah kita sendiri dan Allah. Solusi terbaik adalah menahan untuk mengeluh,  karena manusia itu 

Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh. (QS. [70] Al-Ma'arij : 19

Kecuali mereka yang beriman, bersabar ketika ada masalah dan bersyukur ketika mendapat nikmat. Salah satu bersabar adalah mengendalikan keluhan atas masalah yang kita hadapi, menerima dengan ikhlas masalah dan mencari petunjuk Allah untuk menyelesaikan masalah kita. Lanjut dengan doa dan mengamalkan petunjuk Allah.



Kalaupun tetep ingin mengeluh agar perasaan menjadi lega, mulailah berpikir seperti nabi Ayub AS.yang diuji dengan sakit. "Saya baru merasakan sakit ini 15 tahun, sedangkan mengalami sehat lebih dari 15 tahun, Engkau yang rahman ya rahiim".

Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya, “(Ya Tuhanku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang.” (QS. [21] Al-Anbiya' : 83)

dan sudah seharusnya kita mengeluh kepada Allah, karena kita percaya dengan sepenuh hati hanya kepada Allah. Tuhan yang Esa, Tempat kita bergantung segalanya, Dia yang tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tiada yang setara denganNya. Orang yang kita keluhkan saja mengeluh kepada Allah.


Dia (Yakub) menjawab, “Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku. Dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui. (QS. [12] Yusuf : 86)

Begitulah seharusnya kita mengeluh hanya kepada Allah, Insya Allah kita diberi petunjuk dan diberi pertolongan dari sisi Allah. Kita tidak hanya mengeluh kepada Allah, barengi keluhan itu dengan ibadah yang tulus (sabar dan shalat), banyak mengingat Allah dan berbuat baik kepada orang lain. Banyak membantu orang yang kesusahan, maka Allah bantu kesusahan kita dan menutupi aib/kesalahan orang lain agar aib/kesalahan kita dimaafkan dan diampuni Allah. 

No comments:

Post a Comment

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...